SUATU hari dua orang lelaki datang ke psikiater. Keduanya memiliki keluhan yang sama, yakni tenÂtang isterinya. Mereka perlu pendapat psikiater sebagai second opinion untuk mengambil sebuah keputusan penting terkait isteri mereka.
Isteri lelaki pertama memiliki kebiasaan berteriak histeris ketika sedang tak sependaÂpat dengan dirinya. Pernah suatu ketika terika di tengah malam sehingga membangunkan seisi kampung. ‘’Apa nama penyakit isteri saya, apa obatnya dan bagaimana jalan keluarnya,’’ kata lelaki pertama.
Isteri lelaki kedua memiliki kebiasaan berÂteriak historis ketika sedang marah dan ngamÂbek. Kalau ngambek selalu membuka peristiwa masa lalu. Kesalahan masa lalu diungkit. Apa nama penyakit ini, apa obatnya, dan apa saÂran solusinya. Psikiater itu tersenyum mendengar istilah teriakan historis. ‘’Jumpakan isteri kalian, agar mereka saling melengkapi keahliannya berteriak sehingga memunculkan satu model teriakan baru,’’ kata psikiater. SembuhÂkan mereka? Tidak, karena psikiaternya ternyata baru sembuh…!