JAKARTA, TODAY — PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) akan kembali menuÂrunkan tarif listrik non subsidi, atau tarif listrik yang diberlakukan untuk 12 golongan pelangÂgan yang telah menerapkan tariff adjustment untuk periode April 2016. Dari catatan PLN, angka penurunan tarif listrik untuk medio April beÂrada di kisaran Rp8 sampai Rp12 per kWh (Kilo Watt per Hour).
Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun mengungkapkan, penuÂrunan tarif listrik yang mulai berÂlaku mulai 00.00 itu terjadi akibat tren penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi dalam satu bulan terakhir. “Besaran variabel yang mempengaruhi perubahan tarif April 2016 adalah nilai tukar RupiÂah yang pada Februari 2016 ada di Rp13.516 per dolar AS dan Januari pada Rp13.889 per dolar AS. SeÂmentara untuk harga minyak bumi (ICP) naik dari USD27,49 per barel pada Januari ke USD28,29 per barel pada Februari,†ujar Benny, Kamis (31/3/2016).
Sementara untuk variabel penaikan harga barang-barang, Benny bilang di sepanjang FebruÂari laju inflasi tercatat mengalami penurunan. “Februari 2016 inflasi berada di 0,09 persen. Kalau JanuÂari 0,51 persen,†imbuhnya.
Berikut detil tarif listrik non subsidi yang berlaku mulai hari ini:
1. Tarif listrik Tegangan Rendah (TR): Rp1.343 per kWh, turun Rp.12 dari posisi Maret 2016 di level Rp1.355 per kWh.
Tarif ini berlaku untuk golonÂgan R1 dengan kapasitas 1.300 VA (Volt Ampere); R1 2.200 VA; R2 3.500 sampai 5.500 VA (volt ampere); R3 6600 VA ke atas; B2 6.600VA hingga 200 kVA; P1 6.600VA sampai dengan 200 kVA; dan P3.
2. Tarif listrik Tegangan Menengah (TM): Rp1.033 per kWh, turun Rp.9 dari Maret 2016 yang berada di level Rp1.042 per kWh.
Tarif ini berlaku untuk golonÂgan B3 dengan kapasitas daya di atas 200 kVA; golongan I3 dengan daya di atas 200 kVA; dan P2 denÂgan daya di atas 200 kVA.
3. Tarif listrik tegangan tinggi (TT): Rp925 per kWh, turun Rp8 dari Maret 2016 yang berada di level Rp933 per kWh).
Tarif yang berubah meliputi golongan I-4 dengan daya 30 MVA ke atas.
Banyak pola perilaku seÂhari-hari yang tanpa disadari ternyata membuat biaya listrik menjadi mahal. Selain membuat biaya listrik membengkak juga memboroskan energi, padaÂhal sumber-sumber energi sepÂerti batu bara, minyak bumi, gas bumi ketersediaannya terbatas.
Direktur Utama PT Energy Management Indonesia (EMI) Aris Yunanto menjelaskan, konsumsi listrik di Indonesia belum efisien. Mulai dari rumah tangga, perkanÂtoran, toko, pasar, industri, sampai pemerintah, melakukan pemboÂrosan energi. Berdasarkan kajian EMI, rata-rata pemborosan energi di rumah tangga 10%, di gedung perkantoran milik swasta 20%, industri 25%, toko-toko dan pasar 25%, sedangkan di kantor-kantor pemerintah 25-30%.
Aris menyebutkan, pemboÂrosan energi yang kerap terjadi di rumah tangga contohnya ialah membiarkan peralatan elektronik seperti televisi (TV), radio, AC, microwave, fan dalam keadaan standby ketika tidak digunakan. “Kalau hanya dimatikan dari reÂmote, tapi masih standby, itu maÂsih makan listrik. Cabut kabel teleÂvisi (TV), stereo, microwave, fan saat tidak dipakai,†ujar Aris, Rabu (30/3/2016).
Sedangkan pemborosan yang sering terjadi di kantor-kantor adalah membiarkan komputer terus dalam keadaan hybernate ketika sedang tidak digunakan. “Biar pun hybernate, komputer itu masih menggunakan listrik, kira-kira 5-20% dari daya yang diÂgunakan dalam keadaan normal,†ungkap Aris.
Air Conditioner (AC) yang terÂus menyala sepanjang jam kerja juga memboroskan energi, kadang AC tetap menyala saat ruangan dalam keadaan kosong.
Aris menyarankan agar geÂdung-gedung perkantoran mengÂgunakan inverter, sehingga AC bisa mati secara otomatis saat tidak ada aktivitas di dalam ruangan. “Dengan sedikit teknologi, memaÂsang inverter, AC di ruangan jadi tidak memakan daya yang besar,†paparnya.
(Yuska Apitya/dtkf)