A1-08082015-KAKIAN,-okeKisah Zhou Qunfei ini patut diteladani. Berasal dari keluarga miskin, putus sekolah di usia belia dan tak punya pilihan selain jadi buruh pabrik, Zhou akhirnya jadi wanita terkaya di China. Dia berani mengerjakan pekerjaan yang ditakui orang lain

Oleh : (Alfian Mujani|dtc)

MENURUT perhitungan terbaru dari Forbes, Zhou kini menduduki posisi 30 manusia terkaya di jagat teknologi. Hartanya diestimasi USD 7,5 miliar. Kekayaannya menjulang berkat perusahaan Lens Technol­ogy yang dirintisnya.

Jika Anda memakai ponsel buatan Samsung atau Apple, besar kemungkinan komponen layar touchscreen adalah buatan Lens Technology. Perusahaan yang berbasis di China ini tercatat mempekerjakan puluhan ribu kar­yawan.

Zhou yang berusia 44 tahun, kini sangat dikenal di jagat teknolo­gi. Dia sering bolak-balik dari China ke Silicon Valley untuk bertemu eksekutif Apple dan Samsung, dua klien utama yang memesan begitu banyak layar sentuh ke perusa­haannya.

 Keluarga Miskin

Zhou adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dia lahir di sebuah desa kecil di Provinsi Hunan, daerah pertanian yang cukup terpencil. Masa kecilnya penuh sengsara. Umur lima tahun, ibunya me­ninggal. Dan ayahnya, hampir tuna netra karena mengalami kecelakaan.

Di rumah, Zhou membantu keluarg­anya membesarkan hewan ternak sebagai tambahan pendapatan. Di sekolah, dia pun berprestasi.”Dia adalah siswa pekerja keras dan berbakat. Aku pernah mem­bacakan karangan soal ibunya di kelas. Tulisannya itu sungguh mengharukan se­hingga semua orang menangis,” kata gu­runya di SMP, Zhing Xiaobai yang dikutip dari Financial Review, Jumat (7/8/2015).

Meskipun pandai, Zhou terpaksa ke­luar sekolah pada umur 16 tahun karena tak ada biaya. Ia lalu pindah ke Provinsi Guandong ke rumah pamannya untuk mencari pekerjaan. Zhou bercita cita jadi desainer busana, tapi dia akhirnya jadi buruh pabrik di kota Shenzen dengan gaji USD 1 per hari.

BACA JUGA :  Duet Jaro Ade - Anang Hermansyah, Golkar Kabupaten Bogor Akan Lakukan Ini Pasca Idulfitri

Kondisi di pabrik menurut Zhou san­gat berat. Pabrik itu membuat kaca untuk arloji “Tidak ada shift karena orangnya sangat sedikit. Aku tidak menikmatinya,” kata Zhou. Setelah tiga bulan, dia memu­tuskan mengundurkan diri.

Namun surat pengunduran diri Zhou membuat bosnya malah terkesan karena Zhou berterima kasih atas pelajaran yang diberikan pabrik dan sebenarnya masih ingin bekerja. Maka, si bos pun menahan­nya dan menaikkan jabatannya.

Bikin Bisnis Sendiri

Pada tahun 1993, Zhou merasa sudah cukup baginya bekerja untuk orang lain. Ia ingin mendirikan perusahaan sendiri. Dengan tabungan sekitar USD 3.000, dia dan beberapa anggota keluarganya mendirikan pabrik kaca jam yang diklaim berkualitas tinggi.

Di perusahaannya itu, Zhou terlibat di hampir semua hal. Dia mempelajari proses pembuatan layar yang berkualitas. “Di ba­hasa Hunan, kami menyebutnya sebagai ba de man, yang artinya seseorang yang berani melakukan sesuatu yang ditakuti orang lain,” kata keponakannya, Zhou Yinyi.

Zhou kemudian menikah dengan mantan bosnya, memiliki seorang anak sebelum memutuskan cerai. Dia meni­kah lagi dengan temannya semasa jadi buruh pabrik dan dikaruniai anak kedua. Sang suami kini menjadi komisaris di Lens Technology.

Rezeki memang sering datang tanpa diduga. Pada 2003, ketika pabriknya ma­sih membuat kaca untuk jam, dia mener­ima panggilan telepon dari eksekutif Motorola. Mereka menanyakan apakah dia bisa membantu membuat layar untuk ponsel baru Razr V3.

Pada waktu itu, kebanyakan layar ponsel terbuat dari plastik. Motorola menginginkan layar ponsel yang lebih tahan goresan dan menampilkan gambar lebih baik. “Aku ditelepon mereka dan diminta menjawab ya atau tidak. Jika ya mereka akan bantu. Jadi aku jawab ya,” tutur Zhou.

BACA JUGA :  SPBU di KM 42 Rest Area Tol Japek Disegel Usai Melakukan Kecurangan

Setelah pesanan itu, pesanan lain bermunculan dari produsen ponsel rak­sasa seperti HTC, Nokia dan Samsung. Kemudian pada 2007, Apple memasuki pasar dengan iPhone. Apple memilih Lens sebagai suplier komponen layar yang se­makin menaikkan pamor perusahaan ini.

Zhou lalu berinvestasi besar-besaran membangun fasilitas pabrik baru dan merekrut teknisi terampil. Dia memin­jam banyak uang dari bank, kadang den­gan jaminan rumahnya sendiri. Hasilnya dalam tiga tahun, dia memiliki fasilitas pabrik di tiga kota.

Kini, Zhou tinggal menikmati kerja kerasnya. Ia memiliki 75 ribu karyawan. Tiap hari dia menerima pesanan layar dari para perusahaan elektronik raksa­sa, termasuk Corning, produsen Gorilla Glass. Klien utamanya tetaplah Apple dan Samsung. Sekitar 75% pendapatan peru­sahaan berasal dari dua raksasa itu.

“Dia sungguh entrepreneur yang penuh passion dan dia sangat suka menangani banyak hal. Aku melihat pe­rusahaanya tumbuh dan dia memban­gun tim yang kuat. Sekarang memang ada banyak kompetitor di industri ini, tapi Lens tetap pemain papan atas,” ucap James Holis, eksekutif di Corning.

Zhou memang dikenal sangat men­detail. “Ayahku tuna netra sehingga jika kami meletakkan sesuatu, harus tepat di tempatnya atau akan terjadi sesuatu yang mungkin buruk,” ucapnya.

Kini, Lens Technology memang me­miliki banyak rival dan ketergantungan­nya pada Apple dan Samsung membuat investor cemas. Tapi Zhou menyatakan ia siap mengembangkan inovasi baru di industri layar sentuh. Semangatnya masih seperti yang dulu.

“Di desa tempatku tumbuh, ban­yak gadis tidak memiliki pilihan. mereka akan menikah dan menghabiskan seluruh hidupnya di sana. Sedangkan aku memilih berbisnis dan tidak menyesalinya,” ujar Zhou.

============================================================
============================================================
============================================================