MALANG TODAY – Pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai empat persen pertahunnya. Peningkatan ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi dan penduduk di Indonesia.

Terjadinya krisis energi, masalah lingkungan, serta maraknya arus globalisasi memaksa manusia untuk mencari dan mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber energi alternatif yang efisien, dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan.

Pemerintah sendiri menargetkan suplai listrik sebesar 100.000 MW pada 2025, dengan 23.000 MW di antaranya berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT. Hal inilah yang membuat pemerintah menargetkan pembangunan 2.000 MW listrik berbasis EBT setiap tahun.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Jumat 19 April 2024

Pengembangan energi listrik yang saat ini berkembang yaitu memanfaatkan sumber daya alam energi surya (solar cell), angin, panas, dan air. Namun pengembangan tersebut masih memiliki kekurangan yaitu dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pada rumah kaca, over heating, tergantung pada faktor cuaca dan harga yang relatif mahal.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, dua mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) berkolaborasi dengan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB) Malang, memanfaatkan limbah air Rumah Potong Hewan (RPH) untuk menghasilkan alternatif listrik yang dinamakan Slaughtering House Waste Water atau SHOWER.

BACA JUGA :  Nasi Goreng Cumi dan Telur, Masakan Simple yang Menggugah Selera Keluarga

Mereka adalah Hendra Surawijaya (FKH 2016), Elfahra Casanza Amada (FKH 2017), dan Rizhaf Setyo Hartono (FMIPA 2016) yang dibimbing dosen FKH UB Malang, Ani Setianingrum.

Kegiatan ini didanai oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC).

============================================================
============================================================
============================================================