HUJAN keluhan akibat kemacetan di beberapa titik uji coba sistem satu arah (SSA) di sekitar Kebun Raya Bogor (KRB), mulai disikapi dan dilakukan evaluasi oleh Pemerintah (Pemkot) Bogor. Untuk membenahi SSA itu, Pemkot Bogor menghapus Car Free Day (CFD) dan mengurangi trotoar untuk pelebaran jalan seperti di Jalan Otista.
ABDUL KADIR BASALAMAH |Â YUSKA APITYA
[email protected]
Hari kedua dan ketiga uji coba SSA, sejumlah titik jalan yang sudah terkena SSA seperti di JaÂlan Jalak Harupat, Jalan Sempur dan Jalan Jenderal Sudirman terus mengalami kemacetan. Tak hanya itu, kemacetan juga terlihat di Jalan Otista samÂpai ke Jalan Ir. H. Juanda.
Beberapa jalur alternatif juga terlihat keÂmacetan, beberapa antrean macet baik dari pengendara mobil dan motor. Memasuki JaÂlan Mawar sebagai alternatif sudah terlihat macet, begitupun di jalur kecil seperti Jalan Ciwaringin. Tak hanya itu, Jalan RE MartadiÂnata juga terlihat padat sebagai pilihan jalan alternatif. Mengenai hal ini, Pemkot Bogor tidak tinggal diam, sejumlah langkah mulai dilakukan untuk memperbaiki SSA yang masih dalam tahap uji coba ini, seperti pelebaran jalan mulai diÂlakukan oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) kemarin.
“Kita lakukan pelebaran jalan unÂtuk mengurangi tingkat kemacetan dari SSA seperti di Jalan Otista,†ujar Daud Arsyandi, Kepala Bidang Praservasi JaÂlan dan jembatan DBMSDA Kota Bogor, kemarin.
Tak hanya pelebaran jalan, Car Free Day (CFD) mulai ditiadakan oleh Pemkot Bogor dalam rangka mengkaji penerapan SSA.
Ade Sarip Hidayat, Sekertaris DaeÂrah (Sekda) Kota Bogor mengatakan, penutupan CFD bukan berarti warga tidak dapat lagi melakukan olahraga di seputaran lingkaran Kebun Raya, hanya saja tidak ada penutupan jalan.“Warga tetap bisa berolahraga seperti biasa, hanya Car Free Day nya saja yang ditiaÂdakan,†singkatnya.
Ia juga menambahkan, selain peleÂbaran jalan, beberapa kajian lain juga akan dilakukan oleh Pemkot Bogor seperti tulisan dan pemasangan tanda-tanda rambu lalu lintas. “Banyaknya warga yang merasa kebingungan, pemÂkot mulai mengkaji ulang seperti ukuÂran tanda rambu lalu lintas yang diperÂbesar, juga pembenahan pemasangan rambu lalu lintas untuk menghindari kebingungan dan kecelakaan akibat SSA ini,†katanya.
Ia juga mengatakan, sudah melakuÂkan survey ke sejumlah titik SSA untuk memberikan usulan kepada Walikota Bogor mengenai SSA ini. “Saya juga berkeliling menggunakan sepeda moÂtor dan menggunakan mobil, alhasil semua berjalan lancar, hanya 18 menit total waktu tempuh saya mengelilingi SSA ini,†pungkasnya.
Kebijakan penghapusan CFD ini, membuat warga Kota Bogor kaget dan kecewa saat mendatangi lokasi kaÂwasan car free day (CFD) di sepanjang Jalak Harupat, sebelah Kebun Raya BoÂgor (KRB) sudah ditiadakan. Mereka berharap kawasan CFD tidak dihilangÂkan hanya karena diterapkannya SisiÂtan Satu Arah (SSA) di sekelingi KRB. “Kawasan bebas kendaran itu sudah bagau dan selama ini ltidak ada madÂsalah, kenpa dihilangkan? Janganlah bikin kebijkan baru lau menghilngkan program yang sudah bagus,†ungkap Taufik Hidayat, warga Tanah Sareal, Kota Bogor, saat mengatahui sudah tiÂdak ada lagi CFD di Kota Bogor, Minggu (3/4/2016).
Dia dan warga lainnya berharap kawasan CFD dihidupkan kembali. SeÂlain menjadi ajang olahraga juga bisa menjadi ajang kebersamaan dengan keluarga. “Sayang euy…, kalau dihapus, Kita nggak bisa lagi ngajak anak dan isÂtri olah raga, tanpa khwatir disreemat kendraaan,†timpal Bagio, warga CiluÂar. Warga lainnya juga berharap CFD tetap digelar di Jalan Jalak Harupat dan sekitar Sempur. Apalagi, di lokasi CFD ini, warga jadi sering bertemu secara langsung dengan Presiden Joko Widodo yang senang bersepeda di area ini. “KaÂpan lag ibis afoot sma prisdein kalau ngÂgak d CFD ini,†ujar wraga lainnya.
