Raksasa cokelat dunia kini berlomba-lomba masuk Indonesia. Mereka terÂtarik setelah Pemerintah terus mendorong nilai tambah produk kakao olahan. Caranya dengan memberikan rangsangan seperti penerapan bea masuk ekspor kakao hingga insentif paÂjak bagi investor.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pemerinÂtah telah memberikan berbagai insentif bagi investor sehingga signifikan dalam mendorong perkembangan industri pengoÂlahan kakao di Tanah Air. BeberÂapa pabrikan cokelat dunia dari Amerika Serikat (AS), Prancis, MaÂlaysia, dan lainnya sudah investasi di Indonesia.
“Masuknya beberapa investor di bidang industri pengolahan kaÂkao skala besar seperti PT Cargill Indonesia di Jawa Timur, PT Barry Callebaut di Sulawesi Selatan PT Asia Cocoa Indonesia di Batam dan lainnya,†kata Salah Husin saat Peresmian Rumah Cokelat dan Rumah Kemasan di Palu, SuÂlawesi Tengah, Selasa (17/11/2015).
Ia mengatakan, dalam pengembangan perkakaoan naÂsional, pemerintah telah memÂberikan berbagai fasilitas melalui paket kebijakan, Pembebasan Bea Masuk atas pengimporan mesin, barang dan bahan. “Kami juga memberikan Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) bagi inÂvestasi baru maupun perluasan di bidang industri pengolahan kakao dan Fasilitas Pajak PengÂhasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah TerÂtentu,†katanya.
Selain itu, pemerintah memÂberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan dengan persyaratan merupakan industri pionir, rencana penanaÂman modal Rp 1 triliun dan telah berproduksi secara komersial.
“Di samping industri besar tersebut kita perlu mendorong tumbuhnya industri hilir pengolaÂhan kakao skala kecil, mengingat sektor ini mempunyai rantai nilai yang cukup banyak dan berperan besar dalam penumbuhan ekonoÂmi masyarakat,†katanya.
Indonesia merupakan proÂdusen kakao atau bahan baku cokelat terbesar ke-3 di duÂnia di bawah Ghana dan PanÂtai Gading. Namun rata-rata konsumsi cokelat per kapita orang Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara bukan penghasil kakao seperti Eropa.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menÂgatakan, industri pengolahan kakao mempunyai peranan penting dalam peningkaÂtan devisa dan peningkatan ekonomi.
Produk olahan kakao tak hanya untuk diekspor namun juga bisa dimaksimalkan di pasar dalam negeri sehingga perputaran ekonomi lebih besar lagi. Dengan konsumsi kakao yang masih rendah saat ini justru menjadi peluang besar bagi invÂestasi industri olahan.
“Konsumsi kakao masyarakat Indonesia saat ini masih relatif rendah dengan rata-rata 0,5 kg/kapita/tahun, jauh lebih rendah dibanding dengan konsumsi negara-neÂgara Eropa yang lebih dari 8 kg /kapita/tahun,†kata Saleh Husin.
Menurur Saleh, sektor industri merupakan pengÂgerak utama perekonomian nasional yang perlu terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan nilai tambah, pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri, meningkatkan ekspor dan penyerapan tenaÂga kerja.
Saleh mengatakan, KemenÂterian Perindustrian telah meÂnetapkan industri pengolahan kakao sebagai salah satu indusÂtri prioritas untuk dikembangÂkan melalui program hilirisasi.
(Alfian Mujani|detc)