BAGI orang yang tidak paham dan tidak tahu ilmu puasa, bulan puasa dijadikan untuk alasan bermalas-malasan, alasan untuk tidak produktif dalam bekerja, alasan untuk tidur seharian, meski tidurnya orang puasa adalah ibadah.
Oleh: HERU BUDI SETYAWAN
Pemerhati Pendidikan dan Guru Sekolah Pesat
Justru akan lebih hebat, jika disaat puasa kita tingkatkan produktivitas kita, karena di bulan suci ramadhan ini yang sunnah berpahala waÂjib dan yang wajib pahala dilipat gandakan 70 kali dibanding bulan selain ramadhan. Lagi pula jika kita puasa diisi dengan banyak tidur, badan kita jadi lemas dan mengantuk, tapi kalau kita tetap beraktivitas seperti biasa maka badan kita tetap segar dan tidak mengantuk.
Karena itu dari sekarang, kita bisa membuat prestasi pada bulan suci ramadhan ini, meski dalam kondisi puasa. Langlahnya adalah membuat perencanaan agenda kegiatan kita sehari-hari selama bulan suci ramadhan, kemudian agenda itu terus berlanjut hingga pasca ramadhan. Kegiatan itu, bisa kita lakukan untuk beberapa hal yang dituliskan disini.
Pertama, kita segera bertobat. Jangan ditunda mumpung masih hidup. Kesempatan yang paling baik dalam hidup ini adalah kesÂempatan bertobat sebelum wafat. Mumpung bulan penuh ampunan dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dosa sebesar apapun kalau kita bertobat denÂgan sungguh-sungguh, tidak menÂgulangi lagi dan menyesali atas dosa kita (taubat nasuha) maka Allah akan mengampuni seluruh dosa-dosa kita. Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malamÂpaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. SesungguhÂnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS.Az Zumar, ayat 53)
Bisa jadi, kita sulit belajar, gaji kita tidak naik-naik, usaha kita terus rugi, prestasi kita semakin turun, do’a kita belum terkabul karena terhalang oleh besarnya dosa kita yang belum diampuni oleh Allah dan kita memang beÂlum bertobat. Maka segeralah beristiqfar dan bertobat, nanti AlÂlah akan mengganti sifat jelek kita menjadi sifat yang baik dan Allah akan mencegah kita berbuat makÂsiat serta Allah akan membimbÂing kita untuk bersahabat dengan orang-orang soleh, subhanallah. Jika kita berhasil melaksanakan tobat nasuha dan berhasil hijrah dari dunia gelap menuju cahaya Allah dan menjadi hamba yang soleh dan solehah ini adalah seÂbuah prestasi yang luar biasa, serÂta puasa kita termasuk puasa yang penuh prestasi.
Kedua, meningkatkan keiÂmanan dan ketaqwaan kita. Ayat yang paling popular tentang puaÂsa adalah,†Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibÂkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,†(QS Al Baqarah, ayat 183). Jadi puasa memang hanya untuk orang yang beriman pada masa sekarang dan untuk orang beriman pada jaman dahulu.
Puasa itu tanda orang beriÂman dan puasa juga dilakukan oleh umat terdahulu. Nabi Adam dahulu juga puasa selain bertobat. Nabi Daud juga melakukan puasa Daud, bahkan orang Yahudi jaÂman dahulu juga berpuasa selama 40 hari, demikian juga orang NasÂrani jaman dahulu juga puasa seÂlama 50 hari.
Selama 11 bulan kita selalu berÂkutat dengan urusan kerja, meski itu juga ibadah kalau kita niatkan untuk ibadah, tapi suasana ramaÂdhan jelas lain dengan bulan buÂlan lain diluar ramadhan, karena setan dibelenggu, pintu neraka ditutup rapat-rapat dan pintu surga dibuka lebar-lebar apalagi suasananya juga mendukung, jam belajar di sekolah dan jam kerja di kantor atau pabrik dikurangi. ApaÂlagi tahun ini pemerintah meliburÂkan sebulan penuh semua sekolah selama bulan suci ramadhan dan menganjurkan peserta didik ikut sanlat ( pesantren kilat ) di lingÂkungan rumah masing-masing. Hal ini yang harus kita manfaatÂkan sebaik mungkin untuk mereÂfresh keimanan dan ketaqwaan kita.