Keluhan dan harapan ini warag ditanggapi sekretarsi Daerah kota BoÂgor Ade Syarif yang mengatakan, seÂlama uji coba SSA hingga Senin 4 April 2016, kawasan CFD ditiadakan di di sepanjang Jalan Jalak Harupat. “Untuk meneyusukan bagi pengendra denagn SSA, makanya ditiadakan dulu CFD,†katanya. Soal apakah CFD akan dipÂindahkan atau tetap di Jalan Jalak HaÂrupat, lanjut Ade, tergantung pada hasil evaluasi uji coba SSA yang akan dilakukan Senin besok. “Untuk minggu depannya mudah -mudahan sudah ada kajiannya apakah bisa tetap di Sempur atau memang CFD pindah lokasi, lainÂya,†katanya.
Netizen juga mengeluhkan waktu tempuh lebih lama di hari kedua diberÂlakukannya sistem satu arah di Kota Bogor. Alasannya, mereka harus menÂempuh lebih jauh di seputaran Jalan H Juanda dan Jalan Pajajaran. Bahkan ada pengandara yang harus memutar arah lebih jauh dari biasanya.â€Harus berangkat setengah jam lebih awal dari biasanya. Coba 09 tetap lurus aja leÂwat Pajajaran enggak usah muter dulu ke bogor #SSABogor,†cuit pemilik akun Twitter @Dwinaokta.
Lain lagi akun @justpambudi yang mengatakan, «Stres gue, biasanya dari Yasmin-Stasiun paling lama 30 menit, ini barusan lebih dari sejam baru nyampe, arrrggg #SSABogor #Bogorrian.»»Sistem satu arah bikin macet parah #SSABogor,» keluh pemiÂlik akun @arif_ymb.
Ada pula akun @Kurniawanwan yang mengatakan “#SSABogor bikin tambah macet, jarak tempuh dari WaÂrung Jambu sampe Botani bisa 1 jam padahal biasanya cuma 5 menit.â€
Sedangkan akun @BangOJIII, berÂpendapat lain. “Ini #SSABogor hari pertama cukup buat banyak warga yang mengeluh karena jarak tempuh dan tarif angkot yang tinggi,†kata dia.
Sementara itu, Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto mengatakan, TaÂman Bogor yang berlokasi disamping rumah dinas walikota akan disesuaikan sedikit untuk memudahkan manuver kendaraan yang akan berbelok ke kiri menuju arah simpang Hotel Pangrango 2 dari Jalan Jalak Harupat.
Terkait hal tersebut, Walikota BoÂgor Bima Arya terus mengevaluasi dan meminta penilaian objektif terhadap kemacetan yang timbul.
“Perlu untuk kita kaji secara objekÂtif, mana kemacetan yg terjadi sebagai ekses dari SSA, mana macet rutin, dan mana macet karena hal lain, seperti pengecoran di jalan baru,†katanya, kemarin.
Pihaknya juga terus mengkaji bagaimana kelanjuta SSA kedepannya untuk terus dilakukan atau tidak. Di samping itu, Bima berpendapat SSA merupakan momentum untuk memÂbenahi kesemrawutan kota yang diakiÂbatkan karena pembiaran-pembiaran seperti angkot ngetem, penyebrangan sembarangan, parkir liar, Pedagang Kaki Lima (PKL) dan lainnya.
Berdasarkan pemantauannya, SSA membuat arus lalu lintas di seputar Istana dan Kebun Raya Bogor lebih lancar dari akhir minggu biasanya. “Titik-titik rawan seputar Istana dan KRB antara lain adalah penumpukan kendaraan di jembatan Otista karena penyempitan,†tutur Bima.
Selain itu, Bima juga mengungkapÂkan Jalan Jalak Harupat terkadang paÂdat merayap. Bima juga medapatkan laporan tentang kemacetan parah di seÂjumlah ruas jalan di beberapa wilayah seperti RE. Martadinata, Jambu Dua, Pancasan, dan Jalan baru.
Meskipun begitu, Bima tetap meyaÂkini SSA sebagai momentum untuk konÂsolidasi dan motivasi seluruh aparat. Baik Pemkot maupun kepolisian, kata dia, bisa bersama-sama membenahi lalu lintas Kota Bogor.
“Saat ini, Pemkot Bogor beserta jaÂjaran-jajaran lainnya terus melakukan evaluasi agar SSA ini bermanfaat untuk mengurangi kemacetan di Kota BoÂgor, saya berharap kepada masyarakat untuk memaklumi dengan adanya uji coba SSA ini selama empat hari. Semua harus ikut aturan karena kebijakan ini berjalan pararel yang juga sekaligus sebagai momentum untuk menyeleÂsaikan masalah. Keputusan SSA apakah dilanjut atau tidak akan diumumkan pada Senin (4/4) mendatang†pungkasÂnya. (*)