TAIPE TODAY – Pemimpin partai opo­sisi Taiwan, Tsai Ing-wen memenang­kan pemilihan presiden Taiwan dalam pemilihan umum yang berlangsung Sabtu (16/1). Tsai juga menjadi presiden perempuan pertama Taiwan sejak me­misahkan diri dari China usai perang sipil China pada 1949. Namun Tsai, yang memimpin Partai Progresif Demokra­tik (DPP), juga akan menghadapi tugas berat memimpin dengan ratusan misil China mengarah ke negaranya.

Tsai mengatakan ia akan mencip­takan hubungan yang “konsisten, bisa ditebak dan langgeng” dengan China, dan tidak akan provokatif, demi men­jaga status quo. “Kedua pihak memiliki tanggung jawab untuk menemukan cara yang sama-sama bisa diterima guna berinteraksi dengan rasa hormat dan timbal-balik dan meyakinkan tidak ada provokasi dan kejutan,” ujar Tsai, yang mendapat 56 persen suara.

Ia menambahkan, walau bagaimana­pun juga, ia akan mempertahankan kepentingan dan kedaulatan Taiwan. “Demokrasi kami, identitas nasional dan ruang internasional harus dihormati dan tekanan apapun akan menggarisbawahi hubungan antar-selat,” ucapnya.

Dalam sebuah pernyataan yang disiar­kan oleh media pemerintah, Kantor Uru­san Taiwan China mengatakan prestasi perdamaian selama delapan tahun harus dihargai dan bahwa China tidak akan men­tolerir setiap aktivitas terkait kemerdekaan Taiwan. “Pada prinsip isu-isu penting sep­erti melindungi kedaulatan dan integritas teritorial negara, keinginan kami keras seperti batu,” kata lembaga itu.

Di Taiwan, dukungan untuk DPP sendiri membengkak sejak 2014, ketika ratusan mahasiswa menduduki parle­men Taiwan selama berminggu-minggu untuk menyampaikan protes terhadap undang-undang perdagangan China. Ini merupakan aktivitas anti-China terbesar dalam beberapa tahun. Di luar markas DPP, pendukung partai itu menangis karena gembira.

Dokter Mata David Chen (28), mengatakan, ia ingin Tsai menghadapi Cina. “Kami bukan bagian dari China. Saya berpikir kita harus ada sebagai dua nega­ra,” katanya kepada Reuters. “Jika hal itu mungkin bagi Tsai, saya ingin dia men­dorong kemerdekaan. Semakin banyak orang Taiwan menginginkan ini,” katanya.

Namun Tsai adidaya harus me­nyeimbangkan kepentingan China, yang juga mitra dagang terbesar Taiwan, dan Amerika Serikat dengan orang-orang dari freewheeling, rumah demokratis­nya.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================