155797_olga-lidya-saat-jumpa-pers-pertunjukkan-teater--apel-i-m-in-love-_663_382LULUSAN Biologi Institut Pertanian Bogor, Tjandra Wibowo, tidak menyangka dapat menghiasi layar kaca mulai sejak 1991. Di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), tepatnya, sebagai reporter sekaligus produser untuk program spesial.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Model keturunan Tiong­hoa, Olga Lydia, ternyata serius terjun di dunia bisnis. Enam tahun berkiprah di dunia yang lebih me­mentingkan untung dan rugi itu, Olga telah memiliki empat restoran yang tersebar di pusat-pusat perbelanjaan Jakarta. Namun, itu semua belum cu­kup.

Berbeda dari empat bisnis sebe­lumnya, kali ini Olga dan beberapa temannya membuka butik aksesori, franchise dari Thailand. Butik ber­nama Naraya ini bisa dibilang cukup terkenal di negara asalnya . Ia mulai menjual bermacam pernak-pernik, seperti tas, dompet, alas meja, dan lain-lain. Semua dikemas dalam war­na dan bentuk yang lucu.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Selasa 16 April 2024

“Di sini produk-produknya kebanyakanuntuk perempuan. Produknya pun macam-macam. Ada tas tangan, ada tempat make up, gan­tungan baju, dompet, dan lainnya. Pokoknya lucu-lucu, deh,” katanya.

Menurut Olga, banyak orang In­donesia, termasuk teman-teman ar­tisnya berbelanja di butik Naraya tiap kali bertandang ke Thailand. “Tapi, sekarang nggak perlu jauh-jauh lagi. Di Jakarta, semua aksesori unik juga bisa didapatkan,” ujarnya.

Dalam hal berbisnis, bagi Olga, ia dan teman-temannya juga ditun­tut untuk membaca pasar dan kuat dalam riset. “Misalnya butik ini. Bila di Thailand, lokasi butik kan di dekat pintu masuk, jadi semua pengunjung yang baru datang bisa langsung meli­hat. Nah, kalau di sini juga begitu. Pe­milik franchise ingin butiknya berada di lantai dasar. Mencari lokasi itu kan agak susah, lho. Tapi, untung saya dapat posisi di lantai dasar,” katanya menerangkan.

BACA JUGA :  Minuman Segar dengan Sup Semangka Jelly yang Manis dan Creamy

Di bisnis aksesoris, Olga membi­dik kelas menengah ke atas sebagai calon konsumen. Semua harga rata-rata dibanderol di atas Rp 100 ribu. Namun, Olga optimistis bisnisnya tetap bisa dilirik pembeli.

“Karena ini bisnis pertemanan. Ada delapan orang yang menanam saham. Langkah awal, kita promosi dari antar teman dulu saja lah,” beber wanita berusia 33 tahun yang masih melajang itu.

Namun, Olga mengelola bisnis ini tidak main-main. Setiap pemilik saham akan mendapat presentasi dari hasil penjualan berdasarkan besar-kecil modal yang ditanam. “Jadi kita bisa benar-benar meman­tau perputaran uang yang masuk dan yang keluar. Biar teman, tapi kita harus profesional,” jelas Olga.

============================================================
============================================================
============================================================