Mudik Lebaran tak seÂlamanya harus pakai mobil, motor atau kereta. Ada juga yang mudik ke Jawa Tengah dengan mengguÂnakan sepeda gowes alias onthel. Surat elektronik tim #gowesmudik2015, Senin (13/7/2015) merilis, ada tiga goweser yang mudik dari Bandung ke Jawa Tengah.
Oleh :Â (Yuska Apitya Aji)
YANG pertama, Agus Septian Heryanto (21), #gowesmudik2015 Bandung-MaÂgelang berasal dari komunitas Bike to Campus Bandung. Agus, sudah dua kali mudik menggunakan sepeda, tahun lalu Bandung-Cilacap saja dikarenakan cuaca hujan sehingga batal sampai Magelang.
Kemudian, Key (39), tujuan BandÂung-Gombong berasal dari Komunitas Goweser Bandung Adventure (GBA), yang ingin merasakan gowes mudik pertama kalinya menuju kampung halaman.
Dan selanjutnya, Tamin (45), tujuan Bandung-YoÂgyakarta berasal dari koÂmunitas Perbigo. Seorang petouring yang juga baru pertama kali merasakan sensasi gowes mudik. “Mudik menggunakan kendaraan bermoÂtor menjadi hal yang biasa, namun mudik menggunakan sepeÂda sangat luar biasa. Dengan memanfaatÂkan tenaga yang dipuÂnya, dan juga mengolah kebugaran serta fisik tubuh agar tetap segar dan sehat. BuÂkan hanya itu, tujuan mereka gowes mudik pula untuk mengkampanyekan kepada masyarakat dalam menjaga lingkungan, setidaknya poÂlusi udara yang dikeluarkan kendaraan bermotor mereka kurangi dengan bersepeda,†terang tim gowes mudik. Kelompok yang menyeÂbut diri “Gowes Mudik†ini ingin menularkan kepada masyarakat bahwa sepeda bukan sekedar alat untuk berÂolahraga tetapi juga alat transÂportasi.
Kelompok “Gowes Mudik†memilih pulang ke kampung halaman dengan menggowes sepeda dengan tujuan yang berbeda melewati jalur utara, diantaranya Sabijo (Blora), Vidi (Yogyakarta), Poetoet SoedarÂjanto (Madiun), dan Mayang Widya (Sidoarjo). Ketiganya berangkat dari Jakarta. MeskiÂpun menggowes hingga ratuÂsan hingga ribuan kilometer, mereka pun tetap menjalanÂkan puasa. Perjalanan mereka dimulai pada Jumat(10/7/2015) malam.
“Saya pribadi mau tunjukÂkan kalau sedang menjalani puasa bukan berarti menguÂrangi produktivitas dan alasan untuk malas-malasan,†kata Poetoet Soedarjanto, kemarin petang.
Ia menjelaskan tidak ada persiapan khusus menjelang keberangkatan, hanya saja pola makannya harus betul-betul dijaga. “Ini merupakan aktivitas fisik yang luar biasa jadi asupan cairan harus banÂyak. Minimal harus minum delapan gelas air putih, maÂkan buah yang banyak, dan kurangi gorengan, kopi serta teh karena mempengaruhi meÂtabolisme,†jelas Poetoet.
Menurut Poetoet, ketika mereka bisa menempuh perÂjalanan menggunakan sepeda hingga ratusan kilometer seraya tetap menjalani ibadah puasa, artinya bersepeda jarak dekat pun seharusnya bisa diÂlakukan. “Kalau sepeda jarak jauh bisa, jarak dekat harusnya juga bisa. Ini yang mau kita tuÂlarkan, bahwa sepeda bukan sekedar alat olahraga tetapi alat transportasi sehari-hari. Jakarta sekarang semakin maÂcet, sepeda salah satu solusi,†jelas Poetet.
Pria berusia 47 tahun itu biasa menempuh 25 kilometer dari rumahnya ke kantor. Ia bahkan selalu bersepeda sejak kecil sampai saat ini. “Mobil saya jarang sekali dipakai keÂcuali kalau pergi bersama keÂluarga. Saya baru ganti mobil November lalu, sampai Mei, mobil saya baru menempuh 2.000 km,†jelas Poetoet yang keempat kalinya mudik mengÂgunakan sepeda.
Ia pun meyakini apabila setidaknya 20 persen pengeÂmudi mobil beralih ke sepeda, maka kemacetan Jakarta akan berkurang.