Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Bisnis minuman dingin masih terus berkembang, seiring permintaan yang tetap tinggi. Apalagi saat ini tawaran varian minuman yang kian beragam, menambah daya tarik bagi konsumen unÂtuk mencoba. Bisnis ini juga terkenal sebÂagai bisnis yang bukan musiman, sehingga banyak pengusaha anyar yang tertarik bergerak di bidang ini.
Salah satunya adalah ChaCha Milk Tea besutan Pinpin Maryanto. Agar usahanya cepat berkembang, Pinpin memutuskan untuk menawarkan kemitraan usaha sejak akhir tahun 2014.
Hingga saat ini sudah beroperasi sekiÂtar 12 gerai yang tersebar di Yogyakarta, Semarang, Solo, Lampung dan Bengkulu. Rinciannya satu gerai milik pusat dan siÂsanya milik mitra usaha.
Paket investasi yang ditawarkan sebeÂsar Rp 250 juta dan Rp 450 juta dengan konsep resto. Fasilitas yang didapat mitra yaitu renovasi tempat, peralatan usaha, pelatihan karyawan, desain outlet. PerbeÂdaan fasilitas yang didapatkan dari segi keÂlengkapan peralatan dan desain lantaran luas tempat usaha yang berbeda. Untuk paket pertama, luas tempat usaha sekitar 100 m² dan paket kedua butuh tempat seÂluas 150 m².
ChaCha Milk Tea menawarkan 58 varÂian produk dalam beberapa kategori yaitu milktea, smoothie, dan oriental dessert. Tersedia pula 14 jenis taburan yang bisa diÂpilih seperti popping boba, rainbow jelly, tapioka pearl, sampai egg atau taro pudÂding. Pinpin mengklaim bahwa kelebihan ChaCha Milk Tea adalah tawaran varian rasa yang beragam serta topping cukup banyak. “Selain itu rasa produk kami berÂbeda dengan yang lainnya,” kata dia.
Kerjasama usaha akan berlangsung seÂlama dua tahun. Untuk biaya perpanjanÂgan kerjasama akan dibicarakan selanjutÂnya oleh dua belah pihak.
Harus Bisa Branding
Harga jual menu berkisar Rp 11.000 hingga Rp 16.000 per gelas. Target penÂjualan tiap gerai sekitar 200 gelas per hari, sehingga omzet yang bisa diraup mencapai Rp 90 juta per hari. Setelah dikurangi biÂaya bahan baku, sewa tempat, gaji pegawai dan biaya operasional lainnya, mitra maÂsih bisa meraup laba sekitar 20%. Sehingga target balik modal sekitar 1,5 tahun.
Pinpin mengatakan, pengeluaran unÂtuk pembelian bahan baku sekitar 40%- 50% dari omzet. Sekitar 80% bahan baku biasanya mitra pasok dari pusat.
Erwin Halim, Pengamat Bisnis dari Proverb Consulting mengatakan, prospek usaha minuman dingin masih bagus di Indonesia, karena bisnis ini juga bukan bisnis musiman cocok dengan iklim di Indonesia. Yang harus diperhatikan oleh calon mitra usaha adalah dukungan induk usaha khususnya dari pemasaran produk atau ketika ada pembukaan cabang baru. “Bagaimana mereka melakukan branding di masyarakat,” ucap Erwin.
Sementara untuk perhitungan proyeksi keuangan dan target balik modal masih terbilang wajar, asalkan tempat usaha strategis. (KTN)