blue-growth-chartRupiah menguat hingga 192 poin disaat indeks dolar melemah tajam setelah bank sentral AS tidak menaikkan suku bunganya pada penutupan perdagangan Kamis (17/3/2016). Perdagangan Rupiah melambung tinggi terapresiasi 192 poin atau 1,45 persen ke Rp13.075 per dolar AS dan bergerak dikisaran Rp13.016 – Rp13.195 per dolar AS.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Begitu juga dengan mata uang Asean lainnya yang turut men­guat seperti peso Filipina (+1,01 persen), ringgit Malaysia (+1,93 persen), bath Thailand (+0,22 persen) dan dolar Singapura (+0,49 persen) di pasar spot.

Samuel Sekuritas Indonesia sebel­umnya telah memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perda­gangan hari ini menguat hingga akhir perdagangan.

Ekonom Samuel Sekuritas Indone­sia Rangga Cipta mengatakan lemahnya dolar AS dan positifnya harga minyak ikut mendorong penguatan rupiah pada perdagangan hari ini.

“Harga minyak naik, rupiah ber­potensi menguat,” kata Rangga dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (17/3/2016).

Indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil ditu­t u p menguat 0,50% atau 24,25 poin ke level 4.885,69 pada perdagangan hari ini bergerak dikisaran 4.869,81-4.900,41. Sebelumnya, indeks dibuka menguat 0,45% atau 21,73 poin ke level 4.883,17.

BACA JUGA :  Resep Membuat Soto Ayam Bening Khas Solo yang Sedap dan Nikmat, Bikin Ketagihan

Sebanyak 195 saham menguat, 114 saham melemah dan 218 saham stagnan dari 527 saham yang bergerak di Bursa Efek Indonesia.

Selain itu, kondisi perkembangan perekonomian Indonesia pada awal ta­hun diprediksi akan lebih baik, ditandai dengan pertumbuhan yang positif serta menguatnya nilai mata uang rupiah.

Beberapa poin tentang perekono­mian Tanah Air dibahas dalam acara Indonesia Market Outlook yang dib­awakan oleh ekonom Bank OCBC Sin­gapura Wellian Wiranto beserta Team Wealth Panel Bank OCBC NISP.

Pertama, pertumbuhan positif di kuartal empat (Q4) 2015 sebesar 5,04 persen melebihi ekspektasi yang mem­proyeksikan sebesar 4,8 pers­en. Menurutnya, hal itu menunjukan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah berjalan sesuai rencana.

Kedua, yakni menguatnya rupiah di level Rp13.000 pada awal 2016, diikuti dengan dipangkasnya suku bunga hing­ga dua kali ke level 7 persen oleh Bank Indonesia, membawa aura positif untuk iklim investasi.

BACA JUGA :  Kalap Makan Daging saat Lebaran, Coba 5 Makanan Ini yang Bisa Menurunkan Darah Tinggi

Menurut Wellian, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk memang­kas suku bunga hingga ke level 6,5 persen. Dengan begitu, Giro Wajib Mini­mum (GWM) juga akan ikut diturunkan persentasenya.

Dia memandang hal tersebut akan memberikan efek positif terhadap ke­naikan portfolio kredit. Salah satu fak­tor penguatnya, sebutnya, adalah fokus perekonomian Indonesia pada pengem­bangan infrastruktur.

“Dengan perkembangan positif ini, Bank OCBC NISP memprediksi sektor perbankan akan menunjukan trend pertumbuhan yang cukup baik dan ketahanan perbankan tetap solid,” ujarnya.

Hal itu, menurutnya, mencermink­an pertumbuhan yang positif dari sisi kredit dan simpanan, rasio kredit ber­masalah (NPL) yang tetap terjaga, serta rasio kecukupan modal (CAR) yang rela­tif tinggi. “Diversifikasi portfolio pada instrumen investasi seperti reksadana, obligasi, dan transaksi forex dapat dija­dikan alternatif bagi nasabah.,” sebutnya. (NET)

============================================================
============================================================
============================================================