JAKARTA, Today – Bank InÂdonesia mencatat sampai denÂgan Mei 2015, posisi utang luar negeri perbankan di Indonesia naik 12,34% menjadi US$ 28,3 miliar. Sebagian besar kenaiÂkan utang luar negeri perbanÂkan disumbangkan oleh bank swasta asing sebesar 30,19% menjadi US$ 3,4 miliar.
Deputi Gubernur Bank IndoÂnesia, Erwin Riyanto mengataÂkan, sebagian utang swasta itu sudah di hedging untuk menÂjaga makroprudensial perbanÂkan. Berdasarkan aturan Bank Indonesia, bank juga harus meÂnyediakan valas untuk menjaga kualitas hutang tersebut.
“Jadi perbankan sebenarnya sudah mengalokasikan 20% hutang jatuh tempo sudah disiapkan, jadi ke depan bank tidak perlu lagi kalau jatuh temÂpo buruh buru cari,†ujarnya, Rabu, (22/07/2015).
Data BI juga menunjukkan per Mei 2015, kenaikan hutang luar negeri tertinggi ketiga ditempati oleh Bank Swasta Nasional yaitu 10,12% menjadi US$ 15,3 miliar. Kenaikan huÂtang luar negeri perbankan terendah per Mei 2015 tercatat adalah Bank BUMN sebesar 5,04% menjadi US$ 4,16 miliar.
Dilihat dari nominal, utang luar negeri perbankan terbesar per Mei 2015 berasal dari utang luar negeri bank swasta nasionÂal sebesar US$ 15,3 miliar atau sebesar 48% dari keseluruhan hutang luar negeri perbankan per Mei 2015. Kedua hutang luar negeri bank swasta camÂpuran yaitu US$ 8,7 milar atau sebesar 27,6% dari keseluruhan hutang perbankan.
Ketiga adalah hutang luar negeri bank BUMN yaitu sebeÂsar US$ 4,1 miliar atau 13,09% dari keseluruhan hutang luar negeri perbankan. Keempat adalah hutang luar negeri bank swasta asing yaitu US$ 3,4 milÂiar atau sebesar 10,9% dari kesÂeluruhan hutang luar negeri perbankan.
Jika dilihat dari jangka wakÂtu, mayoritas hutang luar negÂeri perbankan adalah memiliki jangka waktu maksimal satu tahun yaitu sebesar 66,5% dari total hutang luar negeri perÂbankan atau US$ 19,6 miliar. Sedangkan untuk hutang luar negeri perbankan yang memiÂliki jangka waktu minimal 1 taÂhun adalah sebesar 33,5% dari total keseluruhun hutang atau sebesar US$ 12,1 miliar.
(Adil | net)