A1-30122015-KAKIAN2,-okeDATANGLAH ke To­kyo dan tanya Mah­mudi Fukumoto di kalangan Diaspora Indonesia di sana, bisa dipastikan, Anda segera akan bertemu dengan mantan TKI (tenaga kerja Indonesia) yang kini sukses bisnis di Jepang. Dia bersahabat dengan Rustono yang sukses sebagai pengu­saha tempe di negeri Matahari Terbit itu.

N. Syamsuddin Ch. Haesy

SEJAK kenal dengannya di Kansei International Airport – Osaka, Jepang, Februari dua tahun lalu, setiap ke Jepang, saya selalu ber­temu dan berbincang dengan dia. Beberapa waktu berselang, Mahmudi menjemput saya di To­kyo Disneyland. Lantas mengajak saya minum kopi di dekat Hara­juku. Sebelumnya, dia mengantar saya ke hutan kota Meiji Jingu.

Putera Jawa Timur asal desa di perbatasan Tulung Agung dan Blitar ini, berangkat ke Jepang se­bagai kenshusei – pekerja magang. Beberapa hari lalu, saya komuni­kasi dengan dia untuk mengatur rencana keberangkatan lagi ke Ehime dan Osaka.

Suatu malam, di kafe sebuah hotel di Osaka, kami menghabis­kan waktu ngobrol tentang dirin­ya. Mahmudi bercerita: Usai men­jadi kenshusei, ia terpikir pulang ke Indonesia. “Rencananya sih, mau kawin dengan gadis Jawa dan berdagang kecil-kecilan. Tapi, baru saja mau melamar, sudah ditolak duluan oleh gadis itu,”kisahnya.

BACA JUGA :  RPJPD Kota Bogor 2025 - 2045, Kota Sains Kreatif, Maju dan Berkelanjutan

Akhirnya dia balik ke Tokyo, dan terpikat seorang gadis Jepang. Mahmudi nekad meminangnya. Ternyata gadis itu mau. “Kawin­nya heboh. Sesuai tradisi Jepang. Saya hanya didampingi teman-teman di sini. Gak ada keluarga yang datang, karena ongkosnya mahal,” katanya. Karena sudah menikah, Mahmudi berfikir, harus mengubah haluan. Ia ingin ber­bisnis, menjadi pengusaha, bukan pekerja.

Berbekal tabungan sekitar Rp300 juta, dia mulai bisnisnya sebagai supplier konstruksi. Keihin Network Solution (KNS), naman­ya. “Saya mesti bersaing dengan orang Jepang,” tekadnya. Tapi ti­dak mudah.

Beberapa kali Mahmudi ga­gal bersaing. Ia mencari tahu pe­nyebab kegagalannya. “Ketemu penyebabnya. Nama saya gak lengkap. Saya gak punya family name. Lalu saya ngomong dengan mertua, lalu diberi family name, Fukumoto,” ulasnya. Maka jadilah dia Mahmudi Fukumoto.

Dengan nama itu, serta modal utama kepercayaan, profesional­isme, dan kualitas, dia konsentrasi ke bisnisnya. Mahmudi bertekad memenangkan kompetisi, bahkan dengan pengusaha Jepang sendiri. “Orang Jepang, ‘kan berpegang pada tiga hal itu, plus disiplin. Al­hamdulillah, berhasil. Akhirnya saya mendapatkan beberapa proyek,” jelasnya.

Mahmudi juga menerapkan prinsip budaya Jepang tentang efek­tivas dan efisiensi bisnis. Termasuk berhati-hati dan konsisten menjaga kepercayaan, janji, dan kesepakatan yang tertera di dalam kontrak.

BACA JUGA :  Wajib Coba! Menu Makan Siang dengan Semur Daging Istimewa yang Lezat dan Nikmat

Proyek demi proyek berhasil dilaksanakan. “Termasuk bebera­pa pekerjaan proyek pembangu­nan kilang pengolah minyak men­tah dan gas, jembatan, gedung, dan pipa di laut,” ungkapnya. Usa­hanya pun terus berkembang.

Mantan bosnya menilai Mahmudi berjiwa entrepreneur dan berkemampuan managerial yang bagus. Dia juga sesosok pen­gusaha yang bertanggung jawab. Sejumlah pengusaha Jepang kian percaya dengannya dan menjadi­kannya mitra bisnis.

Lalu, Mahmudi merekrut para profesional di bidang konstruksi dari beragam keahlian. Profesional las, kayu, batu, pipa, dan lainnya, dengan menerapkan disiplin ketat. Para profesional, itu dia rekrut den­gan gaji yang lumayan besar (untuk ukuran Indonesia), sekitar Rp20 juta sampai Rp30juta sebulan.

Di perusahaannya, Mahmudi mempekerjakan orang Jepang dan Indonesia. “Pernah juga saya pake orang Bangladesh dan Korea, tapi tidak cocok dengan budaya di sini, saya berhentikan,” ungkapnya. Mahmudi ingin, lebih banyak lagi mantan kenshusei yang sukses berwirausaha, baik di Jepang mau­pun di Indonesia,” tukasnya. Kare­na itu dia sering membuat pelati­han kewirausahaan di Jepang, dan menjalin kerjasama bisnis dengan UKM di Indonesia.

============================================================
============================================================
============================================================