Mobilio menurut Purnomo akan disediakan di Jakarta dan akan disebar ke seluruh kota tempat Blue Bird beroperasi jika respons masyarakat baÂgus,†terang Purnomo.
Blue Bird optimistis pemiliÂhan Honda Mobilio sebagai arÂmada baru taksi perseroan akan memperoleh respons positif dari para pelanggan setianya. Pasalnya dengan membayar tarif yang sama, para pengguna jasa taksi Blue Bird bisa mengaÂjak lebih banyak penumpang dalam sekali angkut.
Head of Public Relation Blue Bird Group, Teguh Wijayanto, mengatakan perusahaan taksi burung biru mengutip tarif Rp 7.500 per buka pintu dan Rp 4 ribu per kilometer sejak Januari 2015. Tarif yang berlaku untuk taksi jenis sedan itu akan diberÂlakukan juga untuk taksi MobilÂio baru yang akan dioperasikan mulai tengah bulan ini. “Saat ini kami masih dalam proses pengecatan armada Mobilio dan penyeragaman interior, jadi memang dilakukan bertaÂhap penggunaannya mulai tenÂgah bulan ini,†kata Teguh.
Teguh masih enggan menyeÂbutkan angka pasti berapa banÂyak kendaraan multi purpose vehicle (MPV) Mobilio yang akan disulap menjadi taksi. NaÂmun ia menyatakan untuk taÂhap awal yang pasti jumlahnya tidak akan sebanyak taksi seÂdan yang selama ini digunakan perseroan.
Selain memberikan keunÂtungan dari sisi daya angkut bagi penumpang, Teguh menÂjelaskan dipilihnya Mobilio sebagai armada taksi baru adaÂlah untuk menjaring segmen pelanggan yang lebih luas dengan menyediakan diversifiÂkasi armada taksi. “Sementara dari sisi operasional, pabrikan Honda relatif mudah dirawat dan memiliki dukungan suku cadang yang terjangkau,†kata Teguh.
Kinerja Perseroan
Dari sisi kinerja, sepanjang paruh pertama tahun ini Blue Bird mencatatkan pendapatan senilai Rp 2,66 triliun, naik dari Rp 2,29 triliun pada periode yang sama 2014. Namun, seÂlain terimbas beban yang naik, perseroan juga terkena efek pelemahan rupiah.
Tercatat, Blue Bird menÂgalami rugi selisih kurs senilai Rp 23,03 miliar, padahal pada semester I 2014 perseroan mencetak laba kurs Rp 6,36 miliar. Setelah dikurangi beÂban dan biaya, perseroan pada akhirnya mencetak laba Rp 444 miliar, naik 10,91 persen dari Rp 402,87 miliar.
“Kondisi ekonomi memang sedang tidak bagus karena daya beli menurun dan nilai tukar rupiah melemah. Untungnya harga BBM masih terkendali,†kata Purnomo.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected] (CNN)