JAKARTA,Today – FIFA akhÂirnya menjatuhkan sanksi keÂpada sepak bola Indonesia. Federasi sepak bola dunia yang kembali dipimpin Sepp Blatter itu, memberikan sanksi sampai batas waktu yang tak ditentuÂkan.
Wakil Ketua Umum PSSI Hinca Pandjaitan menegaskan bahwa kepastian itu sudah diutarakan oleh bagian admiÂnistratif Executive Committee (Exco) FIFA.
Persoalan sanksi bagi IndoÂnesia juga sudah masuk dalam bahasan rapat eksekutif komite yang sedang berlangsung samÂpai berita ini diturunkan.
“Sangat menyedihkan bagi kami yang ada di Swiss. FIFA sudah memastikan bahwa kita akan disanksi FIFA sampai waktu yang tidak ditentukan,†kata Hinca Pandjaitan seperti dilansir media officer PSSI, Sabtu (30/5) sore.
Menurut Hinca, Sanksi baru akan dicabut apabila pemerinÂtah Indonesia tak lagi melakuÂkan intervensi.
FIFA telah memutuskan unÂtuk mensuspensi Indonesia. Hal itu ditegaskan mereka meÂlalui surat resmi. Dalam surat itu pula, FIFA menjabarkan imÂbas dari sanksi tersebut yang harus diterima Indonesia. Di antaranya, PSSI kehilangan keÂanggotaannya di FIFA.
Kemudian, tim nasional InÂdonesia dan semua tim (klub) asal Indonesia tidak bisa berÂlaga dalam kompetisi resmi di bawah naungan FIFA dan AFC.
Selain itu, FIFA juga menÂcabut semua program bantuan FIFA untuk pengembangan, kursus, dan hal lainnya kepada PSSI.
Jatuhnya sanksi buat PSSI oleh FIFA memberikan damÂpak tersendiri buat Persipura Jayapura. Wajar klub yang menjadi wakil Indonesia di piala AFC tersebut masih berÂpeluang terus melanjutkan kipÂrahnya. Tetapi dengan situasi ini peluang mereka dipastikan tertutup.
“Mau melangkah kemana lagi kita, kalau seperti ini suÂdah kiamat buat Persipura,” ujar Rocky Bebena, Sekretaris Umum Persipura.
Apalagi sebelumnya, PerÂsipura disibukkan dengan masalah administrasi yang membuat single match babak 16 besar Piala AFC mereka kontra Pahang FA batal. Rocky mengungkapkan bahwa piÂhaknya enggan menyalahkan siapapun. Baik itu Kemenpora ataupun PSSI sebagai induk mereka.
Tetapi, dalam kondisi sepÂerti ini, Persipura meminta pertanggung jawaban kepada kedua pihak diatas atas ketiÂdaknyamanan ini. “Mau meÂnyalahkan siapapun juga tidak ada untungnya buat kami,†beÂber Rocky.
Talenta pemain asal PersiÂpura seharusnya menjadi perÂhatian para elit Kemenpora dan PSSI. Sebagai catatan, dari rilis terbaru, pemanggilan skuad Timnas senior diisi setiÂdaknya 8 pemain Persipura dari 25 pemain yang masuk daftar panggil.
Untuk itu, kalaupun Kemenpora beserta jajaÂran manajemen Persipura yang ingin menghadap berÂtemu dengan AFC pekan deÂpan tampaknya bakal sia-sia. “Ya mau bagaiamana, kalau sudah disanksi FIFA, berarti kami juga tidak akan diakui,” tegasnya.
Rocky menjelaskan bahwa sebenarnya sanksi yang diteriÂma sepak bola Idonesia tidak akan diterima jika Kemenpora mencabut SK Menpora berisi sanksi administrasi kepada PSSI. Disisi lain keputusan sela hasil Pengadilan Tata UsÂaha Negara (PTUN) juga sudah diterima PSSI.
Situasi ini membuat manaÂjemen Persipura juga bakal keÂsulitan kalaupun nantinya mau menuntut Kemenpora terkait ganti rugi. “Putusan pengadiÂlan saja tidak dianggap, apalagi kalau kami mau minta ganti rugi,†ujarnya.
Pelatih interim timnas InÂdonesia, Pieter Huistra, tak bisa menutupi kekecewaannya terkait sanksi suspensi yang diÂberikan FIFA kepada Indonesia per tanggal 30 Mei 2015. KekeÂcewaan itu dituturkannya saat memberikan pesan kepada para penggawa timnas IndoneÂsia U-19, kemarin.
“Kalian pasti keÂcewa kalau tidak bisa bermain di ajang AFF nanti. Tapi kita harÂus terÂu s b e rÂj u ang, kalian harus tetap semangat dan terus berÂmain sepakbola,†tambah pelaÂtih asal Belanda itu.
