UJI coba sistem satu arah (SSA) di sekitar Kebun Raya Bogor (KRB), yang dilakukan Pemda Kota Bogor, Jumat (1/4/2016), masih bermasalah. Sistem perubahan jalur yang dimulai pukul 00.00 ini masih menemui banyak kendala. Kemacetan lalulintas malah semakin krodit. Akankah sistem ini dipermanenkan?
ABDUL KADIR BASALAMAH |Â YUSKA APITYA
[email protected]
Pantauan BOGOR TODAY mulai pukul 06:00 pagi hingga pukul 18:00 petang kemarin, kemacÂetan malah terpantau krodit di sejumlah titik jalan. Seperti di Jalan Jalak Harupat yang sudah terkena SSA mengalami kemacetan panjang. Begitupun Jalan Sempur yang juga terlihat kemacetan sampai pertigaan Jalan Sudirman.
Kemacetan juga terlihat di Jalan Otto IsÂkandardinata (Otista) sampai ke Jalan Ir. H. Juanda. Meskipun sudah dalam keÂadaan jalur satu arah, namun kemacÂetan terlihat di Jalan Pajajaran yang masih terkena jalur dua arah justru terÂkena imbas kemacetan.
Beberapa jalur alternatif juga terÂlihat kemacetan, beberapa antrean macet baik dari pengendara mobil dan motor. Memasuki Jalan Mawar sebagai alternatif sudah terlihat macet, begituÂpun di jalur kecil seperti Jalan CiwarÂingin. Tak hanya itu, Jalan RE MartadiÂnata juga terlihat padat sebagai pilihan jalan alternatif.
Keadaan tersebut justru berbandÂing terbalik dengan apa yang diharapÂkan. Sebelumnya, Pemkot Bogor menerapkan sistem tersebut untuk mengurai kemacetan, meski sudah diberikan rambu-rambu baru namun belum ada kesiapan dari warga untuk melalui jalan utama di Kota Bogor denÂgan program SSA.
“Saya malah pusing. Macet dan susah nyari jalan tikus. Saya minta pemkot mengkaji ulang. Jangan sampai kebijakan ini semata-mata melayani keÂpentingan dan keperluan Istana Bogor saja,†kata Deski Kusuma (38), warga Lawanggintung, Kota Bogor, Jumat (2/4/2016).
Untuk memastikan sistem baru ini, Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto, memantau sejak pagi. Politikus PAN ini didampingi seluruh kepala dinas melakukan pengecekan langsung mulai dari Tugu Kujang hingga Pasar Bogor.
Bima Arya mengaku sudah memÂprediksi adanya penumpukan kendaÂraan di sekitar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor dalam ujicoba penerapan SSA di hari pertama. Bima menuturkan, penumpukan kendaraan ini disebabkan adanya penyempitan jalan dari Jalan JalÂak Harupat menuju Jalan Pajajaran. TerÂlihat jelas pada pukul 06.30 WIB samÂpai pukul 09.00 WIB terjadi kemacetan yang cukup parah. Namun setelah jam 09.00 WIB arus lalulintas terlihat kemÂbali lancar karena contraflow dibuka sehingga arus menjadi lancar.
“Pemkot akan segera mengevaluÂasi, titik-titik mana saja yang memerluÂkan rekayasa-rekayasa lalu lintas, denÂgan dinas terkait,†jelas Bima. “Inilah pentingnya ujicoba, jadi kita bisa tahu pengaturan lampu lalu lintasnya. Tapi sekarang yang masih kita evaluasi di Jalan Jalak Harupat menuju Jalan PaÂjajaran, apakah nanti buka tutup atau permanen,” imbuh Bima.
