MENGAPA pemÂbauran warga ketuÂrunan Arab lebih mulus ketimbang keturunan TiongÂhoa? Ada beberaÂpa jawaban yang cukup masuk akal. Keturunan Arab memeluk agama yang sama dengan penduduk mayoriÂtas. Dalam persepsi mayoritas, Arab identik dengan Islam.
Sebaliknya, warga keturunan Tionghoa selalu dipersepsikan dengan ideologi negara leluhurnya. Persepsi ini diperkuat peristiwa politik Gerakan 30 September/PKI 1965 yang secara kebetulan Bung Karno, presiden saat itu, sedang mesra-mesranya dengan RRC. Persepsi ini tentu saja sangat keliru, karena fakta sejarahnya justru Islam di Indonesia tak bisa dipisahkan dengan orang Tionghoa.
Penyebar Islam di Indonesia tertua justru orang Tionghoa. Sebut saja Panglima Ceng Ho. Lalu Sunan Ampel bersama kedua putranya Sunan Drajat dan Sunan Bun Ang (Bonang). Disharmoni pribumi dan keturunan Tionghoa sengaja diciptakan Belanda demi kelangsungan penjajahan dan agama penjajah. BerÂsyukurlah kini banyak mubaligh keturunan Tionghoa yang gigih mengungkap kembali sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Melalui para mubaligh itu kita berharap warga ketuÂrunan Tionghoa bisa lebih menyatu.