pT5oAjbkcJAKARTA, TODAY – Harga emas terkorek­si selama tiga minggu berturut-turut yang menjadi pemerosotan terpanjang sejak November 2015 seiring dengan speku­lasi kenaikan suku bunga Federal Reserve pada bulan depan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (20/5/2016) harga emas Comex untuk kon­trak Juni 2016 stagnan di level USD 1.252,9 per troy ounce. Adapun emas Gold Spot merosot 2,77 poin atau 0,22 persen men­jadi USD 1.251,98 per troy ounce. Harga keduanya menunjukkan level terendah sejak 27 April 2016.

Tai Wong, Director of Commodity Products Trading BMO Capital Markets, mengatakan penekan utama harga emas ialah komentar tak terduga The Fed yang bernada hawkish. Hal itu membuat batu kuning anjlok secara mingguan.

BACA JUGA :  Wali Kota Bogor Tak Putus Asa Benahi Pasar Kebon Kembang

Investor memprediksi para pembuat kebijakan AS akan menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan,didorong oleh komentar pejabat The Fed yang me­nyatakan peningkatan dua kali sepanjang 2016. Namun, besar kemungkinan penaik­kan tersebut berpeluang dilakukan pada bulan depan.

Pada awal Mei, emas berhasil melaku­kan reli di tengah ekspektasi The Fed bakal memertahankan suku bunga ren­dah lebih lama akibat risiko perekono­mian global. Namun, pernyataan pejabat The Fed membuat dolar menguat pekaan ini sekaligus menekan harga emas sebagai aset alternatif.

Berdasarkan data Fed Fund Futures, probabilitas kenaikan suku bunga pada bulan depan naik dari 4 persen pada Ju­mat (20/5) menjadi 30 persen. Mayoritas atau 65 persen memprediksi kenaikan ter­jadi pada akhir 2016, dari sebelumnya 75 persen di awal 2017.

BACA JUGA :  Resep Membuat Tumis Tahu Kuning dan Tauge, Lauk Praktis dan Sederhana di Tanggal Tua

Presiden The Fed New York, William Dudley menyampaikan, periode Juni hingga Juli menjadi waktu yang pas untuk menaikkan suku bunga. Presiden Federal Reserve Atlanta Dennis Lockhart dan Presiden Federal Reserve San Francisco John Williams menyampaikan kenaikan suku bunga tetap bisa dilakukan se­banyak dua kali pada tahun ini.

Standard Chartered dalam publikasi risetnya menyampai­kan, selain kenaikan suku bunga The Fed, faktor ekonomi makro AS turut berperan terhadap har­ga. Jatuhnya dolar, obligasi, dan volatilitas pasar ekuitas mendukung penyerapan logam mulia.

============================================================
============================================================
============================================================