3C699765-6EF7-4B7F-8445-6C6DAC76EBA6Inilah cara Lippo menyiasati kinerja keuangan grup. Sejumlah aset dan saham perusahaan milik keluarga Mochtar Riady ini dijual kepada grup sendiri dengan nilai yang menarik.

Oleh : Alfian Mujani
[email protected]

Salah satunya PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) telah mengumum­kan rencana akuisisi Lippo Mall Kuta oleh Lippo Mall Indonesia Retail Trust (LMIRT). Selain itu, ada juga rencana akuisisi bersama atas Lippo Plaza Jogya dan Siloam Hospitals Yog­yakarta masing-masing oleh LMIRT dan First REIT dengan total Rp 1,7 triliun.

“Kami telah menandatangani akta perjanjian jual beli bersyarat (CSPA) un­tuk dua mal dan satu rumah sakit den­gan REITs kami yang akan memberikan hasil sebesar Rp 1,7 triliun,” kata Pres­iden Direktur Lippo Karawaci, Ketut B. Wijaya, dalam keterangan tertulis, Senin (9/2/2016).

Penjualan Lippo Mall Kuta oleh LMIRT nilainya mencapai Rp 800 mili­ar. Mal ini merupakan bagian dari enam lantai pengembangan gedung multi fungsi yang terdiri atas komponen mal ritel serta 180 kamar hotel yang sedang dibangun yang terletak di Kuta, Bali.

LMIRT dan First REIT telah menan­datangani akta Usaha Bersama (Joint Venture) atas akuisisi bersama kompo­nen mal ritel yang dikenal sebagai Lip­po Plaza Yogya dan komponen rumah sakit yang dikenal sebagai Siloam Hos­pitals Yogyakarta.

Keduanya telah menandatangani CSPA untuk rencana akuisisi terse­but dan akan memegang dua properti tersebut dalam satu akta sertifikat strata dengan total Rp 900 miliar.

Penyelesaian akuisisi atas properti-properti tersebut akan bergantung pada persetujuan dari para pemegang unit penyertaan dari REITs serta den­gan persetujuan dari Monetary Author­ity of Singapore (MAS) dan Singapore Exchange Securities Trading Limited. LMIRT dan First REIT merupakan ke­lompok usaha Lippo yang mengelola REITs di Singapura.

Laba Lippo Karawaci Anjlok

BACA JUGA :  Wedang Tape Ketan, Santapan Hangat Enak Dinikmati Saat Hujan

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) men­catatkan perolehan laba bersih setelah pajak pada kuartal III-2015 sebesar Rp 66 miliar. Dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 1 triliun, perolehan laba ini tercatat t u ­run signifikan hingga 93,4%.

Hal ini berbanding terbalik dengan catatan perolehan pendapatan sebesar Rp 6,8 triliun, meningkat 10% diband­ing periode yang sama tahun lalu sebe­sar Rp 6,1 triliun.

Sayang hal tersebut tak cukup mengimbangi besarnya tekanan dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD. “Perlemahan kurs rupiah terhadap USD di luar perkiraan telah berdampak negatif terhadap laba bersih perseroan, sehingga untuk periode sembilan bulan tahun 2015 terdapat kerugian nilai tukar mata uang asing yang belum terealisasi sebesar Rp 786 miliar dengan kurs 1 USD = Rp14.657 di mana tingkat lindung nilai obligasi perusahaan pada kurs Rp 13.200-13.500,” terang Ketut Budi Wi­jaya.

Meski demikian perusahaan tetap optimistis kinerja hingga akhir tahun akan tetap positif. Hal itu didasarkan pada kinerja perusahaan yang secara umum sebenarnya menunjukkan tren postif selama tiga kuartal pertama ta­hun 2015 tersebut.

Misalnya, Pra Penjualan Properti selama sembilan bulan tahun 2015 yang telah mencapai Rp 2,9 triliun atau seki­tar 73% dari target revisi setahun 2015 sebesar Rp 4 triliun.

Selama 9 bulan tahun 2015, Lippo Karawaci telah meluncurkan enam proyek, empat proyek di Lippo Cika­rang dan dua lainnya di Manado, Su­lawesi Utara dengan tingkat penjualan rata-rata 90% pada hari peluncuran.

Kemudian pendapatan recurring alias pendapatan berkelanjutan Lippo Karawaci terus tumbuh dan mencatat pertumbuhan sehat sebesar 18% men­jadi Rp 4 triliun atau sebesar 59% dari total pendapatan konsolidasi untuk periode sembilan bulan tahun 2015.

Pada divisi kesehatan, dilaporkan pula pertumbuhan yang stabil, dengan PT Siloam Hospitals International Tbk (SILO) melaporkan pertumbu­han Pendapatan Kotor Op­erasional (GOR) sebesar 25% menjadi Rp 3 triliun, sementara EBITDA tumbuh dengan sehat sebesar 33% menjadi Rp 412 miliar.

BACA JUGA :  Dipercaya Bisa Bikin Panjang Umur dengan 5 Gerakan Olahraga Ini

Penerimaan pasien rawat inap naik sebesar 28%, sementara kunjungan rawat jalan tumbuh sebesar 27%. Laba bersih setelah pajak untuk periode sem­bilan bulan tahun 2015 sebesar Rp 68 miliar, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya.

Pendapatan untuk divisi bisnis Ur­ban Development meningkat sebesar 13% menjadi Rp 1,9 triliun, terutama ditopang oleh Pendapatan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) yang meningkat sebesar 11% YoY menjadi Rp 1,5 triliun.

Untuk LPCK, pendapatan dari divisi perumahan, rumah toko serta aparte­men naik sebesar 127% menjadi Rp 842,9 miliar dari Rp 371,8 miliar, me­wakili 57% dari total pendapatan.

Selain itu, pendapatan untuk divisi bisnis Large Scale Integrated menu­runsebesar 17% YoY menjadi Rp 890 mili­ar, dimana pengakuan pendapatan un­tuk Kemang Village berdasarkan tingkat penyelesaian konstruksi menurun men­jadi Rp 229 miliar pada periode sembi­lan bulan tahun 2015 dari Rp 627 miliar pada periode yang sama tahun 2014.

Sementara itu, pendapatan untuk divisi bisnis Manajemen Aset tumbuh sebesar 8% menjadi Rp535bn. Pendapa­tan untuk divisi Komersial yang terdiri dariMal Ritel & Hotel menurun sebesar 7% YoY menjadi Rp 440 miliar setelah penjualan Kemang Village Mall sehing­ga pendapatan sewa menurun.

“Hasil ini menvalidasi model bisnis terintegrasi dalam kondisi bisnis yang penuh tantangan. Kami senang hasil keuangan sembilan bulan tahun 2015 telah menunjukkan daya tahan peru­sahaan. Prospek jangka pendek tetap penuh tantangan karena permintaan berkurang dan adanya faktor ketida­kpastian di bidang makroekonomi. Namun, kami percaya prospek jangka panjang pasar properti di Indonesia tetap sangat menarik,” pungkas dia.

(dtc)

============================================================
============================================================
============================================================