img_6371Presiden Joko Widodo ( Jokowi) menyatakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi adalah persoalan kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 28,51 juta orang atau 11,13%.

Oleh : Alfian Mujani
[email protected]

Tantangan kita adalah ke­miskinan. Ini di depan mata kita. Angka yang ada sekarang kurang lebih 11%. Tetapi dengan patokan apa. Patokan­nya kalau USD 1 mungkin iya,” kata Jokowi di Jiexpo, Kemayoran, Jakar­ta, Minggu (10/1/2016).

Bila tolak ukurnya digeser ke 2%, maka tentu jumlah penduduk miskin di Indonesia menjadi lebih besar. Maka perlu berbagai upaya keras dari pemerintah agar semakin men­gurangi jumlah penduduk miskin. “Kalau patokannya USD 2 menjadi angka yang sangat berbeda sekali. Ini tantangan yang kita hadapi,” im­buhnya.

Seperti diketahui, garis kemiski­nan internasional ditentukan sebe­sar USD 1,25 dan USD 2. Ini nanti­nya disesuaikan dengan kondisi negara tersebut berdasarkan mata uang yang dikombinasikan den­gan basis data pengeluaran rumah tangga.

Jokowi menambahkan, upaya un­tuk mengurangi penduduk miskin adalah dengan meningkatkan ak­tivitas ekonomi, yang diukur dari pertumbuhan ekonomi. Salah satu komponennya adalah dengan men­dorong belanja negara pada kegiatan yang bersifat produktif seperti pem­bangunan infrastruktur.

BACA JUGA :  Menu Makan Malam dengan Tumis Buncis dan Wortel yang Renyah dan Sedap

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, target angka kemiskinan berkurang menjadi 9-10%. Kemudian pengang­guran di kisaran 5,2-5,5%, gini rasio 0,39 dan indeks pembangunan ma­nusia 70,1. “Dengan berbagai upaya yang kita lakukan, kita ingin angka kemiskinan dapat diturunkan” te­gasnya.

Kerja Siang Malam

Pada bagian lain, Jokowi juga nyatakan, pasar bebas di sektor eko­nomi (globalisasi) sudah mulai ber­jalan. Negara-negara besar di dunia membentuk koalisi dagang, seperti Amerika Serikat dengan Trans-Pa­cific Partnership (TPP), Uni Eropa dengan European Free Trade Asso­ciation, dan juga China.

Langkah negara besar itu dilaku­kan untuk memperkuat posisi da­gang. Melihat hal ini, Indonesia tak bisa lagi menghindar. Jokowi men­gatakan, pemerintah dan pekau ekonomi dalam negeri harus bekerja keras dari pagi hingga malam untuk menghadapi itu.

“Kita nggak pro liberalisasi, ini fakta. Kompetisi persaingan sudah di depan mata. Perbaikan yang kurang dalam menghadapi persaingan harus dikejar pagi siang malam. Nggak ada cara lain,” kata Jokowi.

Ia mengaku, harus ada langkah perbaikan dan peningkatan di sek­tor infrastruktur hingga sumber daya manusia. Untuk infrastruktur, ia mengambil contoh pembangunan bendungan dan saluran irigasi. Lang­kah ini untuk meningkatkan daya saing Indonesia di sektor pangan. “Bagaimana produk pangan kita bisa bersaing makanya disediakan bend­ungan dan irigasi. Itu kunci produk pangan kita,” jelasnya.

BACA JUGA :  Pencok Kentang Betawi, Makanan Renyah yang Gurih Bikin Nagih

Pemerintah, lanjut Jokowi, akan membangun 49 bendungan baru hingga saluran irigasi pendukung­nya dalam 5 tahun ke depan. “Saya baru resmikan Bendungan Raknamo (NTT). Kemudian di NTT ada 7 bend­ungan besar akan dibangun, tanpa bendungan maka nggak ada air di NTT dan NTB sehingga nggak bisa ta­nam padi, sorgum, kedelai, jagung,” sebutnya.

Di sektor transportasi, Pemer­intah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sedang membangun pelabuhan raksasa, seperti Kuala Tanjung di Sumatera Utara, Pelabu­han New Priok di Jakarta Utara, hing­ga New Makassar Port di Sulawesi Selatan. Pelabuhan dibangun untuk mendukung transportasi laut dan menurunkan ongkos logistik.

“Produk ada mau dikirim ke Jawa, pelabuhan nggak siap maka harga produk kita akan mahal dan nggak bisa bersaing. Pelabuhan adalah kuncinya, karena 2/3 (wilayah) kita adalah air,” tambahnya.

(dtc)

============================================================
============================================================
============================================================