DIBERIKAN kesempatan tanggung jawab untuk melanjutkan warisan bisnis keluarga memang tak mudah, apalagi jika yang mengemban terbilang maÂsih muda. Hal ini diakui oleh pria kelahiran 25 Maret 1989, Yudhi Budiwarman atau pemilik nama Li Qing Tong. Budhi, sapaan akrab pria berdarah Tionghoa adalah generasi ketiga dari kakeknya yang bernama Lem Nyoek Si menjalankan bisnis bahan bangunan.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Engkong (sebutan kakek dalam baÂhasa Cina) saya sudah memulai usaha ini sejak Plaza Bogor belum dibangun. Jadi, yah bisnis ini bisa dibilang turunan dari leluhur. Memang tiÂdak mudah menjalankannya, apalagi saya baru beberapa minggu terjun langsung,†ujar pria yang sebelumnya pernah bekerja sebagai Barista di salah satu Cafe brand Internasional.
Budhi yang juga Sarjana Manajemen IBBI Jakarta ini memutuskan pilihan menÂjalankan usaha keluarga karena ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Selain itu juga ia sangat berharap ayahnya bisa pensiun dini dari usaha berjualannya itu, karena ia mempertimbangkan faktor usia ayahnya.
“ Ayah saya pernah bilang melanÂjutkan warisan keluarga lebih penting ketimbang jadi karyawan. Saya memikirÂkan kalimat ayah saya itu, lalu kemudian saya memutuskan untuk melanjutkan bisÂnisnya tanpa ada paksaan, saya juga tidak malu. Kenapa harus malu jual bahan banÂgunan, justru kerjanya lebih enjoy, saya jadi bos dan bukan karyawan lagi,†tutur lelaki yang hobinya memasak ini.
Sejauh ini, masih kata Budhi, ia menomorsatukan kejujuran dalam sistem penjualannya, karena ia merasakan betul menumbuhkan kejujuran nampaknya lebih sulit dibanding menunggu pembeli di toko miliknya yang diberi nama Toko Waja Mas. “ Kepercayaan itu sulit di dapat, jadi kejujuran harus dinomorÂsatukan. Kalau semua kepercayaan itu sudah kita pegang, pembeli juga tidak ragu untuk kembali datang ke tempat saya,†tutur Budhi yang pernah mengenyam bangÂku pendidikan di Regina Pacis ini.
Meski begitu, Budhi juga sudah mempersiapkan diri dengan tingkat persaingan yang tinggi. Apalagi maÂkin kesini penjual baÂhan bangunan semakin menjamur. “ Iya, perÂsaingannya ketat soÂalnya penjual bahan bangunan semakin banyak, tetapi saya tetap akan berusaha, tidak mau kalah kareÂna kompetitor banÂyak. “Sejauh ini sih saya merasa tersisiÂhkan karena banyak kompetitor, pokoknya jalani saja dulu unÂtuk kedepannya,†pungkas lelaki yang menanamkan filosofi ‘jangan memikirkan masalah yang sudah terjadi’ ini.