Mungkin masih banyak yang belum tahu bahwa Badan Nasional PenangÂgulangan Teroris (BNPT) memiliki Pusat Pelatihan dan Penanggulangan Terorisme (PPPT). Pusat pelatihan ini berlokasi di Desa Tangkil, Kecamatan Citeureup, KabuÂpaten Bogor, atau dikenal sebagai kaÂwasan Sentul. SepÂerti apa kondisinya?
(Yuska Apitya Aji) intennadya
LETAKNYA berada di kompleks Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia, atau Indonesian Peace and Security Center (IPSC) di Bukit Canti Dharma, Sentul. Selain sebagai tempat berlatih pasukan antiteror Polri maupun TNI— tempat ini dilengkapi sarana latihan antiÂteror—PPPT juga berfungsi sebagai pusat deradikalisasi narapidana kasus-kasus terorisme. Karena itu lah, kompleks PPPT yang didirikan di lahan seluas 6.115 hektare, sejak 2012 lalu itu, juga dilengkapi rumah tahanan (rutan) dengan fasilitas keamanan maksimum (maximum security).
Rutan itu semestinya dipakai untuk meÂnampung napi teroris yang sedang menjalani program deradikalisasi. Nah sayangnya, saat ini rutan milik BNPT itu belum dioperasikan dan masih kosong. Padahal, ada 48 sel yang masing-masing bisa diisi 3 orang napi, sehingga bisa mengurangi over kapasitas di banyak penjara. Jika setiap sel diisi 3 napi, maka rutan itu bisa menampung 144 tahanan.
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Saud UsÂman Nasution mengakui sudah mengingatkan Kementerian Hukum dan HAM untuk segera mengoperasikan rutan khusus teroris terseÂbut. “Di rutan itu bisa ditempatkan napi (teroÂris) yang sudah kooperatif, sehingga kita pisahÂkan (dengan yang belum),†kata Saud, Jumat (4/12/2015) “Ini bisa mengurangi over capacity di penjara lain,†tambahnya.
Namun untuk mengoperasikannya, rutan tersebut tentu harus dilengkapi petugas lemÂbaga pemasyarakatan (LP) yang akan menjaga napi. Meskipun BNPT yang menggelar program deradikalisasi, operasional rutan, termasuk penÂjagaannya menjadi kewenangan Direktorat JenÂderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM. BNPT hanya menyediakan tempat saja. “Harus ada Surat Keputusan Menkumham,†tuÂtur Saud.
Mantan Kepala Polda Sumatera Selatan ini mengklaim sudah sering menanyakan soal ini, dan bahkan menurutnya telah dibentuk tim terÂpadu antara BNPT dan Kementerian Hukum untuk menyiapkan rutan tersebut. Namun Saud mengaku tak mengerti mengapa sampai saat ini rutan itu belum juga digunakan. “Saya sudah meminta ke Menkopolhukam supaya pengguÂnaan rutan ini dipercepat,†ujarnya. “Kalau kami (BNPT) makin cepat makin bagus, agar bisa segera dimanfaatkan. Sekarang pun siap,†ucapnya.
Selain gedung deradikalisasi dan rutan, PuÂsat Pelatihan dan Penanggulangan Terorisme BNPT juga dilengkapi gedung pengelola, gedung prasarana, serta asrama pelatih. Di dekat geÂdung trimatra ditempatkan sebuah pesawat terÂbang bekas berwarna putih, dan sebuah kapal kecil lengkap dengan danau buatannya. Di temÂpat itu lah pasukan antiteror, baik Polri maupun TNI, berlatih.
“Kami sering melakukan latihan gabungan (antiteror) Polri dan TNI. Bagaimana penangguÂlangan teror di pesawat, kereta api atau bus. SiaÂpapun yang membutuhkan, TNI atau Polri, kami gelar pelatihan,†kata Saud, yang juga bekas Kepala Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 Polri ini.
Dihubungi secara terpisah, Direktur DeradiÂkalisasi BNPT Irfan Idris, mengatakan, tengah mengupayakan pusat deradikalisasi di Sentul bisa digunakan mulai tahun depan. Namun seÂbelum digunakan, pusat deradikalisasi akan dilengkapi dengan ruang kunjungan. “Soal ini sudah kami bicarakan juga,†ujar pria bergelar profesor tersebut.
Laboratorium Teroris
BNPT juga telah merencanakan pendirian laboratorium kasus-kasus terorisme di IndoÂnesia. Laboratorium sekaligus pusat data dan dokumentasi kasus teror itu rencananya akan didirikan di area Pusat Deradikalisasi dan PelatiÂhan Penanggulangan Terorisme BNPT di Sentul. Gedung Pusat Deradikalisasi itu sendiri saat ini sudah berdiri, tapi bakal ditambahkan fungsinya sebagai laboratorium kasus terorisme.
Laboratorium akan dilengkapi perpusÂtakaan, yang berisi dokumen dan berkas-berkas perkara terorisme, terutama yang sudah disiÂdangkan dan pelakunya sudah dihukum. “KaÂlau kasus yang sudah disidangkan dan sudah berkeputusan hukum tetap, kan sudah menjadi dokumen umum,†kata Saud Usman.
Tidak hanya pusat data dan dokumentasi. Laboratorium juga akan dilengkapi dengan sisa benda-benda yang dipakai para teroris dalam menjalankan aksinya. Bahkan diorama tempat kejadian perkara teror yang pernah terjadi.
“Kami siapkan laboratorium dengan (dioraÂma) TKP bom, ini akan menjadi pelajaran buat anak cucu kita nanti,†ujar Saud. Laboratorium itu juga bisa menjadi tempat belajar para penelÂiti terorisme. “Jadi siapapun, masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan kasus teror bisa belajar di sini,†tutur dia.
Memang, pendirian laboratorium dan pusat dokumentasi kasus terorisme ini baru sebatas rencana, meskipun sudah mulai dipersiapkan BNPT. Namun untuk merealisasikannya, BNPT masih terkendala dana. “Kantor BNPT sendiri sampai saat ini belum ada,†ucap jenderal polisi berbintang tiga ini.
Sejak didirikan pada 2010, badan antiteror ini belum memiliki kantor sendiri. Selama ini, Kepala BNN, tiga deputi dan 11 direktur berkanÂtor di gedung sewaan. Karena dianggap tidak optimal lantaran terus menyewa tempat, jajaran BNPT akhirnya menggunakan gedung Pusat DeÂradikalisasi di Sentul sebagai kantor mereka.