JAKARTA, TODAY — Sinyal reÂshuffle kabinet semakin kuat. Presiden Joko Widodo dikabarkan akan mengumumkan reÂshuffle dalam waktu dekat. Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri juga terus melakukan konsoliÂdasi internal untuk mengawal reshuffle. Kabarnya Mega sedang mempersiapkan sejumlah nama \menjadi calon menteri dari PDIP yang akan diusulkan ke Jokowi. “Setiap hari kumpul di rumah Ibu,†kata seorang politikus PDIP, Kamis (25/6/2015).
Salah satu nama calon menteri yang bakal diusulkan ke Jokowi adalah eks Wakil Ketua DPR Pramono Anung. Ada juga beberÂapa opsi lain yang sedang disiapkan Mega. “Nama-namanya di tangan Ibu,†katanya.
Megawati ternyata memang terus meÂmantau kinerja menteri pembantu PresÂiden Jokowi. Mega memantau setiap produk pemerintahan yang tidak sesuai dengan Nawacita. “Yang penting diawasi Bu Mega itu produk kekuasaan ini memberikan maslahat bagi rakyat tidak, dilaksanakan sesuai Nawacita nggak,†ucap politikus PDIP Aria Bima di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (25/5/2015). “Ibu marah itu kalau ideologi nggak dijaga,†tegasnya.
Namun, ditegaskan Aria Bima, tidak akan ada yang menekan Jokowi. Kalaupun ada usulan evaluasi itu dianggap hal yang wajar. “Yang nggak boleh itu menekan Presiden. Kalau mengusulkan, mengevaluÂasi itu biasa,†ujarnya.
Kabarnya reshuffle kabinet akan diuÂmumkan Presiden Jokowi H-7 sebelum Lebaran. Isu kocok ulang menteri dalam Kabinet Kerja menguat. Fungsionaris PDIP kini menyatakan politisi senior parÂtainya, Pramono Anung, cocok menjadi menteri. “Saya pikir Pak Pramono Anung mempunyai kualifikasi yang cukup sebagai menteri. Jadi Sekretaris Kabinet bisa, jadi Sekretaris Negara bisa, jadi Menteri ESDM bisa,†kata Sekretaris Fraksi PDIP DPR Bambang Wuryanto saat dihubungi, Kamis (25/6/2015).
Menurut Bambang, Pramono punya syarat objektif yang cukup untuk menjadi menÂteri. Pramono pernah menjadi Pimpinan DPR, pernah menjabat Sekjen PDIP, dan bergelar dokÂtor.
Desas-desus termuÂtakhir menyebut PramoÂno bakal jadi menteri leÂwat reshuffle yang akan dilakukan. Bambang melihat desas-desus semacam itu sudah tak asing lagi, bahkan sudah ada sejak awal pemerÂintahan Jokowi hendak dibentuk. Untuk kebenaran pastinya, yang jelas Fraksi PDIP belum menerima inforÂmasi bahwa ada anggotanya (Pramono) bakal menjadi menteri. “Sebagai Ketua Fraksi, saya belum menerima informasi itu. Tapi informasi seperti itu biasanya beÂlakangan diterima Fraksi,†kata Bambang.
Sebelumnya, Wakil Sekjen PDIP Ahmad Basarah menilai PDIP seharusnya mendapat tambahan lima kursi menteri. Jumlah itu didapat berdasarkan proporsi perolehan Pemilu 2014. Namun sejumlah Fungsionaris PDIP menyatakan MegaÂwati tak berhitung demikiÂan. “Yang dikatakan Pak Baskara (Ahmad Basarah) itu kan wacana. Tapi kalau Ibu Ketum apa pernah hiÂtung-hitungan pakai kalkuÂlator?†kata Bambang.
Menurut Bambang, Megawati tak berhitung semata-mata layaknya menggunakan kalkulator, namun Megawati mengÂgunakan pertimbangan yang lebih luas ketimbang kalkulasi belaka. “Yang beliau inginkan adalah Indonesia Raya. UkuranÂnya bukan jumlah, tapi bagaimana Indonesia menjadi sesuai dengan cita-cita founding father, membangun jiwa dan badan untuk Indonesia,†ujar Bambang.
Seperti Basarah, Bambang memÂbandingkan antara Partai NasDem yang memperoleh 36 kursi di DPR dengan PDIP mendapat 109 kursi. Namun untuk jumlah menteri, PDIP dan NasDem sama-sama mendapat empat kursi menteri saja. Mestinya, PDIP mendapat tiga kali lipat jumlah kursi menteri dari yang didapat NasDem, yakni 12 kursi. Namun itu hanya sebatas kalkulasi saja. “Dalam konteks ini, kita serahkan pada kewenangan Presiden Jokowi,†kata dia.
Kabar bakal adanya percepatan reshufÂfle ini diendus partai pengusung Jokowi-JK. Kemarin petang, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin IsÂkandar menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Tim Komunikasi Presiden mengatakan, tidak ada pembiÂcaraan mengenai perombakan kabinet dalam pertemuan itu.
“Belum ada pembicaraan soal reshufÂfle,†ujar Tim Komunikasi Presiden, Teten Masduki saat ditemui wartawan di KomÂpleks Istana Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (25/6/2015).
Teten mengatakan, kedatangan MuhaiÂmin bukan karena dipanggil Presiden, meÂlainkan memang ada agenda pertemuan. Teten juga menegaskan, hanya PKB yang hadir dalam pertemuan itu, tidak ada parÂpol lain. “Bukan dipanggil, tetapi Presiden memang ingin bertemu dengan mereka. Dan saya tidak ikut dalam pertemuan itu,†ujar Teten. “Enggak ada yang lain, PKB saja. Saya tidak ikut soalnya,†tambah Teten.
(Yuska Apitya Aji)