NEGERI ini sejatinya sedang mengalami tekanan ekonomi yang sangat hebat. Lihatlah nilai tukar rupiah terhadap dolÂlar Amerika (USD) terus melemah. RuÂpiah ditutup pada level Rp 13.326 per USD. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga turun seÂcara signifikan menyusul dihapusnya subsidi BBM oleh pemerintah.
Beberapa sektor bisnis yang semula diprediksi akan booming seperti properti, kini justru terpuruk. Pada pertengahan 2015 ini, penjualan properti turun hingga 50 persen. Begitu juga industri manufaktur banyak yang sudah megap-megap. Bahkan industri kulit yang menjadi salah satu penyumbang devisa, banyak yang tutup. Bank juga mulai terimbas yakni kian meningkatnya jumlah kredit bermasalah (NPL), sementara likuidiÂtas kian menumpuk.
Yang mencemaskan, dampak dari kian melambatnya pertumbuhan ekonomi adalah ledakan angka pengangguran terdidik, meroÂsotnya daya beli masyarakat, dan mulai tersenÂdatnya roda ekonomi rakyat. Jika kondisi ini berlarut, maka rakyat akan sengsara.