BOGOR, TODAY — Komitmen BuÂpati Bogor Hj Nurhayanti, untuk mempercantik Kota Cibinong Raya sebagai kawasan ramah lingkunÂgan dengan mode kota berbasis setu mulai digeber. Program optiÂmalisasi yang dilakukan bertajuk Situ Front City, menuju Cibinong Raya sebagai kawasan kota dunia berbasis alam. Seperti apa?
Program kerja bertajuk ‘Situ Front City’ ini kini menjadi tulang punggung dalam Musyawarah Perencanaan dan PembanguÂnan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2017. Konsep Situ Front City dinilai mampu berpengaruh terhadap berbagai aspek, mulai dari ekonomi, pariwisata hingga ruang terbuka hijau yang nantiÂnya bisa dimanfaatkan masyarakat.
“Situ merupakan aset yang sangat berharga bagi Kabupaten Bogor. MakanÂya akan kita jadikan ikon. Di Cibinong, ada lima situ yang dinormalisasi oleh pemerintah pusat pada tahun 2015. KeÂmudian tahun ini juga ada lima lagi. InÂtinya ini merupakan perencanaan dalam lima hingga 10 tahun ke depan,†ujar BuÂpati Bogor, Hj Nurhayanti kepada Bogor Today, Senin (2/3/2016).
Dalam perencanaan desain Situ Front City, Pemerintah Kabupaten Bogor menggelar sayembara berhadiah total Rp 175 juta. Juara satu dimenangkan Rulyan Ali Parinduri dengan meraih hadiah Rp 100 juta. Juara dua dimenangkan … denÂgan hadiah Rp 50 juta, dan jauara ketiga diraih… dengan hadiah Rp 25 juta. DeÂsain juara 1,2 dan 3 kemungkinan besar bakal diterapkan di Bumi Tegar Beriman.
“Lihat nanti bagaimana. Kan perenÂcanaannya sudah mulai dari tahun ini. Mungkin juaranya saja yang kita terapÂkan. Tapi, karena ada 17 situ, bukan tidak mungkin ketiga konsep tersebut diimpleÂmentasikan juga,†tambah Yanti.
Sementara Kepala Badan PerenÂcanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogot, Dr Ir Hj Syarifah Sofiah menjelaskan, untuk menÂjadikan situ sebagai brand image, maka memerlukan penyediaan infrastruktur yang mantap, terpadu dan terintegrasi.
“Harus didukung dengan infrastrukÂtur yang mantap dan terintegrasi dengan sarana transportasi perkotaan yang baik. Maka itu nanti akan diberikan payung hukum berupa peraturan daerah yang bisa menjaga area terbuka hijau, termaÂsuk setu ini,†katanya.
Menurut Ifah, dijadikannya Situ Front City sebagai barometer pembanÂgunan di Kabupaten Bogor karena, perlu diperkenalkan tentang pentingnya setu. Ia pun mengakui ada beberapa setu yang hilang dan berubah fungsi menjadi pabrik, perumahan dan lainnya.
“Memang banyak yang hilang. Seingat saya dulu ada 141 setu, tapi sekarang tingÂgal 95 secara keseluruhan. Makanya, perÂlu dibuatkan payung hukum. Jika tidak, semua setu akan hilang dengan makin cepatnya pertumbuhan kita,†katanya.
Senada, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Ir T IskanÂdar menjelaskan, saat ini setu-setu yang ada di Kabupaten Bogor, sudah banyak yang mengalami penyempitan. Maka itu, perlu ada antisipasi sebelum yang lebih buruk terjadi.
“Memang harus sejak dini diantisiÂpasi. Karena sangat mudah merubah kawasan yang tadinya biru menjadi hijau kemudian coklat. Kalau sudah kepalang jadi coklat, sangat sulit mengembalikanÂnya jadi biru lagi,†tukasnya.
Bahkan, Ahli Desain Perkotaan, ExÂecutive Director Of Building and Places pada Aecom Design and Planning IndoÂnesia, Sibarani Sofyan lebih tegas menÂgungkapkan, jika setu tidak dipelihara atau hanya didiamkan secara alami, poÂtensi kerusakannya semakin besar.
Pria yang berpengalaman mendeÂsain situ di Vietnam, China dan negara Asia lainnya ini menambahkan, langkah Pemkab Bogor yang berencana menjaÂdikan situ sebagai ikon daerah, sangat baik, karena belum banyak daerah di Indonesia yang menerapkan konsep ini. “Beberapa saja, baru Bandung, Surabaya yang sudah pernah saya buatkan desainÂnya. Ini bagus, karena potensi situ di Kabupaten Bogor sangat banyak meski tidak semuanya alami melainkan buatan manusia. Dari pengalaman, justru situ yang hilang itu karena tidak diperhatiÂkan atau tidak memiliki konstruksi yang baik,†tegasnya.
Sementara juara pertama Sayembara Desain Situ Front City, Rulyan Ali Parinduri mengaku mengambil desain dari pengeloÂlaan danau di Brays Bayou, Houston, TexÂas, Amerika Serikat. Di sana, kata Rulyan, danau bukan hanya sebagai resapan air, tapi juga menjadi kawasan wisata warga.
Sebelumnya, pria yang mengenyam pendidikan S1 ITB Jurusan Arsitektur dan S2 di Singapura National Urban DeÂsign itu kini bekerja sebagai konsultan ini juga pernah menjuarai ajang Green MeÂtropolis Jakarta 2050.
“Intinya sih saya terinspirasi Bray Bayou di Texas, yang bisa memberi manfaat kepada masyarakat tapi bisa juga menarik sisi ekonomi suatu daerah. Kan Bogor ini terkenal Puncak sebagai kawasan wisata. Nah, dalam desain ini, nantinya orang tidak perlu jauh ke PunÂcak untuk berwisata. Di Cibinong pun bisa,†tukasnya.
Untuk lebih mengenalkan Situ Front City ini, Bappeda juga menghadirkan Direktur Jenderal Bina Marga KementÂerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ir Abram Elsajaya Barus, Ahli Tata Kota dari IPB, Dr Ir Ernan Rustandi dan Kepala Bidang Sosial dan Budaya Bappeda Jawa Barat, Dr Imam Solihin.
Selain Situ Front City, Kabupaten BoÂgor bakal memiliki Silicon Valley Indonesia di Sentul City atau Sumur Batu, Babakan Madang. Di mana itu merupakan sebuah kawasan technopolis yang mengedepankÂan teknologi atau bisnis berbasis startup yang diusung Group 70 Intenational.
Pemkab Bogor pun bakal memÂbangun Transit Oriented Development (TOD) yang merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi pemanfaatan lahan camÂpuran dan memaksimalkan penggunaan angkutan massal, seperti busway, kereta api kota (MRT), kereta api ringan (LRT) dan jaringan pejalan kaki/sepeda terinteÂgrasi. TOD ini akan dikembangkan meÂliputi TOD Susukan dan Pabuaran, TOD Gunung Putri, TOD Sirkuit Senyul, TOD Sentul City dan TOD Cibanon.
(Rishad Noviansyah|Yuska)
keren, basis pengembangan yang mendasar untuk IT nya mana ? semisal silicon valley didukung atau berdekatan dengan stanford Univ, jadi relasi keilmuan dengan kampusnya harus ada. yaaah kampus konsentrasi IT harus ada. memungkinkan untuk peran pemerintah mensubsidi itu ?