Untitled-7PERTEMUAN delegasi Indonesia dan China di Hotel Borobudur, Jakarta, kemarin akhirnya mencapai beberapa kesepakatan dan komitmen. Pertemuan itu dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, sebagai wakil Indonesia dan anggota Dewan Negara China, Yang Jiechi sebagai wakil China. Apa saja komitmennya?

Oleh : Yuska Apitya
[email protected]

Delegasi Pemerintah China yang dipimpin oleh ang­gota Dewan Negara China, Yang Jiechi, bertemu den­gan delegasi Indonesia yang diketuai Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, di Hotel Borobu­dur, Jakarta.

Dalam pertemuan, delegasi China menyampaikan beberapa topik, di antaranya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang sedang digarap secara ‘koroyokan’ antara BUMN Indonesia dan China. “Salah satu proyek pembangunan yang se­dang berjalan adalah kereta cepat Indonesia-China. Kita siap untuk meningkatkan investasi dan memu­lai pembangunan selanjutnya,” ujar Jiechi pada cara 2nd Meeting of High Level Economic Dialogue RI-China di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (10/5/2016).

Selain topik kereta cepat, inves­tor asal China siap mendukung In­donesia dalam penyediaan listrik. “Perusahaan-perusahaan China secara aktif berpartisipasi dalam proyek pembangkit listrik. Kami bersedia untuk memberikan in­vestasi kami di Indonesia. Proyek-proyek yang dikerjakan telah di­tandatangani, tahap pertama telah dibangun,” sebutnya.

Tak hanya itu, Pemerintah NegeriTirai Bambu ini berkomitmen menciptakan keseimbangan perda­gangan antara 2 negara. Perusahaan atau industri asal China siap menyer­ap produk made in Indonesia.

BACA JUGA :  Cemilan Simple dengan Cireng Empuk Renyah dengan Bahan Murah Meriah

“Kita sedang berupaya mencari solusi sehingga terjadi keseimban­gan dalam hubungan bilateral kita. Pihak China akan mendorong peru­sahaan kita mengimpor barang-ba­rang dari Indonesia. Kami menyam­but baik makin banyak perusahaan Indonesia berpartisipasi di China untuk merepresentasikan produk-produk khasnya,” paparnya.

Usai pertemuan, Darmin men­gaku ada beberapa sektor yang dibahas di antaranya terkait infra­struktur, pertanian, perdagangan, perikanan dan energi. “Di samping sektor-sektor itu ada juga persoa­lan yang disampaikan oleh masing-masing. Misalnya kita mengatakan, kita itu kok perdagangannya makin lama defisitnya makin banyak,” kata Darmin di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (10/5/2016).

Di sektor perdagangan, kedua be­lah pihak sepakat untuk melonggar­kan hambatan untuk ekspor dan im­por. “Tentu saja kita identifikasi apa yang kita harapkan akses pasarnya di sana supaya lebih dibuka. Apalagi kalau ada barrier seperti non-tarif, kita minta itu supaya dihilangkan. Di samping itu Kemendag akan mem­bangun semacam kantor kapal untuk promosi,” ujarnya.

China, lanjut Darmin, berkomit­men membantu pembiayaan terha­dap proyek infrastruktur dan kelis­trikan di Indonesia. “Ada sejumlah proyek infrastruktur yang akan dibi­ayai,” sebutnya.

Di tempat yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Eko­nomi Internasional Kemenko Per­ekonomian, Rizal Affandi Lukman menyebut China berminat memberi bantuan pendanaan untuk proyek waduk, jalan tol, jalur kereta hingga pembangkit listrik.

“Saya kira pihak China masih berminat untuk membiayai sejum­lah waduk di Indonesia. Ini tersebar di seluruh tanah air kemudian juga ada tol,” ujar Rizal.

BACA JUGA :  Resep Membuat Tumis Tahu Kuning dan Tauge, Lauk Praktis dan Sederhana di Tanggal Tua

Setidaknya China menyediakan pendanaan US$ 10 miliar untuk neg­ara Asia Tenggara. Indonesia, kata Rizal, bisa memanfaatkan fasilitas pinjaman tersebut. “Dari sejumlah US$ 10 miliar untuk negara ASEAN, Indonesia akan memanfaatkannya untuk membiayai proyek-proyek in­frastruktur. Jadi proyek ini yang ti­dak dikerjasamakan dengan negara lain karena dengan Jepang dan Korea kan kita juga sudah ada list prior­ity project, sekarang dengan negara China,” tuturnya.

Dari dana itu, Indonesia akan me­manfaatkan fasilitas pinjaman US$ 4 miliar karena membutuhkan pembi­ayaan untuk mendukung proyek in­frastruktur di seluruh tanah air.

China juga akan memberikan hibah kepada pemerintah Indonesia sebesar 30 juta yuan. “Pemerintah China memberikan hibah sebesar 30 juta yuan yang akan dipakai untuk mematangkan proyek-proyek infra­struktur. Jadi feasibility study yang belum ada nanti bisa diambil dari dana hibah tersebut. Ini belum ditan­datangani,” paparnya.

Pada kerja sama itu, kontraktor China akan masuk. Meski demikian, Indonesia akan meminta kontraktor terbaik dalam pekerjaan tersebut. “Kita juga ingin ada proses bidding-nya sehingga kita inginkan peru­sahaan yang terbaik dari yang di­tawarkan, dan pemerintah China juga menjanjikan akan mencarikan perusahaan yang terbaik untuk ikut proses bidding,” ujarnya.(*)

============================================================
============================================================
============================================================