Untitled-2TIDAK banyak orang yang peduli dengan masalah pendidikan di negeri ini, begitu pun di Kota Bogor sendiri. Masih banyaknya permasalahan pendidikan yang dialami anak-anak yang tinggal di pinggiran kota, menjadi keprihatinan tersendiri, melihat perkembangan dunia pendidikan saat ini sudah sangat maju. Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak itu masih kesulitan dalam membaca, menulis dan berhitung. Lingkungan tempat mereka tinggal pun kadang mendorong anak-anak ini turun kejalan untuk mengamen, mengemis, hingga mereka akhirnya putus sekolah karena alasan ekonomi.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Melihat realita tersebut, di Kota Bogor terdapat kelompok komunitas yang peduli pada permasalahan pendidikan anak yang tinggal di pinggiran kota. Ke­lompok tersebut menamakan diri den­gan nama komunitas Terminal Hujan.

Terminal Hujan adalah sebuah ko­munitas independen yang fokus terha­dap pendidikan anak-anak dan pember­dayaan ekonomi orang tua di wilayah perkampungan di belakang Terminal Baranangsiang Kota Bogor yang didiri­kan pada bulan Juni tahun 2011.

Terbentuknya komunitas Terminal Hujan berawal dari pertemuan Anggun selaku founder Terminal Hujan den­gan mantan ketua Dinkes Kota Bogor yang juga ketua Lembaga Perlindun­gan Anak Kota Bogor, drg. Wan Aisyah (umi) yang juga aktif di PKK kota Bogor dalam memberikan pengajaran serta memberdayaan masyarakat yang ting­gal di bantaran sungai Ciliwung, kam­pung Kebon Jukut belakang terminal bus Baranangsiang.

Berdasarkan hal tersebut, Ang­gun bersama kedua temannya Sela dan Mario bekerja sama dengan umi dalam melakukan aksi pemberdayaan masyarakat dengan menyusun sebuah kurikulum dan “rumah bimbingan” bagi anak-anak yang tinggal di kampung Ke­bon Jukut, tepatnya di belakang Termi­nal Bus, yang mana anak-anak ini rawan terkena dampak-dampak negatif, sep­erti drop out, mengamen dan tawuran.

BACA JUGA :  Dedie Rachim Apresiasi Renovasi MCK SDN Semeru 6 Kota Bogor

“Awalnya, kita melakukan asesmen mengenai permasalahan pendidikan anak-anak seperti kesulitan membaca, menulis, berhitung sampai kebiasaan malas belajar. Dan ternyata permasala­han baca tulis dan hitung adalah hal yang menjadi prioritas untuk diajarkan segera kepada mereka,” kata Anggun.

Rumah bimbingan ini sambung Anggun, kemudian diberi nama Komu­nitas Terminal Hujan karena terletak di belakang Terminal Baranangsiang. Adapun misi dari komunitas ini adalah meningkatan kemampuan baca tulis hi­tung dan mengembangkan keterampi­lan dasar anak. Mendorong anak untuk terus bersekolah, Melakukan edukasi terhadap orang tua mengenai penting­nya pendidikan, serta melakukan pem­berdayaan ekonomi untuk orang tua dan anak.

“Semula Terminal Hujan berhasil mengumpulkan anak-anak peserta di­dik sejumlah 30-40 orang yang kemu­dian meningkat menjadi 80 orang den­gan latar belakang pendidikan mulai dari pre school- SMP. Dari segi jumlah relawan pun meningkat, bahkan ada relawan-relawan yang berasal dari Ja­karta Timur hingga Cikarang yang tu­rut serta mengajar setiap hari Minggu siang,”ujarnya.

Lanjut Anggun, dulu setiap kegiatan belajar akan dimulai, para relawan ha­rus menjemput anak-anak satu persatu ke setiap rumah mereka. Namun, saat ini sebelum acara belajar dimulai, anak-anak sudah stand by di halaman kantor kelurahan Baranangsiang, yang menjadi tempat kegiatan belajar mengajar kami sekarang.

BACA JUGA :  Dedie Rachim Apresiasi Renovasi MCK SDN Semeru 6 Kota Bogor

“Karena kita fokus di bidang sosial, kita juga memberikan beasiswa untuk anak-anak putus sekolah dan anak-anak berprestasi. Beasiswa ini awalnya sum­bangan dari donatur. Karena sekarang sudah banyak yang perhatian, banyak yang memberikan bantuan secara suk­arela baik itu pribadi maupun dari CSR perusahaan,” ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu melewati suka dan duka, terlihat perubahan dan perkembangan yang ditunjukkan oleh para peserta didik, sambung Anggun. Bahkan para peserta didik ini sam­pai bisa menorehkan prestasi dengan meraih juara ke 3 dalam ajang lomba kreasi anak Indonesia tingkat nasional. Kita pun mendapat penghargaan dari Walikota Bogor Bima Arya saat hari jadi Kota Bogor beberapa waktu lalu.

Selain memberikan pengajaran baca tulis dan menghitung, para anak-anak binaan ini kita berikan juga pelatihan keterampilan dengan membuat keraji­nan tangan yang memanfaatkan barang-barang bekas seperti kertas dan plastik sehingga menghasilkan barang yang memiliki nilai ekonomi. Hasil kreatifi­tas anak-anak ini kemudian dijual yang keutungannya bisa dipergunakan untuk membiayai kegiatan komunitas ini.

“Harapan kedepan, kita ingin jadi entitas yayasan yang profesional pada bisnis sosial. Yang konsisten member­dayakan kampung-kampung di Kota Bogor melalui jalur pendidikan infor­mal dan pemberdayaan ekonomi,” harapnya.

============================================================
============================================================
============================================================