PALEMBANG, Today – Sriwijaya FC terpaksa harus menggunakan StaÂdion Manahan Solo untuk menjamu Arema Cronus, pada leg kedua babak semi-final Piala Presiden 2015, MinÂggu (11/10) nanti.
SFC harus pindah kandang ke Solo lantaran kondisi Palembang yang masih diselimuti kabut asap.
“Masalah stadion pindah ini uruÂsan direktur pertandingan Augie Bunyamin. Silakan tanya Augie atau Faisal Mursyid, sekretaris PT SOM. Sebenarnya saya ingin kami bisa maÂsuk final diantar suporter kami. KaÂlau kondisinya harus pindah ke Solo, kami rugi besar,†kata Robert Heri, manajer SFC kepada Goal Indonesia.
Dengan kata lain, Robert mengÂinginkan anak asuh Benny Dolo ini bisa memainkan leg kedua semi-final ini di Stadion Gelora Sriwijaya JakÂabaring, Palembang.
Karena sudah barang tentu TiÂtus Bonai dan kawan-kawan akan mendapat dukungan penonton seÂcara langsung yang lebih banyak sebÂagai penyemangat para pemain.
Namun Mahaka Sports and EnterÂtainment selaku penyelenggara turÂnamen telah menetapkan Manahan Solo setelah sebelumnya mendapat rekomendasi dari BMKG kelas I Palembang, jika cuaca di Palembang tidak memungkinkan untuk menggeÂlar pertandingan.
“Dengan main di kandang orang, tentunya kami rugi. Kerugian ini tiÂdak bisa diukur dengan duit yaitu duÂkungan penonton. Kami ingin dapat dukungan dari penonton untuk seÂlangkah lagi ke final. Kalau main di Jakabaring, motivasi untuk pemain pasti sangat tinggi,†urainya.
Lebih jauh dikatakan Robert, ia menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh suporter Laskar Wong Kito karena mereka tidak bisa bermain di tengah-tengah para penÂdukung.
“Bukan cuma saya saja, pemain juga inginnya main di Jakabaring. Tapi saya sudah meyakinkan kepada tim jangan berkecil hati. Kami sudah berusaha maksimal, namun karena kondisinya seperti ini mau apalagi,†tuturnya.
Sementara itu, Faisal mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali stadion Manahan Solo yang menjadi alternaÂtif terakhir.
Karena beberapa opsi lainnya sepÂerti Stadion Si Jalak Harupat (BandÂung), Stadion Utama Gelora Bung Karno ( Jakarta), Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar (Bali), dan StaÂdion Gelora Bung Tomo (Surabaya), dianggap tidak kondusif dengan alaÂsan yang berbeda.
“Bukannya kami menerima. Tapi kondisinya begini (kabut asap,red). Dan tadi siang (kemarin siang-red) kami sudah kirim surat ke Mahaka kalau kami akan main di Manahan,†terang Faisal.
Kalau masalah stadion lain, ia conÂtohkan di Jalak Harupat, panitia di sana tidak siap secara teknis, karena sehari sebelumnya Persib Bandung menghadapi Mitra Kukar.
“Kalau di GBK tidak perlu dijawab kalian tahu sendiri apa masalahnya, di Bali terlalu jauh, dan di Surabaya juga terkait izin keamanan,†jelas Faisal.
Manajemen Sriwijaya FC meminta bantuan panitia pelaksana (panpel) pertandingan Persis Solo agar menÂjadi panpel laga leg kedua semi-final Piala Presiden 2015 di Stadion ManaÂhan pada akhir pekan ini.
Seperti diketahui, Sriwijaya FC tidak bisa menjadi tuan rumah leg kedua akibat kabut asap. Badan meÂteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG) Sumatera Selatan kemarin telah merilis kualitas udara di PalemÂbang yang telah mencapai 894 mikÂrogram/m3. Angka itu jauh di atas baÂtas level berbahaya, 350 mikrogram/ m3.
Surat permintaan menjadi panpel bernomor 230/SFC/X/2015 yang diÂtandatangani ketua panpel pertandÂingan Sriwijaya FC Augie Bunyamin telah dilayangkan ke Persis dua hari lalu.
