Untitled-11SECARA head to head, perkembangan sejarah Pajajaran dan Pakuan dalam keseluruhan konteks pertumbuhan bangsa, khasnya korelasi hubungan Pajajaran dengan Sriwijaya, Majapahit, Kutai Kartanegara, dan bahkan Kerajaan Melaka, memiliki makna yang sangat dalam. Banyak hal yang dapat dipelajari. Termasuk outward looking ke kancah global (masa itu).

Bang Sem Haesy

PADA masa-masa berikutnya, Bogor (Kabupaten dan Kota) juga memainkan peran strat­egis dalam konteks ibukota negara Jakarta. Sejak ter­jadi pertukaran wilayah jajahan (Melaka dan Jaya­karta) antara Inggris dan Belanda. Demikian se­terusnya hingga era kemerdekaan Re­publik Indonesia.

Dalam konteks otonomi daerah, Pajajaran dan Pa­kuan telah lebih dahulu menun­jukkan cara yang Terutama, ketika Banten, Cirebon, Galuh, dan Sumedang Larang diberikan kewenangan otonomi untuk mengurus dirinya sendiri. Itulah contoh, tentang oto­nomi luas, nyata, dan bertanggungjawab dapat dilihat dari pelepasan kewenangan Pakuan atas wilayah-wilayah itu.

Pada era Indonesia modern, Bogor memainkan peran strategis secara politis dalam proses perubahan kekuasaan dari Bung Karno kepada Jenderal Soeharto. Dan kemudian, di era pemerintahan Jen­deral Soeharto, Bogor sebagai representa­si Jawa Barat, menjadi penentu kehidupan riil Jakarta sebagai Ibukota Negara.

BACA JUGA :  Digadang Gantikan Bima Arya, Ini Sosok Hery Antasari Pj Wali Kota Bogor

Dalam konteks penataan ruang, un­tuk menjaga keamanan dan kenyamanan ibukota negara, terjadi perubahan minda atas Bogor, dari wilayah hinterland men­jadi buffer zone. Bahkan, dalam seluruh konteks perubahan minda metropolitan­isme atas Jakarta, Bogor menjadi faktor penentu, selain Bekasi dan Tangerang.

Dilepaskannya Depok (dari wilayah Ka­bupaten Bogor) menjadi kota administratif dan kemudian kota otonom, adalah bagian dari perkembangan historis peran Bo­gor pada peralihan zaman. Di Bogor juga, persisnya Istana Bogor, tak pernah henti pergerakan pemikiran tentang Indonesia dan ke-Indonesia-an dari masa ke masa.

Bogor memainkan peran strategis dalam setiap perubahan. Di sini berbagai gagasan dasar tentang karakter bangsa, sistem ketatanegaraan, nilai-nilai kontem­porer global, dan upaya mengatasi kega­mangan menghadapi perubahan. Teruta­ma, ketika krisis nasional bersinggungan dengan gerakan perubahan (reformatif dan transformatif) yang multi interpretasi.

Pemikiran tentang upaya mengatasi kegamangan dalam menghadapi peruba­han yang berkembang dalam berbagai intellectual exercise di kawasan Bogor, menemukan berbagai analisis tajam. An­tara lain, ketika berkembang spirit kuat untuk membentuk pemerintahan sungguh demokratis (dekade 70-an) untuk meng­gantikan rezim sentralisasi. Berbagai aksi mahasiswa yang bergerak di seluruh Indo­nesia, antara lain dirumuskan di lingkun­gan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Sabtu 20 April 2024

Di Bogor juga berkembang pemiki­ran awal tentang cara menyikapi peruba­han sistem pemerintahan daerah, sebagai solusi mengatasi ketidak-puasan berbagai daerah yang sumberdaya alamnya diek­sploitasi besar-besaran, tapi hanya mem­peroleh bagian kecil sesuai sistem perim­bangan keuangan pusat – daerah.

Selain di Depok, Bandung, Yogyakarta, Makassar, dan Medan, di Bogor inilah ber­langsung kajian intens, terkait pemikiran yang secara diametral menghadapkan sistem pemerintahan dengan realitas ke­senjangan antar wilayah, yang berdampak kesenjangan ekonomi interregional.

Dalam berbagai sesi kajian perubahan bangsa yang saya diikuti di wilayah Bogor, jauh sebelum gerakan reformasi berlang­sung 1998, kearifan lokal Bogor (Pakuan) mencuat idiom sikap menghadapi pe­rubahan: ulah unggut ka linduan, ulah geudag ka anginan. (*)

============================================================
============================================================
============================================================