“Jadi penyakit ini tidak bisa dideteksi pada saat pertama kali pasien ke dokter. Dokter butuh rekam medis cukup panjang, wawancara mendalam mengenai riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, termasuk melakukan berbagai tes laboratorium sebelum memastikan penyakit lupusâ€
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Lupus (autoimun) adalah penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru sehingga mulai menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi akibat lupus dapat menyerang berÂbagai bagian tubuh, seperti kulit, sendi, sel darah, paru-paru dan jantung.
Parahnya, penyakit ini sulit terdeteksi. Banyak pasien yang bolak balik ke dokter kareÂna penyakit tak kunjung sembuh. Bertahun-taÂhun kemudian baru terÂdiagnosis ia mengidap lupus. H a l lain yang memperÂsul i t diagnosis lupus adalah gejala yang tidak khas, mirip penyakit lain, tergantung bagian tubuh yang diserang. Anehnya, tidak ada kasus lupus yang serupa. Itu karena bagian tubuh yang diserang berbeda. Kalaupun sama, gejala bisa lain. Tambah lagi, gejala berkembang perlaÂhan. Bisa sementara atau permanen.
Gejalanya kerap mirip dengan penyakit lain sehingga sulit untuk didiagnosis. Gejala lupus sangat beragam. Ada yang ringan dan ada yang bahkan mengancam jiwa. Penyakit ini memang tidak menular, tapi bisa berbahaÂya dan bahkan berpotensi mematikan. Gejala umumnya adalah ruam kulit, kelelahan, sakit dan pembengkakan pada sendi.
Penyakit autoimun adalah istilah yang diÂgunakan saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiÂri. Penyebab kondisi autoimun pada lupus beÂlum diketahui. Sistem kekebalan tubuh pendÂerita lupus akan menyerang sel, jaringan, dan organ yang sehat.
Ada juga yang menganggap pemicu dan penyebab munculnya penyakit lupus pada beberapa orang adalah karena penÂgaruh faktor genetika dan lingkungan.
Penderita lupus di dunia dipercaya mencapai lima juta jiwa. Penyakit ini kebanyakan menyerang wanita pada usia 15-50 tahun (usia masa produktif ). TetaÂpi tidak menutup kemungkinan bahwa luÂpus juga dapat menyerang anak-anak dan pria.
Menurut data dari Yayasan Lupus IndoneÂsia (YLI), jumlah penderita lupus di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 12.700 jiwa. JumÂlah ini kemudian meningkat menjadi 13.300 jiwa pada tahun 2013.
“Sebetulnya lupus ini adalah penyakit yang diturunkan lewat genetik, ada sekian persen yang diturunkan oleh orangtua, ada juga beberapa persen terkena akibat mutasi genetik atau perubahan-perubahan sel proÂtein dalam tubuh. Perubahan bisa terjadi karena zat racun atau paparan radiasi,†urai Dokter Umum Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) UMMI, Maya Dewiyanti, Mkes.
Meski begitu, sambung Maya, penyakit lupus sama sekali bukan penyakit menular. Jadi berada di dekat pasien lupus, tinggal serumah, atau bersentuhan, tidak akan meÂnyebabkan penularan. Jadi jangan khawatir berdekatan dengan penyandang lupus.
“Hal tersebut disebabkan karena penyaÂkit lupus bukanlah penyakit yang disebabkan oleh kuman atau virus melainkan autoimun dan faktor genetika, sehingga penyakit lupus tidak akan menular melalui hubungan kelaÂmin seperti halnya penyakit AIDS atau penyaÂkit kelamin lainnya,†tambahnya.
Gejala pada sebagian orang dengan lupus (odapus) bisa ringan, dan pada odapus lain sangat berat hingga membahayakan nyawa. Itu sebabnya lupus dikenal juga sebagai peÂnyakit seribu wajah atau si peniru ulung.
“Jadi penyakit ini tidak bisa dideteksi pada saat pertama kali pasien ke dokter. Dokter butuh rekam medis cukup panjang, wawanÂcara mendalam mengenai riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, termasuk melakukan berbagai tes laboratorium sebelum memastiÂkan penyakit lupus,†ujarnya.
Gejala yang sering dijumpai pada odapus adalah sakit pada sendi, sendi bengkak, lelah berkepanjangan, ruam kulit yang tidak kunjung hilang, sensitif pada sinar matahari, jari jadi puÂtih atau biru ketika kedinginan, sariawan talk kunjung sembuh, dan kadar trombosit rendah
Sementara itu, menurut Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, pemerhati masalah lupus dari FKUI memaparkan jika lupus yakni penyakit menyerang sistem kekebalan sampai rusak, lalu berbalik menyerang tubuh sendiri. Normalnya sistem kekebalan akan melindungi tubuh dari sera ngan virus, bakteri, dan benda berbahaya lain. Pada penderita lupus, sistem kekebalan tubuh ini justru menyerang balik si empunya karena kehilangan kemampuan unÂtuk melihat perbedaan antara zat asing yang berbahaya bagi tubuh dan sel tubuh sendiri.
“Sistem kekebalan tubuh sudah tidak bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. Ibarat ditembak pistol yang kita pegang sendÂiri,†ujar Prof. Dr. Zubairi.