Untitled-15HUJAN keluhan akibat kemacetan di beberapa titik uji coba sistem satu arah (SSA) di sekitar Kebun Raya Bogor (KRB), mulai disikapi dan dilakukan evaluasi oleh Pemerintah (Pemkot) Bogor. Untuk membenahi SSA itu, Pemkot Bogor menghapus Car Free Day (CFD) dan mengurangi trotoar untuk pelebaran jalan seperti di Jalan Otista.

ABDUL KADIR BASALAMAH | YUSKA APITYA
[email protected]

Hari kedua dan ketiga uji coba SSA, sejumlah titik jalan yang sudah terkena SSA seperti di Ja­lan Jalak Harupat, Jalan Sempur dan Jalan Jenderal Sudirman terus mengalami kemacetan. Tak hanya itu, kemacetan juga terlihat di Jalan Otista sam­pai ke Jalan Ir. H. Juanda.

Beberapa jalur alternatif juga terlihat ke­macetan, beberapa antrean macet baik dari pengendara mobil dan motor. Memasuki Ja­lan Mawar sebagai alternatif sudah terlihat macet, begitupun di jalur kecil seperti Jalan Ciwaringin. Tak hanya itu, Jalan RE Martadi­nata juga terlihat padat sebagai pilihan jalan alternatif. Mengenai hal ini, Pemkot Bogor tidak tinggal diam, sejumlah langkah mulai dilakukan untuk memperbaiki SSA yang masih dalam tahap uji coba ini, seperti pelebaran jalan mulai di­lakukan oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) kemarin.

“Kita lakukan pelebaran jalan un­tuk mengurangi tingkat kemacetan dari SSA seperti di Jalan Otista,” ujar Daud Arsyandi, Kepala Bidang Praservasi Ja­lan dan jembatan DBMSDA Kota Bogor, kemarin.

Tak hanya pelebaran jalan, Car Free Day (CFD) mulai ditiadakan oleh Pemkot Bogor dalam rangka mengkaji penerapan SSA.

Ade Sarip Hidayat, Sekertaris Dae­rah (Sekda) Kota Bogor mengatakan, penutupan CFD bukan berarti warga tidak dapat lagi melakukan olahraga di seputaran lingkaran Kebun Raya, hanya saja tidak ada penutupan jalan.“Warga tetap bisa berolahraga seperti biasa, hanya Car Free Day nya saja yang ditia­dakan,” singkatnya.

Ia juga menambahkan, selain pele­baran jalan, beberapa kajian lain juga akan dilakukan oleh Pemkot Bogor seperti tulisan dan pemasangan tanda-tanda rambu lalu lintas. “Banyaknya warga yang merasa kebingungan, pem­kot mulai mengkaji ulang seperti uku­ran tanda rambu lalu lintas yang diper­besar, juga pembenahan pemasangan rambu lalu lintas untuk menghindari kebingungan dan kecelakaan akibat SSA ini,” katanya.

Ia juga mengatakan, sudah melaku­kan survey ke sejumlah titik SSA untuk memberikan usulan kepada Walikota Bogor mengenai SSA ini. “Saya juga berkeliling menggunakan sepeda mo­tor dan menggunakan mobil, alhasil semua berjalan lancar, hanya 18 menit total waktu tempuh saya mengelilingi SSA ini,” pungkasnya.

BACA JUGA :  Cemilan Simple dengan Cireng Empuk Renyah dengan Bahan Murah Meriah

Kebijakan penghapusan CFD ini, membuat warga Kota Bogor kaget dan kecewa saat mendatangi lokasi ka­wasan car free day (CFD) di sepanjang Jalak Harupat, sebelah Kebun Raya Bo­gor (KRB) sudah ditiadakan. Mereka berharap kawasan CFD tidak dihilang­kan hanya karena diterapkannya Sisi­tan Satu Arah (SSA) di sekelingi KRB. “Kawasan bebas kendaran itu sudah bagau dan selama ini ltidak ada mad­salah, kenpa dihilangkan? Janganlah bikin kebijkan baru lau menghilngkan program yang sudah bagus,” ungkap Taufik Hidayat, warga Tanah Sareal, Kota Bogor, saat mengatahui sudah ti­dak ada lagi CFD di Kota Bogor, Minggu (3/4/2016).

Dia dan warga lainnya berharap kawasan CFD dihidupkan kembali. Se­lain menjadi ajang olahraga juga bisa menjadi ajang kebersamaan dengan keluarga. “Sayang euy…, kalau dihapus, Kita nggak bisa lagi ngajak anak dan is­tri olah raga, tanpa khwatir disreemat kendraaan,” timpal Bagio, warga Cilu­ar. Warga lainnya juga berharap CFD tetap digelar di Jalan Jalak Harupat dan sekitar Sempur. Apalagi, di lokasi CFD ini, warga jadi sering bertemu secara langsung dengan Presiden Joko Widodo yang senang bersepeda di area ini. “Ka­pan lag ibis afoot sma prisdein kalau ng­gak d CFD ini,” ujar wraga lainnya.

