Master_rahmat-(3)SOSOK Andianto Setiabudi mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat awam. Tapi bila mendengar perusahaan bernama Cipaganti, maka sebagian orang pasti akan menye­but jasa rental mobil dan travel sebagai bidang yang dige­lutinya. Cipaganti Group memang lebih banyak dikenal sebagai perusahaan yang menyewakan mobil dan me­nyediakan jasa travel bagi ribuan pelanggan di bebera­pa daerah. Kesuksesan perusahaan Cipaganti tersebut tak terlepas dari tangan dingin Andi dalam meramu strategi perusahaan untuk menjadi yang terdepan pada segmen pasar yang dituju.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Andianto Setiabudi sendiri merupakan pria asli Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara, pasangan Rahmat Setiabudi dan Sri Mamuri Setiabudi. Andi la­hir dan dibesarkan di kota Banjarmasin. Ked­ua orang tuanya memiliki bisnis kecil-kecilan untuk menghidupi keempat anaknya. Kedua orang tuanya mendidik Andi dan ketiga ka­kaknya dengan memberikan kebebasan. Tak hanya itu saja, didikan agama juga kerap di­tularkan dari kedua orang tuanya itu selain pendidikan agama yang diajarkan di sekolah dan gereja. “Orang tua saya pembuat makanan ringan di Banjarmasin,” kenang Andi.

Dengan melihat aksi dari sang ayah ketika menggulirkan roda bisnis makanan ringannya, lambat laun Andi mengambil pelajaran ber­harga tentang strategi dalam memegang suatu usaha meskipun kala itu usahanya masih terbi­lang cukup kecil. Harapan keluarga Andi saat kali pertama menjejakkan kaki di kota yang berjuluk Paris Van Java itu ternyata tidak lang­sung terwujud setelah membuka usaha. Pasal­nya, cukup banyak para pesaing yang kemu­dian menjual berbagai makanan ringan yang diproduksi dengan menggunakan teknologi canggih. “Waktu itu, kita susah bersaing den­gan makanan ringan yang dibuat dengan pera­latan canggih. Apalagi waktu Khong Guan ma­suk tuh,” katanya.

BACA JUGA :  Tragis, Istri di Medan Tewas Tertabrak Kereta, Diduga Sedang Melamun usai Bertengkar dengan Suami

Akibatnya kehidupan Andi sekeluarga mengalami pasang surut. Keterbatasan dalam ekonomi membuat roda kehidupan Andi dan keluarga tertatih-tatih menatap masa depan. Kendati demikian, bisnis makanan ringan terse­but mampu berjalan demi untuk menghidupi keluarga dan mengalami perkembangan meski­pun perlahan-lahan. Beberapa mobil tua akh­irnya mampu dibeli dari sisa keuntungan kecil yang diperoleh dari usaha makanan ringan tersebut. “Mobil tua itu digunakan untuk men­girim makanan ke pasar-pasar,” aku Andi yang sempat mendapatkan penghargaan sebagai wi­rausahawan terbaik dari beberapa instansi ini.

Saat memegang kendali bisnis makanan ringan yang diturunkan dari kedua orang tua, tak diduga Andi melihat sebuah peluang baru yang mampu memberikan keuntungan. Kala itu, berkat kerja kerasnya untuk menabung dari sisa keuntungan bisnis makanan ringan, Andi berhasil membeli beberapa unit mobil baru. Sedangkan mobil tua yang biasa dipakai, diputuskan untuk dijual kepada orang yang memang berminat untuk membelinya. “Jadi, dulu itu saya mulai jual beli mobil, walaupun mobilnya mobil boks yang sudah tua,” tutur Andi sembari tertawa lebar.

Berawal dari ketidaksengajaan itulah, Andi mulai berpikir untuk beralih usaha ke jual beli mobil. “Waktu itu lumayan juga keuntungan­nya, lebih besar daripada jualan makanan ringan,” aku Andi sambil tersenyum. Menekuni bisnis jual beli mobil sembari berjualan makan­an ringan bermerek Cap Panda dan Dua Udang itu terjadi pada tahun 1984. Dua tahun kemu­dian, Andi pun memutuskan untuk beralih to­tal ke bisnis jual beli mobil dan meninggalkan bisnis makanan ringan warisan kedua orang tuanya. Awalnya, Andi hanya menjual sekitar 5 atau 6 unit mobil bekas saja. “Itu pun mobil tua seperti Mitsubishi Colt, Jeep, dan teman-temannya,” aku Andi. Ia mengambil nama jalan tempat showroomsederhana miliknya sebagai nama usahanya tersebut, yakni Cipaganti Motor.

BACA JUGA :  Turunkan Berat Badan ala Perempuan Jepang dengan 5 Kebiasaan Ini

Saat memutuskan untuk beralih usaha ke jual beli mobil bekas, Andi memang mengaku bahwa telah diberikan petunjuk dari Tuhan meski tidak secara gamblang petunjuk terse­but dapat terlihat. Petunjuk itu diakuinya dalam bentuk peluang yang harus segera di­ambil agar mampu meraup untung dan kesuk­sesan. Baginya, peluang itulah yang merupak­an jalan petunjuk Tuhan. Terbukti, ketika Andi kembali berada di titik nadir pada tahun 1991, dimana muncul sebuah kebijakan pemerintah yang menimbulkan suku bunga menjadi tinggi. Akibatnya, harga mobil bekas menjadi lebih cepat turun. Alhasil, showroom-nya hampir tak pernah dikunjungi oleh konsumen. Bahkan tingkat penjualan pun semakin turun drastis. Pada saat itulah, Andi merasakan ada bimb­ingan Tuhan dalam dirinya yang membuat ia melihat peluang untuk menyewakan puluhan unit mobil yang dimilikinya. Bahkan beberapa bangunan showroom-nya yang belum selesai didirikan, justru diubah menjadi bangunan ho­tel yang kala itu dianggapnya memiliki peluang bisnis yang cukup baik. Alhasil, Andi pun ter­jun di dunia bisnis perhotelan.

Kesuksesannya kemudian berlanjut pada tahun 1994, ketika Andi kemudian bekerjasama dengan salah satu rekannya untuk mendirikan perumahan. “Perumahan sederhana yang har­ganya terjangkau,” ujar Andi singkat. Berkat pertolongan Tuhan pula, perumahan tahap pertama di daerah Ciwastra, Bandung terse­but pun meraup untung dan sukses. Alhasil, ia kembali mendirikan perumahan serupa di sekitar daerah Buah Batu, Bandung. Sejak saat itu, Andi secara resmi mendirikan perusahaan bernama PT Cipaganti Citra Graha. Tak puas dengan bisnis rental mobilnya, Andi kembali melihat peluang dengan menyewakan alat-alat berat bagi perusahaan-perusahaan besar di Bandung.

(NET)

============================================================
============================================================
============================================================