Sementaar itu, Anggota Tim Transisi PSSI, Diaz HendropriÂyono, menilai pemerintah harÂus bergerak cepat setelah FIFA resmi menjatuhkan sanksi terÂhadap Indonesia.
Pernyataan itu diungkapÂkannya setelah FIFA menjatuhÂkan sanksi untuk Indonesia, Sabtu (30/5/2015). FIFA mengeÂluarkan putusan tersebut setelah menggelar emergency meeting Komite Eksekutif di Zurich, Swiss.
“Setelah sanksi FIFA turun, pemerintah harus dengan cepat mengambil kesempatan unÂtuk lebih aktif dalam memainÂkan perannya guna memajukan persepakbolaan nasional,†kata Diaz di Jakarta, Minggu.
Diaz masuk ke dalam susuÂnan Tim Transisi yang dibenÂtuk Menpora Imam Nahrawi pada 8 Mei lalu. Tim tersebut mempunyai tugas mengambil alih kewenangan PSSI yang kini tengah dibekukan oleh pemerÂintah.
Namun, karena Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Senin (25/5/2015), mengeluarÂkan putusan sela yang menerÂima gugatan PSSI terhadap SK Menpora mengenai pemÂbekuan PSSI, Tim Transisi diÂhentikan.
Menurut Sesmenpora, AlÂfitra Salamm, tim tersebut akan kembali aktif karena FIFA suÂdah menjatuhkan sanksi.
Memang, dalam surat resmi FIFA, disebutkan ada 4 syarat jika PSSI ingin lepas dari sanksi FIFA. Syarat itu adalah, perÂtama: exco PSSI kembali menÂgatur sepak bola Indonesia secara independen tanpa adÂanya campur tangan dari pihak lain, termasuk kementrian dan agennya.
Kedua, pengelolaan tim naÂsional diberikan kepada PSSI. Ketiga, tanggung jawab seluruh kompetisi PSSI diberikan keÂpada otoritas PSSI dan bidang-bidang di bawahnya. Terakhir, seluruh klub yang diberi lisensi PSSI sesuai dengan Peraturan Lisensi Klub PSSI harus bisa bertanding di kompetisi PSSI.
Dalam surat yang ditanÂdatangani Sekjen FIFA Jerome Valcke tersebut, tenggat sanksi yang diberikan kepada IndoneÂsia memang tak dijelaskan
Sangksi FIFA Janggal
Surat sanksi yang dikluarÂkan FIFA bagi PSSI mengandÂung sejumlah kejanggalan. Hal ini diungkapkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (KemenÂpora) Republik Indonesia.
“Menilik surat FIFA tersebut ada beberapa kejanggalan yang perlu dipertanyakan kepada FIFA,†ujar Juru Bicara KemenÂpora, Gatot S Dewa Broto, dari Madrid, Minggu (31/05).
Menurutnya, di paragraf pertama dalam surat tersebut disebutkan, bahwa dalam suÂratnya tertanggal 18 Pebruari 2015 PSSI telah memberitahuÂkan FIFA bahwa BOPI telah meÂlarang klub Arema dan SurabaÂya untuk tidak turut bertanding dalam kompetisi ISL 2015.
Surat PSSI tertanggal 18 PebÂruari 2015 perihal “Uncertainty of Indonesia Super Legue 2015 Kick Off” hanya menyebutkan keluhan tentang ketatnya veriÂfikasi BOPI dan akibatnya kick off menjadi tertunda.
Hal tersebut, menurut Gatot bukan satu-satunya kejanggaÂlan yang tercantum pada surat FIFA. Masih ada beberapa keÂjanggalan lain.
Di paragraf kedua dalam suÂrat tersebut disebutkan antara lain bahwa BOPI pada tanggal 8 April 2015 dalam suratnya menÂgancam sanksi pada PSSI jika tetap melanjutkan kompetisi.
“Yang benar adalah bahwa pada tanggal 8 April 2015 terseÂbut yang mengirimkan surat kepada PSSI adalah dari KeÂmenpora berupa surat perinÂgatan agar PSSI mematuhi perÂaturan. jadi tidak ada surat dari BOPI pada tanggal tersebut kepada PSSI,†sambung pria yang juga merupakan Deputi V Kemenpora ini.
Selain itu, ada pula kesalaÂhan tata bahasa dalam surat tersebut. Di surat tersebut, diseÂbutkan, bahwa ‘…that the IndoÂnesian national team was comÂpeting in the 2015 South East Asian Games in Singapore…..’. Padahal, Timnas Indonesia baru akan memainkan pertandÂingan pertama di cabang sepakÂbola Sea Games 2015 pada tangÂgal 2 Juni 2015. (Imam/net)