JAKARTA, TODAY — Nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terÂhadap rupiah yang sudah menyentuh angka Rp 14.000, diÂanggap sudah terlalu tinggi. “Sebenarnya real effective exÂchange harusnya di Rp 13.000, sekarang sudah ketinggian, ini cuma masalah emoÂsional saja,†kata DiÂrektur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin di acara disÂkusi di Jakarta, Senin (7/9/2015).
Melonjaknya USD, kata dia, karena terlalu banyak berita negatif yang beredar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Semakin banyak kabar negatif, maka rupiah akan semaÂkin terpuruk. “Karena banyak berita buruk, orang jadi pada beli dolar, haÂrusnya kan Rp 13.000. Ini efek emosional saja, efek psikologis saja. Dari dalam (negeri) beritanÂya jelek-jelek, dari luar (negeri) juga,†kata Budi.
Budi pun berharap media massa di tanah air tidak berÂlebihan memberitakan pelemaÂhan rupiah. Ia khawatir USD bisa tembus Rp 15.000 jika terus diÂhajar kabar buruk. “Kalau diberiÂtakan jelek terus rupiah tembus juga ke Rp 15.000. Efek psikoloÂgis dan emosi. Pelaku pasar kan juga manusia,†ujarnya.
Nilai tukar USD masih cenÂderung menguat terhadap ruÂpiah. Senin pagi kemarin sudah menembus Rp 14.300. Seperti dikutip dari data perdagangan Reuters, Senin (7/9/2015), USD dibuka menguat di posisi Rp 14.150 dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu di Rp 14.149.
Tak lama setelah pembukaan perdagangan, USD naik hingga ke titik tertingginya di Rp 14.310. Namun tak lama USD bisa sedikit menjinak dan bergerak di kisaÂran Rp 14.230 menjelang siang.
Penguatan USD ini masih diÂdorong oleh rencana The FederÂal Reserve (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga dan kekhaÂwatiran melambatnya perekonoÂmian global.
Sepanjang 2015 ini, rupiah sudah melemah hingga lebih dari 12%.
Posisi nilai tukar rupiah terÂhadap USD terus tertekan hingga level Rp 14.300. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencoba melakukan uji ketahanan atau stress test rupiah di level tertenÂtu. Hasilnya, dolar AS di level Rp 17.500, BNI masih aman.
“Asumsi Rp 17.500, inflasi di atas 10%, pertumbuhan ekoÂnomi 3%, ini saling mengaitkan, BNI masih oke,†kata Direktur Bisnis Banking 2 BNI Sutanto saat ditemui di Gedung BNI 46, Jakarta.
Meskipun begitu, Sutanto menyebutkan, posisi permodaÂlan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) bank berkode BBNI itu maÂsih terjaga di level 14-15%, namun yang akan terdampak adalah keuntungan atau laba. “CAR maÂsih di atas, masih oke, walaupun tergerus labanya, CAR 14-15%,†ujar dia.
(Alfian Mujani|net)