Persediaan beras nasiÂonal belum aman seraÂtus persen. Pemerintah menjamin stok beras aman hanya sampai Maret 2016 mendatang, atau hanya sampai triwulan pertama tahun ini. LanÂtas, apa solusi praktis yang disiapÂkan Pemerintahan Jokowi-JK?
Pemerintah saat ini sedang menjajaki impor beras dari India dan Pakistan. Impor beras dari dua negara di kawasan Asia SeÂlatan ini dalam rangka menjaga stok dan stabilitas harga beras di 2016.
Wakil Presiden Jusuf Kalla ( JK) meminta jangan mempersoalkan dari negara mana beras itu berÂasal. “Bukan dari Pakistan, dari mana. Urusannya kita harus puÂnya cukup persediaan agar harga beras tidak naik, kemiskinan tidak naik, dan kebutuhan terpenuhi. Negara lebih penting,†ujar JK di kantornya, Jumat (8/1/2016).
Sebelumnya, Menteri PerdaÂgangan (Mendag) Thomas TrikaÂsih Lembong mengatakan tengah menjajaki impor beras dari PakiÂstan dan India. Menurut LemÂbong, saat ini sedang penjajakan MoU (Memorandum of UnderÂstanding) dengan Pakistan berkaiÂtan dengan rencana impor beras.
“Kami baru jajaki MoU (Nota Kesepahaman) dengan Pakistan. Kami sedang pelajari aspek legal dan teknisnya serta stok beras medium yang ada di Pakistan. Lalu juga dengan India, mereka beras puÂtih bisa ekspor USD 3-4 miliar per taÂhun,†ungkap Lembong.
JK juga menambahkan, jika pasoÂkan beras terganggu maka akan meÂmicu kenaikan harga di pasar. “SoÂalnya ialah menjaga stabilitas harga beras karena harga yang tentukan. Kalau tidak stabil, naik, maka keÂmiskinan naik,†tutup JK.
Sejauh ini, Pemerintah telah meÂmastikan bahwa stok beras sampai dengan Maret 2016 masih dalam baÂtas aman.
Menteri Perencanaan PembanÂgunan Nasional (PPN)/Kepala BapÂpenas, Sofyan Djalil, menjelaskan, masuknya beras impor asal Vietnam dan Thailand secara langsung meÂnambah stok beras yang berada di Badan Urusan Logistik (Bulog). “MaÂsuknya impor 1,5 juta ton dengan cadangan yang ada di Bulog itu aman sampai Maret 2016. Jadi, jelang libur aman sekali,†kata Sofyan, kemarin.
Sofyan mengatakan, total cadanÂgan beras di Bulog hingga saat ini mencapai 2 juta ton. Apalagi, dia memprediksi, pada akhir Februari mendatang sudah mulai terjadi panÂen padi. “Maret sudah mulai panen, April panen raya. Jadi, tidak ada maÂsalah. Semua aman,†ujar dia.
Meskipun stok beras terbilang aman hingga Maret 2016, tetapi tiÂdak diiringi dengan stok jagung domestik. Kepala Bulog, Djarot KuÂsumayakti, mengatakan, pihaknya berencana melakukan impor jagung untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pada kuartal I-2016. “Kami akan mengimpor jagung 600 ribu ton pada tahun depan. Semua peruÂsahaan nanti harus beli dari Bulog,†tutur dia.
Mengenai rencana impor beras Indoa dan Pakistan ini, Pengamat pertanian Dwi Andreas Santosa mengatakan, saat ini sudah saatnya pemerintah menambahkan stok beÂras nasional.
Pasalnya, sejak Desember 2015 sampai Maret 2016 diprediksi masih tetap paceklik dan jikalau ada panen maka jumlahnya tidak mencukupi. “Sebenarnya, istilah menambahkan stok bisa dari dalam negeri dengan peningkatan panen atau dari luar negÂeri dengan impor,†ujar Dwi, kemarin.
Dwi mengatakan, pemerintah perlu waspada dalam mengambil keputusan untuk menambah stok beras nasional. Karena, jika pemerintah terlambat memutuskan sesuatu maka risikonya tinggi. Apalagi, harga beras saat ini suÂdah mencapai rekor tertinggi dan kenÂcenderungannya selalu naik.
Dwi mencontohkan, harga beras premium pada awal 2016 sudah menÂcapai Rp. 10.700 per kilogram. PadaÂhal, pada awal 2015 lalu harga beras hanya berkisar di level Rp. 9000 per kilogram.
Sementara itu, menurut Dwi stok beras saat ini sudah tipis dan impor dari Vietnam serta Thailand dipreÂdiksi masih belum bisa mencukupi kebutuhan stok nasional.
Dwi mengatakan, penambahan stok menjadi relevan karena ketika harga beras naik yang dirugikan buÂkan hanya konsumen, tapi juga petÂani kecil. “Saat ini petani gak pegang gabah maupun beras sehingga merÂeka juga susah,†kata Dwi.
Dwi menyambut baik rencana pemerintah untuk melakukan diverÂsifikasi impor beras dari Pakistan dan India. Hal ini merupakan pemÂbelajaran dari kejadian sebelumnya yakni pemerintah terlambat untuk memutuskan impor, sehingga beras dari Vietnam dan Thailand sebagian besar sudah diborong oleh Filipina. Ini menyebabkan stok beras internaÂsional menipis.
Namun, menurut Dwi, pemerinÂtah juga harus jeli menghitung stok beras yang ada di India dan Pakistan. Pasalnya, saat ini India juga sedang mengalami kesulitan stok beras seÂhingga harus impor.
Presiden Joko Widodo ( Jokowi) sejauh ini juga telah mengumpulkan para menteri ekonomi di Istana hari ini untuk membahas harga pangan di 2016. Kepada jajaran menteri biÂdang ekonomi, Jokowi meminta kesÂtabilan harga pangan strategis dijaga dengan baik pada tahun ini agar maÂsyarakat tidak kesulitan. “Kami tadi bersama Menteri Perdagangan, MenÂteri Perekonomian, diminta supaya kita menjaga harga pangan strategis di pasar. Itu yang harus dijaga,†tutur Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman, kemarin.
Sebagai langkah konkret untuk menjamin stabilitas dan pasokan pangan, Amran mengaku terus meÂmantau produksi di seluruh IndoneÂsia. “Langkah konkretnya, kita panÂtau daerah-daerah produksi saat ini,†ucapnya.
Perum Bulog juga telah menggelar operasi pasar beras supaya harga beÂras tidak melonjak tinggi saat musim paceklik di awal 2016 ini. Perum BuÂlog telah menyiapkan 150.000 ton beras untuk operasi pasar di Januari 2016 ini. Untuk menggenjot produksi beras, Kementerian Pertanian beruÂpaya mempercepat musim tanam di Desember 2015 dan Januari 2016, sehingga ada panen beras yang cuÂkup banyak di Maret-April 2016.
(Yuska Apitya Aji)