Sebuah tempat penjualan sapi kurban di Depok, Jawa Barat menggunakan jasa sales promotion girl (SPG). Para SPG cantik itu digunakan untuk menjadi daya tarik. Adalah Haji Romdoni yang biasa disapa Doni pemilik tempat penjualan sapi tersebut. Bagaimana kerja SPG cantik nan seksi ini merayu pembeli?
(Yuska Apitya Aji)
 TAMPIL modis dengan wajah rupawan tak membuat Mayang Mega Nanda risih ketika harus menjalankan tugas sebagai ‘penÂjual’ sapi. Ya, sejak kemarin hingga 20 hari ke depan perempuan berusia 21 tahun ini bertugas sebagai SPG di tempat penjualan sapi kurban milik Haji Doni di Depok, Jawa Barat.
Mayang yang tercatat sebagai mahasiswi semester 5 di sebuah perguruan tinggi di Jakarta itu seÂhari-hari bekerja sebagai petugas administrasi di rumah pemotonÂgan hewan milik Haji Doni. MenjelÂang Idul Adha, dia diperbantukan di tempat penjualan sapi kurban sebagai SPG.
Tak susah bagi Mayang untuk bertugas sebagai ‘penjual’ sapi. Apalagi setiap SPG sudah dibekali dengan telepon pintar. Bila ada calon pembeli yang minta dijelasÂkan soal sapi tertentu, SPG tinggal menyentuh layar tablet di tanganÂnya; dan data pun segera keluar. “Kami samperin pelanggannya terus ditanya mau nyari sapi apa. Kalau di sinikan kami melayaninya pakai tablet begitu, kalau ada pelÂanggan yang nanya mau sapi yang mana nanti kami tinggal masukin tagging nomor sapinya yang di telinga, nanti keluar spesifikasinya deh,†kata Mayang saat berbinÂcang, Selasa (8/9/2015).
Mayang sangat hafal ketika menjelaskan soal jenis sapi yang dijual di kandang Haji Doni. “Di sini ada sapi middle, sapi middle up, sapi premium terakhir, sapi ekÂsekutif,†kata dia.
Menjalani pekerjaan di kandang sapi tentu ada suka dan dukanya. Mayang pun mengalami hal itu. “Pernah, waktu itu lagi menjelaskan ke pelanggan sambil jalan, lagi serius menjelaskan, nginjek kotoran (sapi), biasa saja toh pake sepatu (boots) ini, awalnya sih jijik juga tapi dibuat biasa saja karena harus jaga image ke customer,†kata Mayang.
Setelah seharian berada di kandang sapi, Mayang tentu harus membersihkan diri, merawat keÂcantikannya. Namun dia mengaku tak ada perawatan khusus. “SepuÂlang kerja, paling mandi saja keraÂmas, nggak sempat waktunya (perÂawatan khusus),†kata Mayang.
Juwita Elvianingsih (20 tahun), tak kalah jago. Mahasiswi semesÂter 3 salah satu perguruan tinggi di Depok Jawa Barat ini juga bekerja sebagai petugas administrasi di peÂrusahaan properti milik Haji Doni.
Menjelang hari raya Idul Adha, Haji Doni juga membuka usaha penÂjualan sapi kurban. Juwita pun diperÂbantukan untuk ikut menjual sapi.
Senyum ramah Juwita menyÂambut setiap calon pembeli di kanÂdang sapi Haji Doni. Tak ada rasa risih mau pun jijik meski harus sehaÂrian berada di kandang sapi, tanpa pendingin dan pengharum ruangan.
Maklum ini adalah tahun kedÂua Juwita berperan sebagai SPG di kandang sapi milik Haji Doni. Dulu saat awal menjadi SPG Sapi, dia sempat asing dengan bau kotoran sapi. Namun lama kelamaan hal itu menjadi biasa. “Awalnya meÂmang bau (kotoran),†kata Juwita, di kandang sapi Haji Doni, Depok, Jawa Barat, Selasa (8/9/2015).
Kini Juwita seperti sudah terÂbiasa di kandang sapi. Termasuk juga ketika harus makan. “Malah jadi makan melulu, nggak ada rasa jijik,†kata Juwita.
Menjelang Idul Adha tahun ini, Juwita akan berada di kandang sapi selama 12 jam setiap hari. Hal ini akan berlangsung selama 20 hari. Untuk menjaga penampilan, seteÂlah tak lagi di kandang sapi, Juwita langsung melakukan perawatan. “Ya, perawatan khusus, creambath, luluran segala macam,†kata dia.
Sementara, Haji Romdoni yang biasa disapa Doni pemilik tempat penjualan sapi tersebut mengaku sudah menjalankan usahanya seÂlama 33 tahun. Namun baru sepuluh tahun lalu terbersit ide menggunaÂkan SPG dalam menjual sapi. Itu pun baru pada 2012 media massa ramai mengulasnya.