Bulan ramadhan adalah buÂlan tarbiyah (pendidikan), karena ada kesempatan bagi kita untuk belajar lagi tentang agama Islam semakin baik dan benar. Bulan ramadhan saatnya untuk memÂperbanyak membaca, memahami dan mengamalkan Kitab Suci Al Qur’an, bulan puasa juga kesemÂpatan untuk meningkatkan jumÂlah dan mutu ibadah kita, baik ibaÂdah ritual maupun ibadah sosial.
Tapi kenyataannya umat Islam khususnya di Indonesia malah seÂbaliknya yaitu menurunkan jumÂlah dan mutu ibadah kita, misal imam solat tarawih yang cepat yang disenangi dari pada imam yang tumaninah, bacaan surat pendek Imam yang disenangi dari padabacaan surat panjang Imam, lebih senang belanja di mall dari pada di solat berjamaah di masjid, lebih senang ketawa ketawi nonÂton televisi dari pada membaca sejarah riwayat hidup teladan seÂluruh manusia Nabi Muhammad SAW, lebih senang ngabuburit kesana kemari dari pada i’tikaf di masjid, lebih suka SOTR (Sahur On The Roa ) dari pada sahur di masjid, lebih senang membeli petÂasan dan kembang api dari pada bersedekah dan semua kegiatan yang tidak bermutu dan tidak produktif yang lain.
Dan balasan bagi seorang hamba yang beriman adalah sebÂagai berikut : Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sunÂgai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.†Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamÂnya (QS Al Baqarah ayat 25). Inilah kemenangan dan prestasi yang seÂbenarnya kita hidup di dunia ini, yaitu ujungnya kita masuk ke surÂganya Allah, tidak ada artinya kita hidup di dunia yang fana ini, jika kita kaya raya, tinggi jabatan kita, terkenal dan banyak dipuji orang tapi ujungnya masuk neraka.
Ketiga, meningkatkan kompeÂtensi kita dalam bekerja. Puasa adalah saat yang tepat untuk introspeksi diri atas kekurangan kita, sehingga dengan tahu kelemahan dan kekurangan diri kita, akan memacu kita untuk memperbaiki diri dan pada akhÂirnya kita bisa meningkatkan mutu kompetensi kita dalam bekerja. Misal jika kita sebagai seorang pemimpin yang mudah marah dan sewenang-wenang terÂhadap anak buah, maka dengan puasa ini kita bisa lebih sabar dan adil dengan anak buah. Atau jika kita sebagai seorang pegawai yang suka mengeluh dan malas dalam bekerja, maka dengan puasa ini kita bisa lebih bisa bersyukur dan rajin dalam bekerja. Atau sebagai seorang remaja yang mudah galau dengan puasa hidupnya penuh keÂtenangan.
Indikator dari keberhasilan kita mengubah perilaku kita yang jelek ini kepada perilaku yang baik ini terlihat nanti setelah lebaran. Dan salah satu manfaat dan keberÂhasilan dari puasa adalah memÂbakar penyakit fisik dan penyakit hati kita seperti iri, dengki, kikir, otoriter, pemarah, suka gibah dan lain-lain. Jika kita sudah punya siÂfat sabar, adil, syukur, rajin, ikhlas dan sifat baik yang lainnya, otoÂmatis kinerja kita akan membaik dan kita akan merasa nyaman bekerja serta prestasi kita akan meningkat dengan pesat.
Setelah kita bisa meningkatÂkan kompetensi sosial dan religius kita yaitu punya sifat sabar, adil, tawadu, qonaah, syukur, rajin, ikhlas dan hanya mencari ridho Allah, setelah lebaran waktunya kita untuk pengembangan diri dengan meningkatkan kompeÂtensi pengetahuan kita dan komÂpetensi ketrampilan kita, dengan ikut workshop, in house training, kursus atau kepelatihan lain yang sesuai dengan kompetensi kita, sehingga puasa kita penuh prestaÂsi. Jayalah Indonesiaku. (*)