MAGELANG TODAY – Sepasang suami istri duduk santai di sebuah bangku panjang di depan teras rumahnya sambil menyaksikan para pelari melintasi jalan aspal selebar kira-kira tiga meter. Di depannya tersaji cangkir-cangkir berisi teh hangat yang diletakkan di sebuah meja kecil.

“Monggo mampir mas, minum dulu,” ujar laki-laki paruh baya pemilik rumah sambil tersenyum ramah.Beberapa pelari pun mengiyakan tawaran sang pemilik rumah. Mereka berhenti sejenak lalu menyeruput teh hangat manis seraya berbincang beberapa kata. Bagi sebagian pelari, khususnya kategori marathon, setelah menempuh jarak puluhan kilometer, teh manis hangat cukup nikmat untuk menghalau dahaga sekaligus membantu menambah energi.

BACA JUGA :  Resep Membuat Sambal Teri Cabe Hijau, Sederhana Tapi Bikin Ketagihan

“Semangat mas, ini sudah lewat pertengahan, sudah kilometer 26,” ujar laki-laki tersebut menyemangati.

Kehangatan dan keakraban warga seperti ini akan mudah ditemui di kampung-kampung yang dilewati peserta Borobudur Marathon 2019. Tidak hanya menyediakan minuman hangat dan makanan kecil seperti kacang, ubi rebus dan aneka buah, warga juga berdiri berjejer di tepi jalan sambil mengulurkan tangan menyambut datangnya para pelari. Mereka bahkan rela berdiri hingga berjam-jam. Tidak hanya remaja dan pemuda, orang tua dan anak-anak pun ikut berbaris, bersorak memberi semangat.

============================================================
============================================================
============================================================