DSC_0917MENJADI seorang Kepala Sekolah memang tak mudah, apalagi Chicilia Hendrawati harus mengayomi ratusan anak-anak remaja yang sedang dalam kondisi pubertas dan cenderung memberontak. Namun ternyata wanita ketruruanan Jawa-Tionghoa ini menikmati posisi itu dengan senyaman mungkin saat disekolah SMA Budi Mulia. Chicilia sangat memhami apa yang diinginkan anak-anak didikannya itu manakala ada beberapa pelajar yang memang sengaja melanggar peraturan.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Bagi wanita kelahiran 13 Januari ini, pendekatan persuasif kepada anak-anak yang melanggar adalah cara yang tepat untuk mengatasi jiwa berontak anak remaja. Memposisikan dirinya sebagai teman, dan berusaha mencari tahu apa yang diinginkan oleh anak tersebut, lantas disampaikan kepada orangtua walinya.

BACA JUGA :  Hilang Sejak Lebaran, Lansia Penderita Stroke Ditemukan di Dalam Sumur

Jika kebanyakan, sam­bung dia, kepala sekolah itu adalah sosok yang mengeri­kan bagi anak-anak murid, lain halnya dengan dia, ia justru mengajak siswa siswi untuk menjadi saha­batnya. Apalagi, sebelum menjadi kepala sekolah, Chicilia adalah seorang guru bimbingan konseling (BK), jadi baginya untuk menyelami sisi spikologis remaja bukanlah hal yang sulit.

“Dengan mendalami jiwa mereka nantinya akan nyaman sendiri sama saya, kalau mereka ti­dak mau terbuka kepada orangtuanya saya yang akan mencari tahu apa keinginan mereka lalu saya sampaikan langsung kepada orangtua murid yang bersangkutan,” tutur wanita pemilik rambut se­bahu ini.

Titik tersulit, menurut Chicilia, anak-anak SMA ini cenderung melawan aturan, bagi anak-anak yang sedang dalam masa pubertas ini, melanggar aturan adalah sebuah kebanggaan. “Contohnya kita buat peraturan jangan terlambat, eh mereka malah sengaja terlambat. Ternyata niat anak-anak ini agar dipanggil gurunya dan diajak bicara. Seo­lah-olah sedang mencari perhatian gurunya,” im­buhnya yang kental dengan aksen Jawa.

BACA JUGA :  Lauk Sehat Rendah Lemak dengan Ikan Kukus Asam Pedas

Bagi Checilia yang sudah berkecimpung di du­nia pendidikan ini, ia adalah orangtua bagi murid-muridnya di sekolah. “Jangan memberikan sikap kalau saya ini kepala sekolah, saya ingin mereka menganggap saya ini orangtua bagi mereka. Jadi supaya tidak ada jarak antara saya dengan anak-anak,” pungkas dia.

============================================================
============================================================
============================================================