Bagaimana rasanya lulus kuliah dengan nilai mutu akademik “A†semua? Ya, itulah yang dialami Parara Wendy Indarjo, mahasiswa bidikmisi IPB berprestasi yang berkesemÂpatan merasakannya. Parara merupakan maÂhasiswa pada jurusan Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Oleh :Â (Yuska Apitya Aji)
 DENGAN segala keterbatasan yang ada, ia berangkat dari Sampit, Kalimantan Tengah, ke Bogor dengan mengandalkan beasiswa bidikmisi. “Ayah saya bekerja sebagai petugas yang membersihkan semak belukar, menyadap getah karet di InhuÂtani, “ tandasnya.
Penghasilan orang tua seÂbagai pekerja rendahan tak menghalangi anak kedua dari 3 bersaudara ini lulus 4 buÂlan lebih awal dan meraih gelar cum laude dengan IPK sempurna 4,00. Sebanyak 53 mata kuliah yang diikuÂtinya semuanya memberiÂkan hasil yang memuaskan, semua nilainya A.
Selama kuliah di IPB, berbagai prestasi berhasil diraih oleh putera Sampit ini, sebut saja penghargaan sebagai ketua Klub Asrama TPB IPB Terbaik, mahaÂsiswa Berprestasi Asrama TPB IPB, Juara 1 Gumatika Calculus Cup, Juara 2 LomÂba Debat “Nasionalisme†Fateta se-IPB tahun 2012, Juara II Kompetisi StatisÂtika Dasar Statistika Ria tahun 2013, serta pada tahun 2014 Parara berhasil meraih prestasi sebaÂgai Mahasiswa Berprestasi DeparteÂmen Matematika IPB, Juara 2 Danone Young Socio Entrepreneur dan Juara 2 Kompetisi Essay Nasional Statistika Ria.
Dengan berbagai pencapaian prÂestasi tersebut, bukan berarti ia raih tanpa rintangan dan kegagalan. KeterÂbatasan ekonomi mengharuskannya untuk lebih pintar mencari penghasiÂlan tambahan.
Dengan menjadi pengajar priÂvat mata pelajaran Matematika bagi mahasiswa di Tingkat Persiapan BerÂsama (TPB) IPB, Parara mendapatÂkan tambahan pemasukan.
Dengan menjadi pengajar privat, Parara bisa mendapatkan Rp2,5 juta setiap semester. “Menikmati hasil jerih payah sendiri rasanya lebih nikÂmat bagi saya,†jelas Parara.
Berbagai kegagalan pun tak segan menghampirinya. “MemeÂnangi Lomba Essay Nasional StatistiÂka Ria 2014 menjadi momen “pecah telur†bagi saya dalam mengikuti lomba essay. Sejak tahun pertama saya kuliah pada tahun 2011, sudah berulang kali mencoba ikut kompetiÂsi essay, namun terus saja gagal. NaÂmun akhirnya bisa memenanginya!â€, ujar Parara bangga.
“Terlebih, lomba tersebut sejatÂinya adalah lomba dalam ranah keilÂmuan statistika yang bukan nature saya. Alhamdulillah, dari momen tersebut, saya rasakan betul kebeÂnaran pepatah “gagal adalah kesÂuksesan yang tertunda,†tambah Parara.
Selama kuliah Parara juga merÂupakan mahasiswa yang aktif. Mulai menjadi ketua klub asrama, bergaÂbung dengan himpunan mahasiswa jurusan, hingga menjadi aktivis lemÂbaga dakwah kampus pernah dilaÂlui juara olimpiade matematika SMP dan SMA ini.
Adik kelas di IPB Tingkat Persiapan Bersama yang mendapat matakuliah pengantar matematika atau kalkulus pasti pernah mendapatkan bimbingan koordinator tutor sebaya klub asrama ini.
Berbekal doa dari kedua orangÂtuanya, Parara kini berharap dapat melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Ditanya soal tips dan trik, PaÂrara tak sungkan membagikan motiÂvasinya,
“Sebenarnya sederhana saja, temukan alasan, temukan motivasi. Dengan menemukan alasan, saya perÂcaya kita sudah nyaris sampai pada prestasi, hanya masalah waktu saja. Sebab, dengan memiliki alasan, kita secara reflek akan melakukan usaha-usaha, pengorbanan-pengorbanan untuk mewujudkan apa yang telah kita tekadkanâ€, jelas Parara yang berÂmimpi menjadi birokrat dari kalangan profesional ini.