PEMBAWAANNYA yang humoris, jahil dan gaul, membuat orang keÂliru mengira jika Stephen Ferdinand adalah seorang dokter, tak sedikit pasien yang menyukai cara pelayanannya. Pria peranakan Tionghoa ini seorang Dokter Gigi di Eka Hospital, Bumi Serpong Damai, Tanggerang.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Stephen sendiri memposisikan dirinya buÂkanlah hanya seorang dokter, baginya, pasien adalah seorang teman yang butuh pertolongan. Ia sendiri lebih suka bekerja dengan situasi yang ceria.
Dibalik seragam putihnya, pria jebolan UniverÂsitas Trisakti ini mampu membius pasien-pasiennya agar nyaman berada didekatnya. Dengan begitu ia merasa mempermudah pekerjaanya selama praktik.
“Saya meÂmang begini, suka bercanda dan lebih suka kalau orang yang saya temui itu nyaman menganggapsaya seÂbagai temannya. Dengan begitu juga, pasien saya jadi tidak tegang, kebanÂyakan pasien yang datang tegang karena takut sakit, tahu sendiripengoÂbatan dentis itu lumayan menyaÂkitkan,†papar pria kelahiran Bogor, 13 DeÂsember 1983.
Suasana ceria yang ia cipÂtakan denganp a s i e n n y a , membuat hubungan Stephen dengan pasien tiÂdak hanya sebatas dokter dengan pasiennya. Alhasil, setelah pengobatan masih banyak pasien yang memperpanjang tali silaturÂahmi dengannya.
“Banyak pasien yang berhubungan baik setelah beres pengobatan, jadi tak habis setelah beres pengobatan saja, banyak pasien yang ngajak saya nongkrong atau main ke rumah saya, beÂberapa diantaranya jadi teman dekat saya sekarang,†ungkap pria ramah ini.
Menurutnya, 60 persen kesembuÂhan pasien itu datang dari jiwa yang ceria, sisanya barulah dari bantuan medis. Kebanggaan dirinya saat meÂlihat pasiennya sembuh dan puas dengan pengobatan yang ia lakuÂkan, dengan begitu ia tidak merasa terpaksa walaupun pekerjaanya menuntut ia bekerja dengan jam terbang yang lumayan panjang setiap harinya.
“Kalaupun saya harus standby seharian di dirumah sakit, buat saya bukan maÂsalah. Sebab memang saya menyukai pekerjaan ini dan pasien saya meÂnyenangkan semua,†pungkasnya.