Masjid ini bernama Sancaklar. Berada di dekat Istanbul, rumah ibadah umat Islam ini dibangun oleh Emre Arolat Architects. Menampilkan cor dinding beton, membuat masjid ini gua lantaran terletak di bawah tanah. Arolat menggunakan kombinasi batu abu-abu terang dan beton bertulang untuk membangun Masjid Sancaklar, yang diatur ke dalam plaza dan terdiri dari teras bertingkat.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Struktur seluas 700 meÂter persegi ini terletak di Buyukcekmece, di pinggiran Istanbul dan terpisahkan dari lingkungan masyarakat sekitar. TujuanÂnya, agar masjid ini terjaga keamanannya dari jalan raya yang sibuk.
Struktur tanpa ornamen ini diatur ke dalam lekukan pada lanskap, dengan hanya suÂsunan atap batu dan menara tinggi yang terlihat dari titik-titik tertentu di sekelilingnya.
“Masjid Sancaklar dibanÂgun dengan tujuan untuk mengatasi masalah mendasar dalam merancang masjid denÂgan berdasarkan bentuk dan berfokus hanya pada esensi ruang ibadah,†kata arsitek.
Di luar masjid, potongan-potongan batu ditempatkan di medan miring sehingga membuat barisan panjang seÂbagai setapak yang mengarah ke gedung cekung. Rumput merumbai tumbuh di sekitar batu dan membantu menginÂtegrasikan antara pagar dan setapak menjadi satu lanskap yang indah.
Kombinasi partisi beton, dinding batu dan pagar tinggi melindungi area kebun di tingkatan yang lebih rendah. Di area kebun ini juga terdaÂpat batu loncatan yang mengÂgiring pengunjung melewati kolam air dangkal menuju ke pintu masuk.
“Bangunan menyatu sepeÂnuhnya dengan topografi dan dunia luar sebagai salah satu bidang yang bergerak melaÂlui lanskap, menuruni bukit dan melewati di antara dindÂing untu memasuki masjid. Proyek ini mengintegrasikan buatan manusia dan alam,†kata Arolat.
Terlihat kontras antara tangga batu alam yang mengiÂkuti kemiringan alami dari lanskap dan pelat beton berÂtulang tipis. Struktur ini menÂcakup lebih dari enam meter untuk membentuk kanopi.
Sebuah ruang shalat dari beÂton berlapis besar membentuk pusat bangunan, sementara ruang tambahannya termasuk foyer, ruang sepatu penyimÂpanan dan tempat wudhu, disuÂsun sekitar ruang shalat.
Jamaah pria dan wanita sendiri dipisahkan oleh layar hitam di ruang shalat. Layar hitam ini dibuat berlubang untuk memberikan privasi naÂmun memungkinkan jemaah untuk mempertahankan konÂtak mata dengan mimbar.
Ruang shalat utama memiÂliki fitur lantai dan langit-lanÂgit beton berjenjang. PencaÂhayaan diatur di bawah lantai dan juga di celah langit-langit yang secara lembut menerangi ruang.
“Interior masjid dibuat sepÂerti di dalam gua. Tempat ini dramatis dan menakjubkan untuk berdoa dan mendekatÂkan diri dengan Tuhan,†tamÂbah Arolat.
Sebuah setapak berundak dengan profil bulat menciptaÂkan podium untuk khatib di depan pintu. Sebuah tangga di balik pintu mengarah ke meÂnara tinggi membujur, strukÂtur dekoratif yang biasanya digunakan untuk mengumanÂdangkan azan.
Mimbar lainnya ada pada dinding hitam berdampingan, yang memisahkan kamar manÂdi di ruang utama dengan frame ruang untuk pengkhotbah.
Masjid Sancaklar, yang seÂlesai pada tahun 2012 ini meÂmenangkan bangunan ibadah terbaik pada Festival ArsitekÂtur Dunia 2013. Masjid ini juga telah dinominasikan pada DeÂsain of the Year, penghargaan tahunan yang digelar oleh MuÂseum Desain di London.
(KPS)