Untitled-12Masjid ini bernama Sancaklar. Berada di dekat Istanbul, rumah ibadah umat Islam ini dibangun oleh Emre Arolat Architects. Menampilkan cor dinding beton, membuat masjid ini gua lantaran terletak di bawah tanah. Arolat menggunakan kombinasi batu abu-abu terang dan beton bertulang untuk membangun Masjid Sancaklar, yang diatur ke dalam plaza dan terdiri dari teras bertingkat.

Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]

Struktur seluas 700 me­ter persegi ini terletak di Buyukcekmece, di pinggiran Istanbul dan terpisahkan dari lingkungan masyarakat sekitar. Tujuan­nya, agar masjid ini terjaga keamanannya dari jalan raya yang sibuk.

Struktur tanpa ornamen ini diatur ke dalam lekukan pada lanskap, dengan hanya su­sunan atap batu dan menara tinggi yang terlihat dari titik-titik tertentu di sekelilingnya.

“Masjid Sancaklar diban­gun dengan tujuan untuk mengatasi masalah mendasar dalam merancang masjid den­gan berdasarkan bentuk dan berfokus hanya pada esensi ruang ibadah,” kata arsitek.

Di luar masjid, potongan-potongan batu ditempatkan di medan miring sehingga membuat barisan panjang se­bagai setapak yang mengarah ke gedung cekung. Rumput merumbai tumbuh di sekitar batu dan membantu mengin­tegrasikan antara pagar dan setapak menjadi satu lanskap yang indah.

Kombinasi partisi beton, dinding batu dan pagar tinggi melindungi area kebun di tingkatan yang lebih rendah. Di area kebun ini juga terda­pat batu loncatan yang meng­giring pengunjung melewati kolam air dangkal menuju ke pintu masuk.

“Bangunan menyatu sepe­nuhnya dengan topografi dan dunia luar sebagai salah satu bidang yang bergerak mela­lui lanskap, menuruni bukit dan melewati di antara dind­ing untu memasuki masjid. Proyek ini mengintegrasikan buatan manusia dan alam,” kata Arolat.

Terlihat kontras antara tangga batu alam yang mengi­kuti kemiringan alami dari lanskap dan pelat beton ber­tulang tipis. Struktur ini men­cakup lebih dari enam meter untuk membentuk kanopi.

Sebuah ruang shalat dari be­ton berlapis besar membentuk pusat bangunan, sementara ruang tambahannya termasuk foyer, ruang sepatu penyim­panan dan tempat wudhu, disu­sun sekitar ruang shalat.

Jamaah pria dan wanita sendiri dipisahkan oleh layar hitam di ruang shalat. Layar hitam ini dibuat berlubang untuk memberikan privasi na­mun memungkinkan jemaah untuk mempertahankan kon­tak mata dengan mimbar.

Ruang shalat utama memi­liki fitur lantai dan langit-lan­git beton berjenjang. Penca­hayaan diatur di bawah lantai dan juga di celah langit-langit yang secara lembut menerangi ruang.

“Interior masjid dibuat sep­erti di dalam gua. Tempat ini dramatis dan menakjubkan untuk berdoa dan mendekat­kan diri dengan Tuhan,” tam­bah Arolat.

Sebuah setapak berundak dengan profil bulat mencipta­kan podium untuk khatib di depan pintu. Sebuah tangga di balik pintu mengarah ke me­nara tinggi membujur, struk­tur dekoratif yang biasanya digunakan untuk menguman­dangkan azan.

Mimbar lainnya ada pada dinding hitam berdampingan, yang memisahkan kamar man­di di ruang utama dengan frame ruang untuk pengkhotbah.

Masjid Sancaklar, yang se­lesai pada tahun 2012 ini me­menangkan bangunan ibadah terbaik pada Festival Arsitek­tur Dunia 2013. Masjid ini juga telah dinominasikan pada De­sain of the Year, penghargaan tahunan yang digelar oleh Mu­seum Desain di London.

(KPS)

============================================================
============================================================
============================================================