Perusahaan minyak dan gas (migas) asal Belanda, Royal Dutch Shell, berenÂcana memangkas 10.000 karyawannya. Ini merupakan imÂbas anjloknya laba perusahaan.
Shell mencatat keuntungan di kuartal IV-2015 sebesar USD 1,8 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelÂumnya sebesar USD 4,2 miliar.
Ini merupakan penurunan laba terendah dalam 13 tahun teraÂkhir. Di 2014, Shell mencatatkan pendapatan USD 19 miliar dan USD 3,8 miliar di sepanjang tahun 2015.
Anjloknya harga minyak dunia jadi penyebab merosotnya kinerja Shell. Harga minyak jatuh hingga di bawah USD 30 per barel, menÂjauhi angka USD 100 per barel.
Meski demikian, Shell masih tetap membayar dividen kepada para pemegang saham. PerusaÂhaan minyak ini terus melakukan efisiensi dengan memangkas angÂgaran investasi.
Selain itu, salah satu langkah yang ditempuh untuk efisiensi adalah dengan memangkas karyÂawannya. Ini sebagai imbas dari anjloknya laba perusahaan.
Perusahaan kompetitornya yaitu British Petroleum (BP) juga mencatat penurunan laba yang drastis hingga 50% menjadi US$ 5,9 miliÂar di 2015 lalu. Selanjutnya, BP akan merumahkan 3.000 karyawannya awal pekan ini. Â
Di sisi lain, Shell telah memperÂsiapkan jawaban kepada para pemeÂgang saham terkait pengambilalihan (akuisisi) BG Group, yang membuat laba perusahaan anjlok.
Langkah akuisisi tersebut juga yang melatarbelakangi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ribuan karyÂawan Shell.
Babak Baru Shell
CEO Royal Dutch Shell, Ben Van Beurden mengungkapkan, melalui akuisisi tersebut, perusahaan akan memasuki babak baru.
“Penyelesaian transaksi (pengamÂbilalihan) BG Group, yang kami perkiÂrakan akan selesai dalam hitungan minggu, menandai awal dari sebuah babak baru Shell, meremajakan peÂrusahaan, dan meningkatkan imbal hasil bagi para pemegang saham,†ujar dia seperti dilansir BBC, Jumat (5/2/2016).
“Kami membuat perubahan subÂstansial dalam perusahaan, mereÂspons turunnya harga minyak. SepÂerti rencana sebelumnya, kami akan melakukan pengurangan 10.000 staf dan kontraktor di 2015-2016,†ucap dia.
Ben menambahkan, perusahaan akan mengambil tindakan lebih lanÂjut apabila diperlukan.
Langkah efisiensi ini membuat harga saham Shell naik. Namun, seÂcara kumulatif mencatatkan penuÂrunan tajam akibat anjloknya harga minyak dunia. Tahun 2015 telah menjadi tahun yang menentukan bagi perusahaan ke depan.
Pengambilalihan BG Group akan menjadikan perusahaan minyak asal Belanda tersebut menjadi perusaÂhaan minyak dan gas (migas) terbeÂsar mendampingi Exxon.
Beberapa analis mempertanÂyakan keberlangsungan bisnis peruÂsahaan di tengah merosotnya kinerja di tahun lalu.
Laith Khalaf, Pialang Saham dari Hargreaves Lansdown mengatakan, Shell adalah perusahaan setengah Belanda dan setengah Inggris, yang terkenal dengan pembagian dividenÂnya. “Perusahaan sebaiknya menaÂhan dividennya. Shell diperkirakan masih akan bisa melanjutkan bisnisÂnya di tahun ini,†katanya.
Rencana Bisnis Shell
Saat pengajuan akuisisi BG Group, harga minyak mentah masih berada di USD 55 per barel, namun harga minyak terus merosot hingga USD 35 per barel. Itu yang menyebabkan para pemegang saham menentang rencana akuisisi tersebut.
Shell menyebutkan, perusahaan telah melakukan berbagai efisiensi, salah satunya dengan memangkas biaya operasional selama setahun sekitar USD 4 miliar atau sekitar 10% dari total anggaran, dan diharapkan di tahun ini bisa menghemat pengeÂluaran hingga USD 3 miliar.
Perusahaan juga akan memangÂkas belanja modal di tahun ini menÂjadi USD 8,4 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 28,9 miliar.
Shell telah menjual asetnya senilai USD 5,5 miliar di sepanjang 2015 dan berencana untuk kembali menjual aset sebesar USD 30 miliar di tahun ini.
Harga Minyak Jatuh
Penurunan harga minyak saat ini terjadi akibat kelebihan pasokan, minyak membanjiri pasar. Kelebihan pasokan ini disumbang dari negara-negara OPEC, ditambah adanya penÂingkatan produksi minyak dari Rusia.
Pada saat yang sama, permintaan minyak juga merosot akibat perlamÂbatan ekonomi yang terjadi di China dan Eropa.
Pasar dunia bisa tenggelam akibat kelebihan pasokan minyak. KekhaÂwatiran terbaru dari investor adalah pencabutan sanksi Barat terhadap Iran yang bisa memperburuk maÂsalah.
Iran akan dengan bebas memÂproduksi minyaknya, yang artinya pasokan minyak di pasar dunia akan terus meluber. Produksi minyak Iran diperkirakan akan bisa bertambah 500.000 barel per hari. (dtc)