Keluhan dan harapan ini warag ditanggapi sekretarsi Daerah kota Bo­gor Ade Syarif yang mengatakan, se­lama uji coba SSA hingga Senin 4 April 2016, kawasan CFD ditiadakan di di sepanjang Jalan Jalak Harupat. “Untuk meneyusukan bagi pengendra denagn SSA, makanya ditiadakan dulu CFD,” katanya. Soal apakah CFD akan dip­indahkan atau tetap di Jalan Jalak Ha­rupat, lanjut Ade, tergantung pada hasil evaluasi uji coba SSA yang akan dilakukan Senin besok. “Untuk minggu depannya mudah -mudahan sudah ada kajiannya apakah bisa tetap di Sempur atau memang CFD pindah lokasi, lain­ya,” katanya.

Netizen juga mengeluhkan waktu tempuh lebih lama di hari kedua diber­lakukannya sistem satu arah di Kota Bogor. Alasannya, mereka harus men­empuh lebih jauh di seputaran Jalan H Juanda dan Jalan Pajajaran. Bahkan ada pengandara yang harus memutar arah lebih jauh dari biasanya.”Harus berangkat setengah jam lebih awal dari biasanya. Coba 09 tetap lurus aja le­wat Pajajaran enggak usah muter dulu ke bogor #SSABogor,” cuit pemilik akun Twitter @Dwinaokta.

Lain lagi akun @justpambudi yang mengatakan, «Stres gue, biasanya dari Yasmin-Stasiun paling lama 30 menit, ini barusan lebih dari sejam baru nyampe, arrrggg #SSABogor #Bogorrian.»»Sistem satu arah bikin macet parah #SSABogor,» keluh pemi­lik akun @arif_ymb.

BACA JUGA :  Wajib Coba! Menu Makan Siang dengan Semur Daging Istimewa yang Lezat dan Nikmat

Ada pula akun @Kurniawanwan yang mengatakan “#SSABogor bikin tambah macet, jarak tempuh dari Wa­rung Jambu sampe Botani bisa 1 jam padahal biasanya cuma 5 menit.”

Sedangkan akun @BangOJIII, ber­pendapat lain. “Ini #SSABogor hari pertama cukup buat banyak warga yang mengeluh karena jarak tempuh dan tarif angkot yang tinggi,” kata dia.

Sementara itu, Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto mengatakan, Ta­man Bogor yang berlokasi disamping rumah dinas walikota akan disesuaikan sedikit untuk memudahkan manuver kendaraan yang akan berbelok ke kiri menuju arah simpang Hotel Pangrango 2 dari Jalan Jalak Harupat.

Terkait hal tersebut, Walikota Bo­gor Bima Arya terus mengevaluasi dan meminta penilaian objektif terhadap kemacetan yang timbul.

“Perlu untuk kita kaji secara objek­tif, mana kemacetan yg terjadi sebagai ekses dari SSA, mana macet rutin, dan mana macet karena hal lain, seperti pengecoran di jalan baru,” katanya, kemarin.

Pihaknya juga terus mengkaji bagaimana kelanjuta SSA kedepannya untuk terus dilakukan atau tidak. Di samping itu, Bima berpendapat SSA merupakan momentum untuk mem­benahi kesemrawutan kota yang diaki­batkan karena pembiaran-pembiaran seperti angkot ngetem, penyebrangan sembarangan, parkir liar, Pedagang Kaki Lima (PKL) dan lainnya.

Berdasarkan pemantauannya, SSA membuat arus lalu lintas di seputar Istana dan Kebun Raya Bogor lebih lancar dari akhir minggu biasanya. “Titik-titik rawan seputar Istana dan KRB antara lain adalah penumpukan kendaraan di jembatan Otista karena penyempitan,” tutur Bima.

Selain itu, Bima juga mengungkap­kan Jalan Jalak Harupat terkadang pa­dat merayap. Bima juga medapatkan laporan tentang kemacetan parah di se­jumlah ruas jalan di beberapa wilayah seperti RE. Martadinata, Jambu Dua, Pancasan, dan Jalan baru.

Meskipun begitu, Bima tetap meya­kini SSA sebagai momentum untuk kon­solidasi dan motivasi seluruh aparat. Baik Pemkot maupun kepolisian, kata dia, bisa bersama-sama membenahi lalu lintas Kota Bogor.

“Saat ini, Pemkot Bogor beserta ja­jaran-jajaran lainnya terus melakukan evaluasi agar SSA ini bermanfaat untuk mengurangi kemacetan di Kota Bo­gor, saya berharap kepada masyarakat untuk memaklumi dengan adanya uji coba SSA ini selama empat hari. Semua harus ikut aturan karena kebijakan ini berjalan pararel yang juga sekaligus sebagai momentum untuk menyele­saikan masalah. Keputusan SSA apakah dilanjut atau tidak akan diumumkan pada Senin (4/4) mendatang” pungkas­nya. (*)

============================================================
============================================================
============================================================