“Kami sudah mengirim surat ke panpel Persis, dan memberi weÂwenang kepada panpel Persis seÂbagai pelaksana pertandingan leg kedua semi-final Piala Presiden 2015. Segala hal biaya yang timbul akibat dari penyelenggaraan kegiatan terseÂbut, menjadi tanggung jawab manaÂjemen SFC,†jelas Augie.
Sementara itu, sekretaris tim Achmad Haris menegaskan, mereka sudah tidak mempermasalahkan loÂkasi pertandingan, Menurut Haris, paling penting saat ini memikirkan tim Laskar Wong Kito melenggang ke putaran final dengan menyingkirkan Arema Cronus.
“Sekarang kita jangan berpikir tentang harus bermain di mana, tapi kita harus fokus menyelesaikan leg kedua ini dengan kemenangan, dan bisa masuk final,†tegas Haris kepada wartawan.
Selain Manahan, sejumlah staÂdion juga diapungkan untuk lokasi pertandingan, seperti Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, dan Si Jalak HaÂrupat Bandung. Menurut Haris, StaÂdion Utama GBK tidak memungkinkÂan, karena membutuhkan waktu dua pekan untuk mengurus perizinan.
“Setelah pihak Mahaka mengeÂluarkan larangan bermain di PalemÂbang untuk leg kedua semi-final, kami juga mencari alternatif lain. BuÂkan hanya pada Stadion Manahan,†ujarnya.
Kalau di Stadion Si Jalak Harupat, Persib Bandung juga baru menggelar pertandingan semi-final sehari sebeÂlumnya.
Panitia di sana tentu keberatan ada dua pertandingan dalam dua hari berturut-turut. Banyak juga maÂsukan yang datang ke manajemen, tapi ada stadion yang dinilai tak layak menggelar laga semi-final, apalagi diÂgelar malam hari.
“Jadi, alasan manajemen SFC meÂmilih Stadion Manahan Solo, karena panitia di sana sudah paham. SekaÂlipun jarak antara Kota Malang dan Solo tak terlalu jauh, dan akan banÂyak suporter Arema yang datang ke Solo, itu bukan jadi kendala bagi SFC,†imbuhnya.
Fans Boikot
Kelompok suporter Sriwijaya FC (SFC) mengaku sangat keberatan tim kesayangannya harus memainkan laga kandang di Stadion Manahan Solo, saat menjamu Arema Cronus pada leg kedua babak semi-final Piala Presiden 2015, Minggu (11/10).
Sebagai bentuk kekecewaan merÂeka, kelompok suporter Sriwijaya Mania (S-Man) dengan tegas menÂgatakan akan memboikot laga terseÂbut.
“Yang jelas kami dari S-Man boikot SFC main di Solo. Dan sudah saya kabari bahwa S-Man tidak dukung langsung di Solo,” tegas Eddy Ismail, ketua S-Man, saat dihubungi Goal InÂdonesia.
Untuk diketahui, kelompok suÂporter yang identik mengenakan seÂragam berwarna kuning ini tak perÂnah absen dalam memberi dukungan kepada tim asuhan Benny Dolo itu di manapun bermain, jika melakoni laga tandang.
“Suporter kami tidak ada yang tur, maupun S-Man korda Solo, YogyaÂkarta, tidak saya bolehkan nonton,” ungkap Eddy.
“Sepertinya jauh-jauh hari SFC tahu kalau mau main di Solo. Sebab setelah main di Malang langsung ke Solo,” tambahnya.
Kekecewaan juga dirasakan oleh kelompok suporter lainnya, Singa Mania yang langsung disampaikan oleh sang ketua Ariyadi Eko Nauri.
“Jujur kami kecewa dengan SFC main di Solo. Main di Solo sama saja kami away (tandang), terus anggota banyak yang merasa di laga semi-fiÂnal itu laga krusial buat SFC. Jadi SFC mesti dapat dukungan dari suporter dan masyarakat Palembang,†tandasÂnya.
(Imam/net)