Untitled-1KECINTAANNYA kepada binatang yang membawa seorang Tony Sumampau berkeinginan besar untuk melindungi satwa-satwa yang ada di Indonesia. Apalagi, etos konservasi di Indonesia ber­beda dengan konservasi di seluruh dunia. Pasalnya, konservasi ala Indonesia itu memanfaatkan dan mengikutsertakan masyara­kat dalam konservasi. Itu mengapa ia membuka tempat wisata Taman Safari Indonesia (TSI), agar para pengunjungnya juga mendapatkan edukasi dari tempat wisata penangkarannya itu.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Namun, pria ini tidak pernah ingin melaju sendiri, ia lebih sering menggandeng beberapa elemen yang peduli terhadap konservasi satwa liar dilindungi dan kelestarian hutan.

“Sejauh saya selalu mengikutsertakan masyarakat dan memberi manfaat kepada masyarakat, pasti konservasi akan berhasil,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Penasihat Fo­rum Konservasi Satwa Liar (FOKSI), Tony Sumampau, pada Orientasi Wartawan Konservasi 2015.

BACA JUGA :  Menu Sederhana dengan Sayur Daun Ubi Tumbuk yang Gurih dan Harum

Contoh kasus, menurut Tony yang juga salah seorang pendiri Foksi, masalah curik bali yang dikategorikan sebagaisatwa yang critically endangeredatau hampir punah pada 2004.

Pada saat itu, kata Tony, ia menyampaikan kepada dunia internasional bahwa ia berencana membanjiri pasar untuk menekan harga jalak bali sehingga pencurian di Taman Nasi­onal Bali Barat akan berkurang. Hal itu ternyata beroleh pro­tes dari dunia internasional yang menganggap tidak mungkin membanjiri pasar dengan satwa yang langka dan sangat dil­indungi.

“Namun, saya tidak putus asa karena yakin bahwa sejauh kita bekerja dengan baik dan demi kebaikan, pasti berhasil. Makanya saya berpesan jangan pernah putus asa,” ujar pria yang pernah mendapatkan penghargaan Indonesia Green Award 2011 ini.

BACA JUGA :  Ini Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Minggu 21 April 2024

Di samping itu, Tony berharapmasyarakat dapat meneruskan upaya serupa, bukan hanya curik bali lantaran masih banyak spesies Indonesia yang harus dilindungi. Itu salah satu contoh saja soal jalak bali. Banyak lagi, seperti banteng, gajah, dan badak. Un­tuk itu, dia meminta masyarakat ikut memahami se­hingga bisa turut melindungi dan melestarikan satwa langka. “Memang butuh waktu lama untuk recovery atau pemulihan,” ucapnya.

Ia berpesan agar masyarakat mulailah memeli­hara alam. Pasalnya, dengan menjaga alam, maka sektor wisata akan hidup yang berdampak positif ter­hadap perekonomian masyarakat.

============================================================
============================================================
============================================================