HONGKONG TODAYÂ – Petugas kepolisian Hong Kong menangkap sembilan anggota kelompok politik radikal dan menyita seÂjumlah bahan peledak dan senjata laras panjang pada Senin (15/6/2015).
Dilaporkan Reuters, mengutip laporan berbagai media setempat, penangkapan tersebut terjadi saat penggerebekan yang diluncurkan pada tengah malam oleh puÂluhan petugas polisi.
Sembilan orang tersebut ditangkap atas dugaan memproduksi bahan peledak, yang diduga untuk menciptakan kekacauÂan menjelang pemungutan suara para angÂgota parlemen. Pemungutan suara ini digeÂlar untuk menentukan tata cara pemilihan umum kepala pemerintahan Hong Kong selanjutnya. Diantaranya mereka yang diÂtangkap, terdapat seorang mahasiswa dan asisten dosen. “Selama operasi ini, polisi menemukan bahan kimia, komputer, broÂsur, beberapa peta, masker wajah, thinÂner, beberapa senapan udara, komputer tablet yang berisi petunjuk membuat bahan peledak, serta rumus kimia untuk membuat granat asap,†kata Inspektur Au Chin-chau, dikutip dari Reuters, Senin (15/6/2015).
Menurut laporan South China MornÂing Post, mengutip seorang sumber keÂpolisian, bahan peledak yang disita meruÂpakan triacetone triperoxide atau TATP. Bahan peledak jenis ini umum digunakan dalam serangan berbagai kelompok eksÂtremis di Israel dan London.
Sementara menurut laporan penyiar RTHK dan Cable TV, polisi juga menyita bahan kimia yang dapat digunakan untuk membuat bahan peledak dan senjata laras panjang di beberapa rumah tersangka.
Pekan ini, para anggota parlemen Hong Kong dijadwalkan akan melakukan pemungutan suara soal cara pemilihan keÂpala pemerintahan Hong Kong yang akan diselenggarakan pada 2017.
Pemerintah Beijing mengusulkan peÂmilihan langsung untuk sejumlah kandiÂdat yang telah dipilihkan. Sejumlah kanÂdidat tersebut dinilai pro-Beijing. Para anggota parlemen pro-demokrasi berenÂcana menggunakan hak veto mereka unÂtuk mencegah hal ini terjadi.
Tata cara pemilihan umum di Hong Kong telah memicu berbagai protes di negara bekas jajahan Inggris ini. Tahun lalu, aktivis pro-demokrasi menggelar unÂjuk rasa bertajuk Occupy Central yang berÂlangsung selama 79 hari, dan diikuti oleh lebih dari 100 ribu demonstran.
(Yuska Apitya/net)