Tak banyak jenderal yang begitu fasih tentang aneka ragam pohon. Mayjen TNI Doni Monardo merupakan satu dari sedikit jenderal yang menaruh peratian dan minat terhadap pohon dan penghijauan.
(Alfian Mujani)
‘’DULU, waktu saya di Kopassus Serang dipaksa oleh komandan saya untuk menanam pohon. Karena marÂkas Kopassus di Serang pada waktu itu sangat gersang,’’ ujar Pangdam Patimura Mayjen TNI Doni Monardo kepada Bogor Today, pekan lalu.
Pemaksaan yang dilakukan komandannya itu, tampaknya sanÂgat membekas di hati dan pikiran prajurit berdarah Minang itu. Sejak saat itu, Doni mengaku penasaran mengapa komanÂdannya itu begitu bersemanÂgat memaksa prajurit menaÂnam pohon. ‘’Sejak saat itu saya mulai pelajari fungsi dan manfaat pohon. TernyaÂta pohon ini sumber kehiduÂpan semua mahluk hidup,’’ ujar Doni.
Mantan Dankopassus ini lantas mengajak berkeliling di pusat pembibitan buah-buaÂhan dan pohon keras PaguyÂuban Budiasih yang dia dirikan pada tahun 2009 lalu. DidampÂingi Dirut Bank BNI Ahmad Baiquni, jenderal bertubuh jangkung ini tak henti-hentinya menjelaskan aneka jenis nama pohon dan buah yang disemai di area pembibitan yang sangat luas itu. ‘’Di sini ada 1,5 juta bibit pohon tanaman keras dan buah-buahan yang siap dibagiÂkan kepada masyarakat untuk ditanam,’’ kata Doni yang didÂampingi Kolonel Rio Firdianto, ketua Paguyuban Budiasih.
Bak sarjana kehutanan, Doni begitu fasih menjelaskan nama-nama buah dan pohon berikut nama latinnya. Bahkan dia sangat fasih menjelaskan pohon kalpataru. ‘’Mungkin banyak orang yang tahunya kalpataru ini hanya piala pengÂhargaan lingkungan hidup. Sesungguhnya kalpataru ini nama pohon legendaris yang sudah banyak ditanam pada zaman kerajaan Majapahit,’’ kata Doni sambil menunjukkan deretan bibit pohon kalpataru.
Begitu kepincutnya Doni terhadap pohon dan gerakan penghijauan, sampai-sampai dia mendapat julukan JenderÂal Ki Hujan. Pohon Ki Hujan adalah pohon yang banyak diperkenalkan Doni kepada masyarakat. ‘’Pohon ini sangat rindang dan bisa menyimpan banyak air pada musim kemaÂrau,’’ ujar Doni menelaskan tentang pohon itu.
Doni bersama Paguyuban Budiasih berhasil meyakinÂkan Bank BNI dan PT Djarum Kudus untuk secara bersama-sama melakukan penghijauan. Mulai dari proses pembibitan hingga melakukan penanaman secara massif. ‘’Sudah jutaan pohon kita tanam. Dan, saya yakin dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya, rakyat Indonesia akan hidup makÂmur,’’ katanya.
Mantan Paspampres era Presiden Susilo Bambang YudÂhoyono ini juga menjelaskan nilai ekonomis dari berbagai pohon tanaman keras seperti mahoni, jati, kayu ulin, dan lain-lain. ‘’Nilai ekonomi satu pohon mahoni dengan diamÂeter 60 bisa sampai Rp 25 juta. Bayangkan kalau kita tanam satu miliar pohon mahono, negeri ini memiliki dana Rp 25.000 triliun,’’ jelasnya.
Apa yang disampaikan Doni sejalan dengan yang disampaiÂkan Dr Ujang Suwarna, S.Hut., MSc.F., staf Pengajar DeparteÂmen Manajemen Hutan FakulÂtas Kehutanan IPB. Menurut Ujang, gerakan menanam poÂhon dan memeliharanya meÂmiliki beragam manfaat bagi lingkungan, masyarakat, dan pendidikan.
‘’Manfaat pohon bagi lingÂkungan antara lain menyerap karbondioksida, memprodukÂsi oksigen, menyimpan air, mencegah erosi, dan keindaÂhan lingkungan,’’ kata pakar ilmu pengetahuan hutan ini.
Sementara manfaat pohon bagi masyarakat, lanjut Ujang, antara lain sebagai penghasil buah-buahan sumber vitamin dan sebagai penghasil kayu untuk bahan bangunan. ‘’ManÂfaat menanam pohon bagi pendidikan antara lain menÂgajarkan cara menanam dan memelihara pohon bagi siswa sekolah (SD, SMP, SMA) dan mahasiswa, serta menumbuhÂkan rasa kepedulian pentingnÂya pohon untuk kehidupan,’’ katanya.
Menurut Dr Ujang, gerakan menanam pohon dan memeliÂharanya adalah gerakan moral yang harus terus dilakukan setiap saat.