JAKARTA, TODAY– Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuannya, 7 Days Reverse Repo Rate turun 25 basis poin (bps) ke angka 5,0% dari sebelumnya 5,25%.

“Rapat Dewan Gubernur 21-22 September 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 5,25% ke 5%,” jelas Gubernur BI, Agus Martowardojo di Gedung Thamrin di kantor BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (22/9/2016).

Sementara untuk suku bunga deposit facility diturunkan 25 bps dari 4,5% menajdi 4,25% dan lending facility diturunkan 25 bps dari 6% ke 5,75%. “Deposit facility turun 25 basis poin menjadi 4,25%. Lending facility turun 25 basis poin menjadi 5,75%. Ini berlaku sejak 23 September 2016,” kata Agus.

Pelonggaran keijakan moneter ini dilakukan sejalan dengan program pemerintah mendongkrak pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Besaran inflasi juga masih terjaga sesuai target 4% plus minus 1%. “Pelonggaran kebijakan moneter dengan penurunan BI 7 Days Repo Rate sejalan dengan berlanjutnya stabilitas makro ekonomi. Tercermin inflasi rendah dan nilai tukar stabil,” jelas Agus.

BACA JUGA :  Lauk Sehat Rendah Lemak dengan Ikan Kukus Asam Pedas

Keputusan ini diambil setelah mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI tanggal 21-22 September 2016.

Menurut Agus, penurunan suku bunga acuan BI dilakukan untuk meningkatkan gairah ekonomi nasional di tengah pelemahan ekonomi global. Penurunan BI 7 Days Repo Rate juga dilakukan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat. “Di tengah masih lemahnya ekonomi global, pelonggaran dapat memperkuat upaya untuk medorong permintaan domestik. Ini juga untuk menjaga stabilitas makro ekonomi,” jelasnya.

Penurunan suku bunga acuan BI ke 5% juga dilakukan untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi 2016 di atas 5%. Langkah ini dilakukan juga un “Pelonggaran kebijakan tersebut memperkuat kebijakan pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” kata Agus.

Dengan meningkatnya konsumsi domestik maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa berada sesuai target di kisaran 4,9% sampai 5,3%. “BI memandang berbagai langkah diperlukan meningkatkan domestik meingkatkan pertumbuhan ekonomi dan dengan perkembangan tersebut pertumbuhan ekonomi 2016 di kisaran 4,9-5,3% year on year,” tambahnya.

BACA JUGA :  2 Kali Erupsi Jumat Pagi Ini, Gunung Semeru Letuskan 500 Meter di Atas Puncak

BI juga memprediksi Current Account Deficit (CAD) kuartal III-2016 sebesar 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini sedikit berbeda dari perkiraan BI sebelumnya sebesar 2,3%. “Terkait dengan Current Account Deficit (CAD) kita melihat bahwa CAD kita sekarang kuartal III kita perkirakan sedikit lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sebelumnya kami perkirakan 2,3% dari GDP, sekarang 2,4% dari GDP,” jelasnya.

Hingga akhir 2016, BI memprediksi defisit neraca berjalan akan berada di angka 2,2%. “Setahun itu kita perkirakan ada 2,2% dari GDP untuk CAD,” tambah Agus.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan bahwa perkiraan CAD di akhir 2016 sebesar 2,2% dikarenakan rendahnya CAD pada kuartal I dan II kemarin. “Current Account Deficit (CAD) terjaga baik di 2,4% pada kuartal III. Secara keseluruhan tahun 2,2% karena kuartal I dan kuartal II rendah. Pelonggaran moneter dilakukan BI meng-adress isu-isu tadi,” kata Mirza. (Yuska Apitya/dtk)

============================================================
============================================================
============================================================