Melemahnya pasar dan penjualan dalam dua tahun terakhir bukan pertanda sektor bisnis properti dalam kondisi krisis, karena tidak semua segmen merasakan hal yang sama. Tren kenaikan justru terjadi pada segmen menengah dan menengah-bawah.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Lembaga pemerhati properti Indonesia Property Watch (IPW) menilai perlamÂbatan yang terjadi merupakan fase alami sebuah siklus pasar p r o p e r t i . Daya beli konsumen yang menÂinggi pada p e r i o d e 2009 hingga 2013 memberi tekanan tersendiÂri dengan semakin jenuhnya pasar, khususnya di segmen atas.
Direktur Eksekutif IPW, Ali Tranghanda, berpendapat tren siklus pasar properti justru seÂdang memasuki sebuah fase baru. Sepanjang 2014 pasar properti tertekan dengan penÂurunan penjualan sampai 72% dibandingkan 2013. Namun, pada kuartal I/2015, penjualan justru terkerek naik sebesar 12%, khususnya terjadi di segmen menengah.
“Penurunan tajam terjadi di segmen atas hampir di seÂmua jenis properti sepÂerti apartemen dan rumah tapak dengan kisaÂran harga di atas Rp1,5 miliar,†tuÂturnya.
BerdasarÂkan analisis IPW total penjualan resÂidensial sekitar Rp2,5 triliun di wilayah Jakarta, BoÂgor, Depok, Bekasi, Banten pada kuartal I/2015 kompoÂsisinya hanya 15% untuk segÂmen atas. Perbandingan ini menurun drastis dari kuartal IV/2014 sebesar 45% atau menjadi hanya sepertiÂganya.
Pada peÂr i o d e yang sama, kenaikan kompoÂsisi penjualan justru terjadi di segmen menengah dengan kisaran harga Rp500 juta – 1,5 miliar yang terkerek dari 30% menjadi 45%. Begitu pula segÂmen menengah bawah dalam kisaran harga di bawah Rp500 juta yang naik dari 25% di kuartal IV/2014 menjadi 40% pada kuartal I/2015.
Ali berpendapat pergeseran tren ke segmen menengah dan menengah bawah terjadi lebih dikarenakan kejenuhan di segÂmen atas, dimana mayoritas konsumen ialah investor.
“Kalau kita lihat pasar properti pengemÂbang tidak bisa meÂmakÂsakan kehendak untuk berÂmain di atas, karena pasar secara alamiah berada di menengah. Kemudian secara kebijakan sebetulnya strategi perumahan nasional bergeÂsernya atau digiring ke menenÂgah. Pasalnya, pajak barang mewah diperketat, sehingga semua bergeser ke menenÂgah,†terangnya. (BIS)