Sementara itu, Kepala Polisi Resor (Kapolres) Bogor Kota AKBP Andi Herindra mengatakan, jika tidak inÂgin adanya penumpukan terutama di sekitar Tugu Kujang maka jangan ada pemenggalan ke kanan. Karena itu pagi tadi dirinya melakukan rekayasan denÂgan mengarahkan kendaraan lurus ke tol yang kemudian keliling ke terminal. “Saya sudah memberikan masukan-masukan, kalau itu efektif bisa dijalankÂan. Namun akan mendengar masukan-masukan yang lainnya juga. Selain itu perlu juga penambahan rambu-rambu lalulintas,†kata dia.
Dari hasil rapat evaluasi penerapan uji coba SSA yang dilaksanakan di ruÂang rapat walikota, Jumat (1/4/16) siang, menghasilkan beberapa kesepakatan.
Beberapa poin yang disepakati tersebut berdasarkan hasil evaluasi dan kajian di lapangan yang telah dilakukan dinas terkait bersama pihak kepolisian mulai dari awal pemberlakuan SSA seÂmalam hingga menjelang petang.
Dalam rapat ini, disepakati soal diberlakukannya secara penuh satu arah kendaraan di Jalan Pajajaran mulai dari depan eks Gedung Pangrango PlaÂza depan pintu tiga Kebun Raya Bogor menuju Baranangsiang. Sehingga kini benar-benar 360 derajat pemberlakuan satu arah di sepanjang KRB, dan ini beÂrarti menjadi empat lajur kendaraan.
Selain itu, juga Taman Bogor yang berlokasi disamping rumah dinas waÂlikota akan disesuaikan sedikit untuk memudahkan manuver kendaraan yang akan berbelok ke kiri menuju arah simpang Hotel Pangrango 2 dari Jalan Jalak Harupat.
“Pagar besi di median Jalan PajajaÂran mulai depan shelter kampus IPB Baranangsiang juga akan dipertimbangÂkan dipangkas. Ini agar kendaraan yang akan belok kanan ke arah Jalan Otista menjadi lebih leluasa dan menghindari crossing kendaraan,” jelas Bima Arya.
Selain itu, masih di ruas Jalan PaÂjajaran ini, agar ditambahkan dan disesuaikan lagi pemasangan sejumÂlah rambu khususnya penunjuk jalan bagi pengendara. Ini agar tidak terjadi persinggungan antara kendaraan yang akan lurus ke arah Baranangsiang dan Jalan Otista.
“Tapi, dengan melihat kondisi di lapangan pagi tadi bahwa sekarang haÂrus diperhatikan juga kondisi jalan alÂternatif dan Jalan Malabar. Karena, jadi banyak kendaraan yang melintasi jalan itu,” kata Bima.
Lokasi depan SDN Bangka pun, menurut Bima, kini harus menjadi perÂhatian serius. Sebab, kini banyaknya angkot yang menaikan dan menurunkÂan penumpang. Ditambah lagi masih adanya parkir kendaraan di sepanjang Jalan Otista khususnya mulai dari deÂpan Apotik Berbakti hingga kawasan Pasar Bogor.
“Atas masukan dari pihak kepoliÂsian juga karena terjadinya penyempiÂtan jalur di jembatan Jalan Otista, maka akan dilakukan pelebaran. Ini agar arus kendaraan lebih lancar,” paparnya.
Di tempat yang sama, Sekretaris Daerah Kota Bogor, Ade Sarip HidayÂat, menegaskan, pihaknya tetap akan menerima masukan apapun dari warga Bogor. “Kami harap masyarakat turut mengevaluasi sehingga SSA menjadi seÂbuah mimpi yang bisa terwujud untuk memperlancar lalu-lintas di Kota BoÂgor,†katanya.
“Namanya uji coba. Pasti ada kekurangan disana sini yang harus terus dievaluasi dan diperbaiki. PerbaiÂkan harus dilakukan secepatnya, tidak harus menunggu empat hari,†kata dia. “Kami harap masyarakat dapat memaÂhami dengan betul dan kami pun akan terus melakukan perbaikan-perbaikan agar ini kemacetan dapat berkurang,†ujar Ade. (*)
Memang volume kendaraan tak sebanding dengan ruas jalan.