JAKARTA TODAYÂ – Bank Indonesia (BI) menÂcatat, sepanjang kuartal I-2016 ( Januari-Maret) jumlah dana asing yang masuk ke dalam negÂeri mencapai USD 4,9 miiliar. Kondisi ini memÂbuat rupiah menguat terhadap dolar AS sepanÂjang periode tersebut.
“Penguatan rupiah masih berlanjut teruÂtama didorong oleh inflow (dana asing) yang terus masuk. Di kuartal I-2016 ada dana maÂsuk USD 4,9 billion baik di pasar saham, SUN (Surat Utang Negara), dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Ini sudah lebih tinggi dibandÂing dua kuartal tahun lalu,†tutur Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/4/2016).
Menurut catatan BI, sepanÂjang kuartal I-2016 nilai tukar ruÂpiah menguat 3,96% dari dolar. Nilai dolar AS rata-rata adalah Rp 13.260. «Dari sisi domestik, penÂguatan tersebut oleh persepsi investor terhadap perekonomian Indonesia yang terus membaik,†ujar Juda.
BI juga memperkirakan terÂjadinya deflasi 0,3% pada April 2016. Ini seiring penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), tarif listrik, dan tarif angkutan umum. “Kami perkirakan bulan ini deflasi sebesar 0,3%,†kata Juda.
Seperti diketahui, awal bulan lalu harga BBM jenis Premium dan Solar diturunkan masing-maÂsing Rp 500 per liter. Sebelumnya, harga BBM jenis Pertamax dan Pertalite juga diturunkan oleh PerÂtamina.
Sedangkan untuk tarif listrik turun Rp 26 hingga 41/kWh unÂtuk 12 golongan. Tarif angkutan umum akan diturunkan rata-rata 3% secara nasional. Untuk wilayah Jakarta tarif Kopaja dan MetromiÂni diturunkan sebesar Rp 500.
Dari sisi bahan pangan, Juda menilai masih terkendali. MenginÂgat juga periode April yang meruÂpakan panen raya untuk jenis beÂras, di mana pasokannya cukup besar. “Harga pangan tidak ada yang terlalu bergejolak bulan ini, saya kira cukup stabil,†tukasnya.
BI juga memprediksi pertumÂbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2016 berada pada kisaÂran 5,1-5,2%. Laju pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh belanja pemerintah.
“Pertumbuhan ekonomi sekiÂtar 5,1% – 5,2%. Dan ini didorong oleh belanja pemerintah. Belanja modal di kuartal I-2016 naik 161% dibandingkan kuartal satu tahun lalu. Belanja barang cukup tinggi secara year on year,†tutur Juda.
Kemudian lanjut Juda, tingkat konsumsi masyarakat sepanjang tiga bulan pertama di 2016 juga sudah mulai menunjukkan kenaiÂkan. “Ada multiplier effect dari beÂlanja pemerintah. Ritel, penjualan motor itu menunjukan tren posiÂtif,†tandas Juda.
(Yuska Apitya/dtkf)