alfian mujani 240RADIKALISME ada di semua agama pada masa dan tem­pat tertentu. Ia tak pernah mati. Hanya redup sesaat, lalu hidup kembali pada masa dan tempat yang lain. Radikal pada tataran makna netral tak perlu dicemaskan. Namun dalam catatan sejarah, radikalisme memiliki im­pressi negatif. Faham ini menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan gerakan mereka.

Munculnya kasus pembakaran gereja di Aceh Singkil, pembakaran masjid di perkam­pungan Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, dan pembantaian umat muslim Rohingnya membuktikan secara empirik bahwa radika­lisme bukan monopoli satu agama. Karena itu, argumen yang disampaikan para pemuka agama harus memperahatikan fakta-fakta em­pirik ini dengan arif dan bijaksana.

Tak ada satu agama pun yang menga­jarkan umatnya untuk menista umat agama lain secara biadab. Anak kandung radikalime adalah ekstremisme dan terorisme. Dalam masyarakat Yahudi, Kristen, Islam, Hindu, Bud­ha dan lainnya, terorisme dan ekstremisme bisa tumbuh berkembang sesuai dengan pe­luang dan potensi yang ada.

============================================================
============================================================
============================================================