JAKARTA, Today – Rencana divestasi saham anak usaha PT First Media Tbk (KBLV), yakni PT Link Net Tbk (LINK) terus bergulir. Lippo Grup dikabarÂkan menawarkan harga cukup premium terhadap penjuaÂlan saham LINK. Harga tinggi inilah yang membuat proses penjualan berjalan alot.
Lippo membuka harga penjualan sebesar 1 miliar dolÂlar AS atau mencapai Rp 13,1 triliun. Saat ini, Link Net tenÂgah mencari beberapa investor strategis yang berminat untuk mengakuisisi sahamnya.
Salah satu perusahaan yang dibidik adalah MNC Grup. Sampai saat ini, pihak penjual dan calon pembeli masih melÂakukan negosiasi harga. Meski menjajaki beberapa investor strategis, MNC digadang-gaÂdang menjadi calon pembeli terkuat karena punya dana kas yang besar. Namun, samÂpai saat ini belum terjadi kesÂepakatan harga dengan MNC.
Untuk memuluskan aksi korporasi itu, Lippo Grup suÂdah menunjuk Credit Suisse dan Citi Grup sebagai advisor. “MNC memiliki dana kas yang sangat besar. Sehingga, dengan harga yang sangat premium, MNC menjadi tidak ada sainÂgannya. Namun harganya terÂlalu tinggi. Mereka juga masih coba negosiasi,†ujar sumber Kontan, pekan lalu.
Manajemen LINK dan pihak Lippo Grup sendiri masih engÂgan menanggapi penjualan saham ini. Namun, Hary TaÂnoesoedibjo, CEO MNC Grup mengakui ada penawaran tersebut. Namun, ia masih berÂpikir ulang karena harga yang ditawarkan Lippo terlalu tingÂgi. “Akuisisi itu, kita harus lihat harganya bagaimana. Kalau cocok, jalan,†ujar Hary belum lama ini.
Hary tertarik menguasai Link Net karena ingin memÂperbesar bisnis broadband yang menjadi bisnis baru MNC Grup. Jika berhasil mengakuiÂsisi Link Net, MNC Grup akan melakukan sinergi dengan televisi berbayar (pay TV) miÂliknya. “Kami tidak hanya ingin mengembangkan pay TV saja, tetapi juga pay TV yang ada inÂternetnya,†ujarnya.
Dengan begitu, MNC bisa makin mendominasi pangsa pasar di bisnis tersebut. Saat ini, saham LINK dikendalikan oleh KBLV yang menggenggam 33,8 persen saham LINK. Pada November 2014 lalu, KBLV dan CVC melakukan divestasi atas 11 persen saham LINK dan merÂaup dana segar Rp 4,2 triliun.
KBLV yang saat itu memiÂliki 41 persen saham LINK meÂlepas 226,67 juta saham atau 7,45 persen saham di harga Rp 6.000 per saham. KBLV meÂlepas saham tersebut kepada tiga bank, yakni Credit Suisse (Singapore) Limited, GoldÂman Sachs International, dan CIMB Bank Berhad Cabang Labuan Offshore. Ketiganya menjual kembali saham itu kepada investor institusi inteÂnasional.
Dus, dari aksi korporasi itu, KBLV resmi mengantongi dana sebesar Rp 1,36 triliun. Dana itu digunakan KBLV untuk ekÂspansi fiber optik dan bayar utang. Sementara pemegang saham Link Net lainnya, CVC Capital Partners Ltd yang meÂlepas 473,13 juta saham atau sekitar 15,55 persen saham di harga yang sama. Dengan beÂgitu, CVC mereguk dana hingga Rp 2,83 triliun.
Saat ini, total kapitalisasi pasar Link Net di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya Rp 16,88 triliun. Namun memang, kiÂnerjanya sudah bertumbuh beberapa kali lipat. Tahun ini, Link Net menargetkan pendaÂpatan bisa naik mencapai Rp 2,73 triliun. Nilai ini tumbuh 28 persen dari raihan 2014 yang mencapai Rp 2,13 triliun.
Dengan target tersebut, artinya pendapatan pada kuartal I-2015 yang mencapai Rp 599,94 miliar baru menÂcapai 21,98 persen dari target pendapatannya. Sementara, untuk laba bersih tahun ini diharapkan bisa tetap tumÂbuh 25 persen-28 persen dari tahun lalu.
Lippo Grup berniat mendiÂvestasi Link Net lantaran ingin berfokus pada bisnis utamanya di bidang properti. Setelah tumbuh lebih dari empat kali lipat, Lippo merasa sudah saatnya melepas anak usahÂanya tersebut. Penjualan itu juga dikabarkan didukung oleh pemegang saham Link Net lainÂnya, CVC Capital Partners Ltd.
(Adil | net)