Oleh: HERU BUDI SETYAWAN,S.Pd.PKn
Pemerhati Pendidikan
Kriteria keunggulan sekolah yang diÂinginkan oleh pemerÂintah dalam hal ini Kementerian PendiÂdikan dan Kebudayaan meliputi iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kemandirian yang mampu menghadapi era globalisaÂsi, keunggulan yang dapat mengÂhasilkan karya yang bermutu, keÂahlian dan profesionalisme dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebersamaan dan kekeluargaan dalam mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.
Dari kriteria di atas dapat diÂtarik kesimpulan bahwa muara keunggulan yang harus dicapai oleh peserta didik adalah unggul dalam sikap (afektif), pengetaÂhuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor).Sekolah yang bisa diÂkategorikan dalam sekolah unggul adalah sekolah yang mampu melaÂhirkan keunggulan akademik, esÂktrakurikuler dan moralitas pada peserta didik. Keunggulan akaÂdemik dinyatakan dengan nilai akÂademis yang dicapai oleh peserta didik. Keunggulan ektrakurikuler dinyatakan dengan mendapat juara berbagai lomba yang diikuti sekolah. Sedangkan keunggulan moralitas dengan terciptanya peserta didik yang berakhlak muÂlia. Lalu bagaimana untuk mencipÂtakan sekolah unggul dan murah?
Menurut penulis, ada tujuh cara menciptakan sekolah unggul dan murah yaitu: Pertama, pengÂhematan anggaran pendidikan. Penghematan ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaÂranya 1. Menjadikan waktu sekolah dari 6 hari menjadi 5 hari. Melalui ketentuan ini, anggaran listrik, PAM, telpon, transport, uang makan dan minum bisa dihemat. Dengan libur Sabtu-Minggu, guru bisa istirahat dan berkumpul denÂgan keluarga. Atau hari Sabtu bisa digunakan untuk pengembangan diri atau melanjutkan kuliah, seÂhingga kualitas guru semakin baik, jika kualitas guru membaik otoÂmatis kualitas sekolah juga akan membaik. 2. Mengganti soal ulanÂgan dari kertas ke online. Cara ini selain menghemat beaya fotocopy, juga ramah terhadap lingkungan, karena salah satu bahan baku kerÂtas adalah dari kayu. 3. Mendesain ruang kelas dengan AC alam, yaitu dengan membangun ruang kelas yang tinggi, ventilasi udara yang cukup memadai (kalau perlu jenÂdela tanpa kaca), banyak menaÂnam pohon di lingkungan sekolah, baik menanam tanaman di tanah, pot biasa, pot gantung, sistem hiÂdroponik (menggunakan media air) dan vertical garden.
Kedua, kreatif mencari tambaÂhan dana pendidikan. Selain dana dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah ), BSM ( Bantuan Siswa Miskin ), Bantuan dari Pemkot/ Pemkab untuk pendidikan dasar dan bantuan dari Pemprov untuk pendidikan menengah. Sekolah harus kreatif mencari tambahan dana pendidikan dari CSR (CorÂporate Social Responsibility) atau dana sosial dari perusahaan. Permasalahan yang sering terÂjadi pada CSR adalah perusahaan kurang transparan pada pendisÂtribusian dana CSR. Jalan keluar dari masalah ini adalah 50 % dana CSR disalurkan pada masyarakat sekitar perusahaan dan yang 50 % disalurkan pada sekolah.
Ketiga, aktif menjalin kerjasaÂma dengan pihak stakeholders sekolah. Semua program sekolah harus melibatkan stakeholders sekolah, dengan melibatkan stakeÂholders sekolah, program sekolah tersebut terasa ringan dan lancar serta dapat mengurangi anggaran, karena stakeholders sekolah puÂnya hubungan yang sangat emoÂsional terhadap sekolah sehingga akan rela berkorban dan membanÂtu semua program sekolah, baik secara pemikiran, materi maupun non materi.
Keempat, menciptakan bidang usaha di sekolah. Sekolah bisa mendirikan koperasi sekolah, bisa mendirikan kantin dan toko sekoÂlah, bisa mengelola baju seragam sekolah, bisa mengelola bus anÂtar jemput peserta didik dan bisa mengelola catering peserta didik serta berbagai jumlah bidang usaÂha yang jumlahnya sangat banyak.
Kelima, maksimalisasi angÂgaran pendidikan 20%. Menurut Pasal 31 ayat 4, negara mempriÂoritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapaÂtan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan penÂdidikan nasional. Dari sekarang kita harus selalu memperjuangkan untuk memperjuangkan bahwa 20 % anggaran pendidikan dari APBN benar-benar 20 % semuanya unÂtuk anggaran Kemendikbud, buÂkan juga untuk Kementerian yang lain, seperti selama ini.
Keenam, optimalisasi guru sertifikasi. Guru bersertifikasi adalah guru yang professional, maka guru bersertifikasi ini harus kita maksimalkan dalam proses pembelajaran, yaitu dengan 24 jam mengajar dalam seminggu, sehingga kualitas sekolah semaÂkin meningkat. Ketujuh, melakÂsanakan subsidi silang antar peserta didik. Ketentuan ini dibuat dalam bentuk prosentase pemÂbayaran uang sekolah. Peserta diÂdik dengan kemampuan ekonomi normal membayar uang sekolah 100 %. Peserta didik dengan keÂmampuan ekonomi kurang bisa dibagi menjadi membayar uang sekolah sebesar 75 %, 50 %, 25 % dan 0 % (gratis). Peserta didik denÂgan ekonomi mampu bisa memÂbayar uang sekolah sebesar 200 % atau 300 % atau juga bisa menjadi donator tetap.
Setelah melaksanakan tujuh cara tersebut, dana yang didapat dari penghematan dan semua keÂgiatan yang kreatif serta produktif tersebut dialokasikan untuk proÂgram peningkatan mutu sekolah, sehingga akan tercipta sekolah unggul dan murah. Ternyata tiÂdak susah untuk membuat sekoÂlah unggul dan murah, asal ada kreativitas, kemauan dan kepeduÂlian seluruh stakeholders sekolah, InsyaAllah bisa terwujud. Jayalah Indonesiaku. (*)